•••
Tersenyum menawan dan bergaya anggun, gadis itu lakukan saat melewati koridor bangunan Istana Astrofengia. Rambut cokelat gelapnya yang terurai lengkap dengan jepit rambut bunga amarilis merah itu, benar-benar perpaduan yang pas. Terutama gaun simple berwarna pink cerahnya yang melekat sempurna di tubuh mungil sang gadis. Membuat semua orang yang melihatnya jadi tercengang.
Bukan, mereka tidak terpana dengan kecantikan gadis itu. Mereka hanya tak menyangka jika hukuman dari Sang Raja benar-benar telah ditarik kembali. Perihal Sang Putri yang sudah keluar dari penjara, adalah kabar terpanas bagi anggota kerajaan sejak kemarin.
Deidamia, gadis pelayan itu menunduk dalam diam. Mengikuti langkah sang tuan yang akan pergi menuju aula pertemuan, ia tersenyum lega. Akhirnya, Putri Amaryllis tak dihukum lama. Ditambah Raja Damon yang akan mengumumkan kepada semua anggota kerajaan perihal ketidakadilan yang selama ini dirasakan oleh Sang Putri. Sungguh, Deidamia sangat bahagia.
“Mia, bisakah kita rayakan kemenangan ini nanti?” ujar Amaryllis pelan sembari menoleh ke arah sang pelayan.
Tersenyum tipis, Deidamia mengangguk. “Baik, Putri. Akan saya siapkan semuanya.”
Amaryllis terkekeh. Ia mengangguk, lalu berkata, “Jangan selipkan minuman memabukkan, ya? Aku belum cukup umur.”
Mendengar hal itu, membuat Deidamia geleng-geleng kepala. Tentu saja ia tak akan memasukkan ‘minuman’ itu ke dalam ‘daftar’ yang harus disiapkan. Toh, Sang Putri belum genap tujuh belas tahun. Masih perlu waktu kurang lebih tiga bulan lagi.
Amaryllis kembali menatap ke depan. Netra hijau cerahnya kini menatap intens ke arah pintu berwarna cokelat gelap dengan ornamen rumit di sana. Jangan lupakan butiran emas yang terdapat di beberapa bagian pintu itu.
Tersenyum smirk, Amaryllis mengangguk yakin. Ah ... ia tidak sabar ingin mendengar hukuman apa saja yang akan ayahnya jatuhkan kepada para pelayan serta anggota kerajaan yang sudah menghina ataupun bertindak kasar kepadanya. Dirinya benar-benar menantikan hal itu.
Ya, setelah pertemuan dengan sang ayah di dalam penjara waktu itu, sikap ayahnya jadi berubah. Tak ada raut dingin ataupun sikap tak acuhnya lagi. Jujur saja, Amaryllis bersyukur akan hal itu. Semuanya benar-benar sesuai dengan ekspektasinya memang.
Oh, jika kalian bertanya-tanya soal kondisi mentalnya, tabib sudah mengatakan jika Amaryllis baik-baik saja. Agak menggelikan memang karena ia menyetujui untuk diperiksa oleh tabib terbaik di kerajaan waktu itu. Mau bagaimana lagi? Ia saja meragukan kondisi mentalnya sendiri. Daripada nanti terkena kondisi mental yang berbahaya, lebih baik dicegah sejak dini. Benar bukan?
‘Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Terutama manfaatin luluhnya hati Raja Damon untuk membatalkan pernikahan sialan itu,’ batin Amaryllis membara.
***
Baru juga hatinya merasa lega, Amaryllis harus kembali menelan kenyataan yang cukup pahit. Ia tak pernah menyangka bisa bertemu secepat ini. Pria itu ... pria yang menjadi alasannya mati.
Raja Baltsaros Dries Ignatios de Synnefo—entah bagaimana caranya, pria itu ada di hadapannya ... saat ini. Hei, ayolah! Mengapa alurnya bisa berubah secepat ini?
Begini, dalam buku Evanescent Felicity, Amaryllis baru bertemu Baltsaros setelah acara debutante-nya terlaksana. Lalu, ini? Ia malah dipertemukan oleh pria itu setelah acara makan siang bersama. ‘Bisa gila aku kalau kayak gini!’
Mengembuskan napas berat, Amaryllis berusaha untuk menjaga senyumannya. Ia mencoba berpikir positif agar hatinya tenang. Jika boleh jujur, sih, rupa Baltsaros sangatlah tampan. Tidak ada cacat sama sekali di wajah tegasnya. Benar-benar mulus dan terlihat halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent Felicity [On Going]
Fantasy•Fantasi Story• •Romance : rate 15+• •[Follow sebelum membaca!]• ••• Percayakah kalian dengan takdir? Bak sebuah tali yang tak terlihat, takdir ibaratkan benang merah yang saling berhubungan di setiap orangnya. Kadang ... sesuka hati membuat beberap...