“Jadilah kekasihku, Hinata.”Ada jeda yang cukup panjang setelah Sasuke mengatakan hal itu. Pemuda itu diam tanpa mengalihkan pandangannya, dan Hinata untuk sejenak dia seolah kehilangan kemampuannya untuk berpikir.
“Aku harus pergi.” gadis itu berbalik seolah tidak mendengar apapun.
“Satu langkah menjauh kau akan menerima akibatnya.” secara refleks langkah kaki Hinata berhenti tanpa menoleh. Sasuke tersenyum tipis melihat reaksi gadis itu, “Jangan lupakan aku memiliki apa, Hinata.”
Gadis itu berusaha tenang meskipun jantungnya berdebar tidak karuan, dia memejamkan mata sebentar guna meredam emosi. Selanjutnya Hinata berbalik dan membuat kontak mata dengan pemuda di depannya.
“Kepala sekolah memanggilku.” ujar Hinata.
Sasuke mendengus mendengar alasannya, “Hal semacam itu hanya untuk mengelabui guru merepotkan itu, aku yang menyuruhmu ke mari.”
Kening Hinata berkerut, hatinya dongkol bukan main saat mengetahui ternyata Uchiha Sasuke bisa senekat ini. Perjanjiannya kemarin dia akan menemui dia saat jam makan siang nanti, bukan sekarang. Hinata baru saja akan melayangkan protesnya namun, pemuda itu kembali bersuara.
“Kau ingin ini berjalan dengan cepat, bukan?”
Hinata terdiam, semua argumentasinya kembali dia telan untuk mendengar kalimat lanjutan dari pemuda itu.
“Jadilah kekasihku, aku tidak akan menyebarkan foto itu.”
“Apa kau mengancamku?”
Sasuke tersenyum sinis, “Tidak. Ini sebuah penawaran.”
Penawaran? Pilihan absurd seperti itu dia sebut penawaran? Orang-orang pasti sudah gila menganggap Uchiha satu ini sebagai seorang jenius.
“Jika kau tidak mau, aku masih memiliki banyak cara. Kau ingin aku berbuat secara kasar atau tidak itu tergantung pilihanmu.”
Hinata terdiam. Ini bukan pilihan, keduanya memiliki satu tujuan yang sama—memaksanya. Uchiha itu hanya berbasa-basi dan membuang waktunya saja. Sejauh apapun dia berpikir dia sama sekali tidak ingin mengkhianati Sakura dan keluarganya.
“Aku tidak mau,” Hinata menarik napas pelan sebelum melanjutkan, “aku tidak akan mengkhianati Sakura dengan berbuat seperti itu.”
Sasuke tersenyum separo saat mendengarnya, sungguh menarik. Dia beranjak dan berjalan perlahan menuju tumpuan gadis itu, terus mendekat hingga Hinata mundur dan punggungnya menabrak pintu di belakangnya.
“Jadi, kau khawatir tentang itu, hm?”
Hinata semakin gugup saat kedua tangan pemuda itu mengurungnya. Tatapan itu semakin menajam dan membuat jantung Hinata berdebar tidak karuan,
“Tenang saja, kita tidak akan ketahuan. Selama kita bermain aman,” pemuda itu berbisik tepat di telinga kiri Hinata, “bagaimana?”
Saat deru nafas Sasuke mulai terasa di perpotongan lehernya, Hinata segera mendorong dada pemuda itu dengan kuat hingga dia bisa menyingkir.
“A-aku bilang aku tidak mau.” debarannya semakin menggila, gadis itu bahkan sampai gugup dan tergagap ketika bicara. Wajahnya memerah antara malu dan merasa marah.
“Itu tidak ada dalam pilihanmu,” Sasuke berucap ringan, dia masih berdiri di depan Hinata dengan tatapan intimidasi -nya.
Kekesalan dan amarah Hinata sebenarnya sudah mencapai puncak namun, karena aura dari pemuda itu yang mencekam membuatnya sulit untuk bertindak. Kepalanya berpikir lebih keras agar dia tidak terjebak dalam situasi yang lebih bahaya dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...