[8.rooftop]

4.1K 507 33
                                    

Setelah kejadian di atap, hari-hari Hinata menjadi suram dan tidak lagi berwarna. Tadinya meskipun tidak memiliki teman, Hinata selalu bisa menikmati setiap harinya. Namun, akhir-akhir ini gadis itu selalu merasa tidak aman, apalagi jika sudah bertemu dengan Sasuke atau Sakura.

Hubungan konyol yang dia sepakati bersama pemuda itu, berhasil membuat Hinata merasa seperti seorang penipu di hadapan Sakura. Ditambah lagi dengan sikap Sasuke yang sepertinya sama sekali tidak berniat menutupi hubungan itu. Dia selalu saja membuat Hinata berada di posisi yang sulit seperti—tiba-tiba menelponnya saat berada di sekitar Sakura atau menyuruhnya datang saat dia dan Sakura sedang bersama.
Baru telepon saja Hinata sudah panik apalagi jika harus menemui dan bertatap muka, dia harus berpikir berkali-kali untuk melakukan hal itu.

Ini baru beberapa hari berjalan, gadis itu sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Mungkin saja ini baru sebuah permulaan, yang pasti Hinata merasa cemas dengan masa sekolahnya.

Suara dari getaran ponsel yang berada di atas meja membuyarkan fokus Hinata. Mengambilnya tergesa karena menimbulkan bising, gadis itu sedikit membungkuk meminta maaf pada beberapa orang yang duduk di meja perpustakaan itu.

Hinata mengerutkan keningnya saat membaca isi pesan teks dari Sasuke. Di sana tertulis,

“Cepat ke atap dan bawakan aku makanan.”

Permainan baru, huh? Hinata sudah menduga jika hal seperti ini pasti akan terjadi, diperlakukan seperti seorang pembantu pribadi. Tapi, untuk sekarang Hinata tidak ingin diam saja. Dia akan mencoba melawan, tentunya.

Ponsel yang masih berada di genggam itu kembali bergetar tanda pesan masuk lainnya. Dengan cekatan mata Hinata memeriksanya,

“Jangan coba-coba untuk melawan. Kau punya waktu 5 menit dari sekarang, nikmati hukumanmu jika kau sampai terlambat.”

Baru saja Hinata berpikir untuk membangkang tapi, pemuda itu sudah lebih dulu melayangkan ancaman. Sepertinya isi kepala Hinata memang terlalu mudah ditebak.

Dengan cepat Hinata bangkit dari duduknya dan bergegas pergi dari perpustakaan. Setelah membeli beberapa makanan di kantin, gadis itu baru pergi ke atap untuk menemui Sasuke.

Beberapa bungkus onigiri, sekaleng softdrink dan roti melon terakhir di kantin tadi menjadi penghuni kantong plastik yang Hinata bawa. Dengan langkah cukup terburu-buru dan mata yang tiada henti memperhatikan sekitar, gadis itu pergi ke atap. Mengetuk pintu beberapa kali lalu setelahnya dia masuk dengan kepala yang terlebih dulu.

Hinata menyadari dari suara yang ia dengar bahwa Sasuke pasti tidak sendirian di dalam ruangan itu, dan benar saja. Ada beberapa orang di sana—syukurlah tidak ada Sakura di antara mereka. Suara ribut yang semula terdengar mendadak menguap saat kepala Hinata muncul dari pintu.

Semua mata yang berada di sana tertuju pada Hinata. Sepenuhnya—kecuali Sasuke, pemuda itu sibuk dengan laptopnya. Setelah hening beberapa saat, yang pertama kali mengeluarkan suara adalah gadis berambut merah  berkacamata. Dengan tatapan mata tidak suka dan kening berkerut dia bertanya,

“Siapa kau? Berani sekali datang ke mari.”

Hinata gelagapan, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Namun, tidak lama dia terjebak dalam keadaan itu, sebuah suara menyapa pendengarannya.

“Jangan ganggu dia, Karin. Biarkan dia masuk.”  gadis berkacamata itu menoleh sebentar ke arah Sasuke lalu menggeser tubuhnya memberi akses agar Hinata dapat masuk. Namun, meski begitu mata merahnya sama sekali tidak melepas pengawasannya terhadap Hinata.

Kaki kecilnya mulai mengambil langkah cukup lebar, namun dia berhenti tepat di langkahnya yang ke keempat. Mata amethyst Hinata bergetar menatap seorang gadis berambut blonde yang tengah berdiri tidak jauh darinya.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang