[12]

4.2K 457 18
                                    

“Hinata!! Siapa yang datang?!”

Hinata mengerjap, dia menggeser tubuhnya ke pinggir untuk mempersilahkan Sasuke masuk. Gadis berambut panjang itu membungkuk sedikit pada Sasuke sambil menggiringnya ke ruang makan.

“Tuan, Nyonya—”

“Sasuke-kun~” teriakan manja itu terdengar dari Sakura yang sekarang sudah berdiri dari posisinya dan berhambur untuk memeluk Sasuke, namun pemuda itu menahannya.

Ara, Sasuke-kun. Kau ke mari? Tidak biasanya.” kali ini suara Mebuki yang terdengar. Ada sedikit rasa terkejut dan senang dalam nada bicaranya.

“Hn. Aku ingin menemui kekasihku.” mata hitam itu melirik gadis yang berada sedikit jauh darinya sekilas, hingga mereka berdua mendapat kontak mata yang diputus oleh Hinata.

Kedua orangtua Sakura saling melirik dengan mata berbinar. Pertanda bahwa ini adalah hal yang sangat baik. Mebuki tertawa kecil, dia berdiri dan mempersilahkan Sasuke duduk bergabung untuk makan siang.

“Hinata, bawakan piring tambahan untuk Sasuke.”

Hinata melakukan tugasnya dengan baik tanpa membantah, meskipun sebenarnya dia sedikit terganggu oleh tatapan dari Sasuke yang terus saja mengawasinya. Mata mereka beberapa kali bertemu membuat sedikit sengatan listrik terasa menyenggol jantung gadis itu. Setelah makan siang, mereka pasti langsung meninggalkan ruangan, jadi tidak perlu khawatir—pikirnya.

Benar saja, mereka makan selama setengah jam sambil berbincang. Lalu, setelahnya keluarga itu pergi ke taman belakang untuk bersantai. Sementara itu, Hinata mulai membuat dessert untuk orang-orang itu santap.

Hari ini Hinata membuat puding buah untuk hidangan cuci mulut. Dia memotong buah kiwi, strawberry, jeruk dan beberapa anggur. Bibirnya secara spontan menggumamkan nada-nada yang berada dalam pikirannya—itu adalah sesuatu yang terjadi jika kau sedang melakukan pekerjaan yang kau sukai, bukan?

Makanannya sudah hampir selesai setelah setengah jam, Hinata tersenyum puas saat melihat puding buatannya, tinggal disiram dengan fla dan semuanya siap. Keningnya mengkerut saat matanya tidak menemukan saus vanilla itu di mana-mana.

“Ayame-chan, bisakah kau tolong aku membeli fla vanilla? Biar aku yang urus sisanya.” ujar Hinata pada gadis berambut cokelat yang sedang mencuci piring di sampingnya.

Ayame mengangguk, lalu dengan segera mengeringkan tangan dan bergegas pergi. Sementara puding Hinata didinginkan, dia membereskan piring-piring kotor yang cukup banyak di sana. Suara langkah kaki terdengar cukup nyaring saat Hinata sedang fokus dengan pekerjaannya. Dia sama sekali tidak merasa curiga, toh di sana ada banyak orang. Tidak mungkin Sasuke akan macam-macam—pikir Hinata.

Tapi, ini adalah Uchiha Sasuke. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau, tidak ada kata tidak mungkin dalam kamusnya. Pemuda itu berjalan santai tanpa rasa cemas sedikitpun menuju tempat Hinata. Mata hitamnya menatap punggung kecil yang sesekali bergerak itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Bisa dia dengar senandung kecil yang keluar dari bibir Hinata—yang entah mengapa membuatnya ingin mengecap bagian itu. Langkah kaki Sasuke semakin mendekat, saat dia sudah berada tepat di belakang gadis itu, kedua tangannya meraih pinggang Hinata.

Kyaa—”

“Sssst.. ” bisik Sasuke sambil menutup mulut Hinata dengan sebelah tangannya.

“Jangan berteriak, nanti ada yang mendengarmu.” pemuda itu melepas tangannya dan kembali memeluk Hinata.

Dia bisa merasakan tubuh Hinata yang menegang karena gugup, dia bahkan berhenti dengan kegiatannya. Sasuke juga semakin menjadi dengan tigkahnya, dia mengendus leher Hinata yang seakan mendapat akses penuh karena gadis itu yang mengikat rambut panjangnya. Pemuda itu sangat menyukai aroma lavender dan strawberry sugar yang bercampur di sana.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang