15. Sahabat

13.1K 1.9K 7
                                    

Zea menuruti perintah pria yang ada di hadapannya dan memperlihatkan luka yang terbalut sapu tangan. Mata Emilio berkedip marah dan khawatir, menarik satu tangan gadisnya yang tidak terluka dan membawanya ke apartemen

"Berapa?" Emilio bertanya dengan suara datar.

"928374." Balas Zea dengan pelan.

Pintu terbuka dan mereka berdua masuk meninggalkan Hansa yang terbengong menemukan sikap abnormal nonanya terhadap pria yang tidak dia kenal dan itu sangat berbeda dari sikap normal nonanya yang biasa.

"Duduk." Emilio melirik sekilas mata kekasihnya dan langsung mengalihkan pandangan ke tempat lain.

Zea duduk dengan patuh dan tidak berani bergerak, samar-samar dia mendengar pria itu sedang berbicara.

"Datang ke sini." Emilio menelpon seseorang melalui ponsel.

"Capat datang atau dana penelitianmu berhenti sekarang?" Dia berbicara dengan suara rendah tapi nada ancaman masih terdengar dengan sangat kentara.

"Aku kirim melalui pesan." Emilio mengakhiri panggilan tersebut.

Emilio mengarahkan pandangan matanya dan menatap dingin laki-laki yang ingin masuk ke dalam apartemen. Hansa diam di tempat, ketika merasakan perasaan seperti di tatap oleh binatang buas dan itu berhasil membuatnya merinding.

Zea baru sadar bahwa Hansa belum masuk, dia melirik Emilio dan berkata. "Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang biarkan dia masuk dulu."

Emilio menarik pandangannya dan duduk tepat di samping Zea, tapi Zea merasa semakin bersalah di hatinya saat menyadari Emilio belum mengatakan apapun bahkan tidak menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Zea memikirkan cara agar Emilio ingin berbicara dengannya sekarang, dia menyembunyikan senyum yang ingin muncul ketika dia mendapatkan caranya.

Zea menyesuaikan mimik muka dan meringis pelan karena kesakitan, Emilio mendengar ringisan gadisnya dan menolehkan kepala untuk melihat kondisinya.

"Ada apa?" Walaupun nada suara yang pria ini keluarkan masih datar tapi Zea masih mendengar kekhawatiran di dalamnya.

Zea menunduk dan berusaha keras untuk mengeluarkan air mata yang tidak pernah dia keluarkan lagi semenjak dewasa.

"Jangan menggenggam tanganmu seperti ini." Emilio melihat Zea menggenggam tangan yang terluka dan membukanya dengan hati-hati.

Padahal Zea sengaja menggenggam tangan yang terluka agar dia bisa menangis tapi tetap tidak bisa, hanya bisa membuat matanya berkaca-kaca tapi tidak dengan air mata.

Zea mengangkat kepala dan memperlihatkan wajah kesakitan dan matanya yang sedang berkaca-kaca, tapi yang terlihat oleh orang lain adalah wajah polos tanpa dosa seperti manusia yang belum terpapar kotoran di dunia.

Hansa yang ingin pergi ke dapur langsung menjatuhkan rahangnya ketika melihat wajah yang sama sekali berbeda, dia semakin penasaran kepada lelaki dingin yang bisa membuat nonanya berekspresi seperti itu.

Emilio menghela napas pelan ketika melihat wajah Zea, hatinya melembut dan tidak bisa marah lagi tapi dia tidak bisa mengungkapkan terlalu cepat atau gadisnya akan menganggap masalah seperti ini akan berlalu begitu saja.

WHY AM I HERE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang