•••
Apa yang diucapkan oleh Amaryllis kemarin pada Androcles, benar-benar dilakukannya di hari ini. Sepertinya gadis itu pantas mendapatkan apresiasi karena tak ‘menempel’ pada Androcles?
Ya, semua orang yang ada di pelatihan Desa Flos ini bahkan mengernyit heran. Tak pernah satu hari pun gadis berusia 14 tahun itu tak menempeli Androcles. Suara jeritan serta pekikan kegirangan karena mengejar-ngejar pria itu pun selalu terdengar hampir di setiap sudut tempat pelatihan ini. Namun, hari ini?
Senyap. Hening. Damai ... tapi terasa ada yang hilang. Entah apa.
Amaryllis, gadis bergaun putih tulang itu menghela napas panjangnya. Ia menatap penuh tak minat kepada Lucian—sang pengawal dari Pangeran Androcles. Padahal, jika dipikir-pikir lebih baik diajarkan oleh Lucian ketimbang Tuan Farand yang terlampau keras dan tidak segan-segan dalam melatih. Namun, apa daya saat semangat hidupnya hilang tertelan kehampaan.
‘Kalau bucin, ya, gini ending-nya.’ Amaryllis tersenyum kecut.
“Ilys ... apa kau baik-baik saja?” Suara berat itu langsung membuyarkan lamunan sang gadis.
Sontak, Amaryllis memasang senyuman ‘baik-baik saja’-nya. Meskipun sulit karena perasaannya yang tak karuan, tapi tidak seharusnya, ‘kan, ia membuat orang lain merasa khawatir?
“Tidak, Lucian. Aku baik-baik saja. Ayo, kita lanjutkan latihan ini!” seru Amaryllis yang kembali memasang kuda-kuda berpedangnya.
Menghela napas panjang, Lucian menepuk lembut pundak gadis itu. Dilengkungkannya senyuman hangat yang biasanya ia tunjukkan. Dalam hati, ia sudah menebak jika ‘perasaan’ Amaryllis yang sedang tidak ‘baik-baik’ saja.
“Kau tidak ingin bertemu dengan Pangeran Androcles?” tanya Lucian yang mendapatkan tatapan tajam dari Amaryllis.
“Lucian ... jika kau ingin mengejekku, lebih baik jangan sekarang,” geram Amaryllis kesal. Entahlah, setiap kali ia mendengar nama ‘Androcles’, membuatnya jadi lebih sensitif.
Lucian terkekeh. “Kau ingin tahu rahasia dari Pangeran? Aku akan memberitahu semua informasi tentang Pangeran yang kau mau, Ilys.”
Sontak, tatapan penuh binar dilayangkan oleh Amaryllis. Ia tergiur dengan ucapan Lucian. “Apa? Katakan!”
Menaikkan sebelah alisnya, Lucian tersenyum simpul. Penuh misterius yang membuat Amaryllis menegak salivanya kasar.
‘Jangan pakai syarat yang aneh-aneh, tolong!’ Amaryllis mendadak tak enak hati.
“Latihan dengan benar denganku. Nanti di waktu istirahat, akan kuberitahu informasi yang kau mau. Makanan kesukaan dan hal-hal lain yang disuka oleh Pangeran.” Lucian kembali tersenyum hangat setelah berhasil membuat ekspresi gadis itu gugup.
Amaryllis mengembuskan napas leganya. Ia pikir pria itu akan memberikan syarat yang mustahil dilakukannya. Untunglah syaratnya mudah. Jika begini, tanpa pikir panjang pun ia pasti setuju.
“Baiklah, ayo kita latihan!” ujar Amaryllis penuh semangat yang membuat Lucian mengangguk senang.
‘Demi totalitas biar Androcles luluh, aku akan mencari informasi yang berguna nanti. Jangan nolak mentah-mentah lagi, ya, Androcles?’ batinnya melambungkan harapan.
***
Dua anak manusia itu saat ini tengah asyik berbincang ria. Tertawa sembari melontarkan kalimat-kalimat tentang ‘cinta’ yang menggelikan. Mereka seperti dua orang ‘budak cinta’ yang sama-sama memiliki kisah miris. Menyedihkan memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent Felicity [On Going]
Fantasy•Fantasi Story• •Romance : rate 15+• •[Follow sebelum membaca!]• ••• Percayakah kalian dengan takdir? Bak sebuah tali yang tak terlihat, takdir ibaratkan benang merah yang saling berhubungan di setiap orangnya. Kadang ... sesuka hati membuat beberap...