[18]

1.9K 321 69
                                    


____

"Jadi, kau tidak akan tinggal di sana lagi?"

Kepala Hinata mengangguk beberapa kali. Seseorang di depannya juga melakukan hal yang sama, dia menyeruput machiato yang dia pesan beberapa saat lalu. Kemudian mata biru lautnya kembali menatap gadis anggun di depannya dengan maklum.

Satu-satunya orang yang dekat dan baik pada Hinata selama di sekolah menengah adalah Naruto. Mereka berdua sering sekali menghabiskan waktu bersama, termasuk hari ini. Keduanya memilih untuk pergi ke kafe terdekat dan minum kopi di sana. Tidak jarang juga Naruto maupun Hinata bicara tentang masalah mereka masing-masing, mereka terlihat begitu akrab.

Karena kedekatannya bukan tidak mungkin jika salah satu dari mereka memiliki perasaan spesial. Hubungan persahabatan lawan jenis tidak mungkin berhasil, pasti akan ada sebelah pihak yang ingin lebih dari statusnya yang sekarang. Lebih menakjubkan lagi jika ternyata perasaannya terbalas.

"Kau sama sekali tidak mau masuk ke universitas?"

Seulas senyuman terukir di wajah Hinata, "Sepertinya tidak."

Yang terpenting bagi Hinata sekarang adalah dia ingin lepas dari ketergantungannya terhadap keluarga Haruno. Dia ingin berdiri menggunakan kakinya sendiri.  Jadi, mau bagaimanapun dia akan tetap dengan pendiriannya.

"Ah, iya. Apa kau dekat dengan Sasuke?"

"Apa?"

Pertanyaan macam apa itu? Mengapa topiknya melenceng sejauh itu?

Naruto terkekeh melihat reaksi Hinata yang begitu terkejut dengan pertanyaannya.

"Aku pernah melihatmu keluar dari apartemen Sasuke. Kukira kau sudah dekat dengannya karena dia tunangan Sakura 'kan?"

Hinata sedikit terkesiap mendengar penjelasan dari pemuda di depannya. Dengan perasaan gugup dan sedikit takut gadis itu menjawab dengan gelagapan,

"A-aku hanya membantu Sakura saat itu, tidak ada yang lain." ujarnya terburu.

Pemuda kuning itu kembali tersenyum dan mengangguk. Dalam hati Hinata, dia sempat menyesali kepanikan sesaatnya. Naruto pasti akan curiga jika dia merasa segugup itu. Tapi, kelihatannya pemuda Uzumaki itu tidak tertarik untuk bertanya lebih jauh.

Hinata meminum minumannya berusaha tenang. Dia merasa konyol kenapa harus sepanik ini.

"Kurasa aku hanya terlalu khawatir," Naruto kembali buka suara, membuat Hinata langsung memberikan seluruh perhatiannya.

"Eh?" gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali, sedikit tidak mengerti.

"...padahal aku tahu Sasuke itu sudah bersama Sakura. Tapi, aku malah berpikir yang tidak-tidak saat melihatmu waktu itu, maafkan aku." lanjut pemuda itu panjang lebar, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya Hinata sadar dan merasa separuh nyawanya hilang. Senyuman tidak enak diberikan Naruto pada lawan bicaranya. Hinata ikut tersenyum, kedua matanya melihat ke arah bawah. Dia ingin marah karena ternyata Naruto berpikir hal seperti itu, tapi di sisi lain pikiran pemuda itu tidak sepenuhnya salah.

"Aku suka padamu."

Gadis berambut indigo itu mengangkat kepalanya. Menatap manik biru Naruto yang menyorot dalam padanya, ekspresinya datar penuh keseriusan. Hinata terkekeh dan menggelengkan kepalanya kecil.

"Aku serius, Hinata. Aku menyukaimu." ulangnya, dengan nada yang lebih ditekankan.

Senyuman Hinata perlahan hilang, kedua matanya membulat. Dia memalingkan wajahnya, tidak ingin menatap Naruto lebih lama. Jantungnya berdebar kencang, dia tidak tahu harus berkata seperti apa.

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang