[24]

1.8K 215 33
                                    


____

Entah harus merasa kesal karena keadaan semakin memburuk atau tertawa karena sesuai dugaannya hal seperti ini datang. Hinata mengalami hal yang luar biasa hari ini, dua buah kelapa menimpanya di hari yang sama. Perasaan tegang yang menusuk kembali terasa, Hinata merasa tubuhnya akan sakit setelah melewati ini semua.

Hinata duduk berhadapan bersama Mikoto kali ini. Di ruang tengah apartemennya yang sederhana. Manik jelaga itu melirik sekitar beberapa kali, mencari hal yang menarik.

"Aku tidak mengerti, dengan jalan pikiran Sasuke," ucapnya, sambil melihat Hinata dengan tatapan menilai.

"ada gadis yang lebih cantik di luar sana. Tapi, anak itu begitu bersikeras."

Tidak ada yang bisa Hinata katakan untuk semua perkataan Nyonya di depannya ini. Dia hanya mendengarkan dan berharap Mikoto dengan cepat menyelesaikan maksud dari kedatangannya ke mari. Otak gadis itu benar-benar tidak dapat diajak kerja sama saat ini.

Ketiadaan respon dari sang lawan bicara membuat Mikoto mendengus, dia mulai mengambil ancang-ancang untuk memancing Hinata agar mau bicara padanya. Dia yakin gadis ini tipe gadis yang akan bicara saat terdesak.

"Haaah! Sudah aku duga, Sasuke pasti tidak memperlakukanmu dengan baik. Kau pasti tertekan dekat dengannya."

Sesuai dugaan, Hinata mulai membuat kontak mata dengan Mikoto, membuat nyonya itu sedikit menarik sudut bibirnya

"Jadi, benar-kau adalah gadis yang disulitkan Sasuke?"

Hinata masih terdiam, Sasuke memang menyulitkannya selama sekolah tapi, pada akhirnya dia malah merasa terbiasa bahkan-nyaman? Sampai saat ini gadis itu malah sama sekali tidak terbebani dengan perlakuan Sasuke yang memang kadang seenaknya.

Jika dibandingkan, pemuda Uchiha itu lebih baik dari sebelumnya. Sikapnya berubah lembut dan ada usaha untuk memahami perasaan Hinata-dia benar-benar bersikap layaknya orang dewasa. Justru kali ini Hinata merasa berbanding terbalik, jika dulu Sasuke yang mengganggu kehidupannya, kini Hinata yang mengganggu kehidupan Sasuke.

Entah bagaimana, Hinata jadi merasa begitu bersalah. Rasa percaya diri yang mengantarnya untuk mencari kepastian dari Sasuke tempo hari hilang entah ke mana, yang dia rasakan kali ini hanya rasa tidak pantas dan kesadaran akan dirinya yang sudah membuat banyak masalah untuk Sasuke. Padahal, orangtua Sasuke pasti sudah mempersiapkan banyak hal untuk kesuksesan anaknya tapi, dia malah datang dan mengacau.

"Sasuke sama sekali tidak menyulitkanku," jawab Hinata dengan nada yang tenang.

"dia adalah anak yang baik, meskipun agak sedikit keras kepala dengan apa yang dia inginkan. Tapi, dia tahu bagaimana harus bertindak." lanjutnya,

Mikoto mengangkat kedua alisnya mendengar beberapa kalimat dari Hinata. Sebelah sudut bibir nyonya itu terangkat, antara merasa tertarik dan merasa diragukan sebagai ibu dari yang Hinata bicarakan sekarang.

"Kau bicara seolah kau sangat mengenal putraku."

Hinata menggigit pipi bagian dalamnya secara spontan, dia merasa salah langkah dengan tiba-tiba berbicara hal yang tidak perlu.

"Kau tahu sendiri, Sasuke anak yang kurang ajar, dia bahkan rela menjadikanmu mainan selama bertahun-tahun." lanjut Mikoto.

Wanita ini tidak berbicara hal yang salah. Tapi, semua itu sudah berlalu dan berganti dengan perasaan tulus di antara keduanya. Hinata merasa tidak ada gunanya menahan diri, dia akan berbicara kali ini.

"Dia berlaku seperti itu padaku tapi, tidak pada anda, Nyonya."

Tatapan Hinata terlihat sedikit lebih berani, meskipun ada setitik rasa takut di sudut hatinya. Setelah diam-diam mengambil napas gadis itu melanjutkan,

Why ME? [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang