•07 | Approach Prince Androcles•

366 67 0
                                    

•••

Semalaman, puas gadis bersurai cokelat gelap itu meratapi nasibnya. Ia hanya mengharapkan alur cerita Evanescent Felicity tidak berubah jauh. Hal yang ditakutkan jika itu terjadi, maka ia akan sulit untuk menebak setiap kemajuan kisahnya.

Memang, menjalin cinta dengan Pangeran Androcles pun sebenarnya sudah mengubah alur. Namun, mau bagaimana lagi? Apa ia harus menerima takdirnya yang seharusnya bersama Raja muda dari Synnefo yakni Baltsaros? Memiliki umur panjang … maka hanya akan menjadi angannya semata jika begitu.

Mendesah berat, Amaryllis memijit pangkal hidungnya. Kemarin, ia sudah memikirkan semuanya matang-matang. Niatnya memang ingin hidup bahagia tanpa mengubah ‘banyak’ alur. Namun, agaknya itu tidak bisa dilakukan. Jika hidup menentang takdir, maka ia tidak boleh setengah hati. Ya ... ia harus melakukannya dengan sepenuh hati tanpa ada keraguan.

Soal alur cerita? Tenang, Amaryllis sudah mengurusnya baik-baik. Ia pastikan, alurnya tetap akan bisa ditebaknya selama tidak terlalu menyinggung ‘hal’ tertentu dan inti dari alur tersebut. Ia sudah membuktikan hal itu hari ini.

Lihatlah, meski kemarin dirinya bertemu dengan Androcles dalam ‘keadaan’ yang berbeda dari alur cerita, tapi kini? Pria itu ada di bawah kaki Gunung Ilys. Tengah beradu pedang bersama pria bersurai hitam kelam yang ia yakini itu pengawal pribadi Sang Pangeran. Sama persis seperti yang ada di dalam cerita Evanescent Felicity.

Pertemuan kedua ... Amaryllis mengangguk mantap untuk mendekati Androcles dengan berbagai cara. Tidak, ia bukan wanita murahan. Hanya saja, jika bukan dirinya yang bertindak, apakah takdir akan berbaik hati begitu saja kepadanya?

Memang jika ia menjadi sosok Putri Amaryllis dan mengikuti alur mungkin saja mampu membuat pria itu bertekuk lutut padanya. Namun, ending-nya? Ia yang masih bersanding dengan Baltsaros. Tidak. Amaryllis tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Merapikan rambut panjangnya yang dikepang cantik, Amaryllis berusaha terlihat anggun dan feminim. Yah ... walaupun ia sendiri tak yakin apakah masih bisa menjaga tetap tata krama di hadapan sang pria pujaan.

Melangkahkan kaki dengan gaya yang anggun, diteriakannya nama ‘Androcles’ berulang kali tanpa adanya embel-embel kata ‘Pangeran’. ‘Nggak apa-apa. Tetap sopan, kok, ya?’

Sontak, netra sebiru langit itu menoleh dengan tatapan tak suka. Suara cempreng dari gadis bergaun biru cerah itu sangat menganggu. Memecah fokus pada latihannya, hingga sang pengawal setia hampir saja menebas lehernya jika ia tak cekatan.

Amaryllis yang ditatap begitu hanya terkekeh. Berusaha memecah hawa yang tak mengenakkan. “Sudah kuduga kau ada di sini.”

Androcles menaikkan sebelah alisnya. “Penguntit, heh?”

Mendengkus, Amaryllis mencebikkan bibirnya lucu. “Kau tahu yang namanya orang berjodoh?”

Senyuman miring dengan mimik penuh tanya seketika dilayangkan oleh Androcles. Pria yang masih memakai topeng perak yang menutupi setengah wajahnya itu, entah mengapa merasa penasaran dengan maksud gadis kecil yang ada di hadapannya.

Ayolah, gadis itu masih kecil! Apa ia tahu arti kata ‘jodoh’? Ck, yang benar saja!

“Tuhan pasti telah menakdirkan dirimu untukku. Begitu pula denganmu. Tuhan telah menakdirkan aku untukmu. Berbahagialah!” ujar Amaryllis dengan gaya angkuh sembari berkacak pinggang. Tak lupa ia pun tersenyum begitu lebarnya.

Sontak, pria bersurai hitam legam itu tertawa keras. Rasanya ada banyak jari yang tengah menggelitiki pinggangnya. ‘Oh, apa gadis itu waras? Patut diacungi jempol tingkat percaya dirinya itu!’

Evanescent Felicity [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang