22. Bagaimana Situasinya?

12.5K 1.8K 12
                                    

"Apa maksud ucapan anda?!" Ucap Emilio sambil menggertakkan gigi.

Emilio mengencangkan rengkuhannya di pinggang Zea, kemarahan menguasai hatinya tepat setelah permintaan secara sepihak dari gadisnya.

"Aku tahu ada kecurigaan di hatimu tentang semua ini tapi aku tidak bisa menjelaskan apa-apa, jadi ayo berpi-"

"HENTIKAN OMONG KOSONG ANDA!"

Zea tidak takut dengan bentakan tiba-tiba Emilio, tapi dia merasa bingung sekarang.

Emilio menghela napas kasar melihat raut dan tatapan bingung gadisnya. "Ketika orang lain bicara, jangan seenaknya memotong."

Emilio menyentil dahi Zea dengan keras. "Paham!"

Zea mengusap dahinya, sakit. Dia tidak mengerti bukankah arah pembicaraan pria ini akan mengarah sesuai yang dia tahu.

Bertanya tentang segala hal dan jika tidak dijelaskan kecurigaan terhadap dirinya semakin besar, kalau tidak seperti ini lalu seperti apa?

"Apa maksud perkataan mu? Dari perkataan tadi jelas kamu ingin bertanya dan meminta penjelasan, lalu apa yang salah?"

"Akan aku jelaskan nanti di rumah, ini bukan tempat untuk bicara. Ayo periksa mayat ini dulu," Emilio mengalihkan pelukan menjadi genggaman erat di tangan kecil gadisnya.

Sejenak tatapan kosong terlihat di mata Zea, ini... Ini bagaimana situasinya?

Belum 5 menit tadi mereka sedang dalam suasana serius tapi kenapa tiba-tiba seperti tidak ada masalah apa-apa?

Lupakan, dia tidak mengerti.

Emilio menarik Zea untuk memeriksa mayat yang belum tersentuh sejak tadi karena urusan mereka, Zea berjongkok di sisi kanan mayat pria tersebut sedangkan Emilio berada di sisi kiri.

Pandangan Emilio terpaku di leher mayat tersebut, ini sangat akurat. Meraba-raba semua saku yang ada tapi dia tidak menemukan satupun barang yang bisa menjadi petunjuk.

Emilio menyibak atasan yang di pakai mayat itu dan menemukan sebuah tato berbentuk hexagonal dililit dengan ular.

"Lihat ini." Emilio menoleh ketika mendengar suara gadisnya.

"Lidahnya dipotong, siapapun yang berada di belakang ini melakukan pekerjaan dengan sangat bersih."

Zea menggunakan tangan untuk menjepit mulut pria ini agar terbuka dan melanjutkan. "Sangat bersih sehingga di tangkap hidup-hidup sekalipun, pria ini tidak bisa memberikan kesaksian."

Matanya meredup, berada di situasi seperti ini sama buruknya dengan tubuh yang dihinggapi serangga.

Dia dan Emilio berada di kegelapan dan tidak mengetahui musuh ini sama sekali sedangkan mereka bisa mengawasi dia dan Emilio setiap saat.

Memikirkan tentang ini, samar-samar cahaya melintas di matanya. Zea pikir dia mengetahui arti terselubung dari perkataan Emilio saat mereka berdebat barusan.

Ternyata seperti ini!

Kenapa dia tidak bisa berpikir jernih tadi? Jadi dia hanya mengatakan omong kosong bodoh di depan Emilio?

Oh shit, dia merasa malu sekarang!

Zea merasa wajahnya memanas dan membuang muka ke sembarang arah, tidak sengaja melihat tato yang terukir di perut sebelah kiri.

Mengulurkan jarinya dan menyentuh pola tato tersebut dengan perlahan, dia mengeryitkan kening dan berkata dengan heran, "Ini...."

"Kenapa? Kamu pernah melihatnya?" Emilio melihat reaksi Zea dan bertanya.

"Aku tidak tahu, tapi aku merasa seperti melihatnya di suatu tempat." Zea berusaha mengingat dimana dia pernah melihat gambar persis seperti tato ini.

Dia yakin sekali pernah melihat gambar ini, gambar tato ini adalah satu-satunya petunjuk yang mereka punya saat ini.

Zea punya firasat bahwa masalah ini berhubungan dengan dirinya.

Sebenarnya apa inti permasalahan semua ini?

"Jangan terlalu dipikirkan, pikirkan perlahan-lahan saat kamu ingat baru beritahu aku." Emilio memberikan pengertian supaya masalah ini tidak mempengaruhi gadisnya.

"Ya, aku tahu. Aku lelah, ayo pulang."

Emilio mengangguk, membawa gadisnya pergi dari sana dan meninggalkan jasad tersebut untuk ditangani oleh bawahannya, Ettan.

Ketika mereka melewati ruang tamu, ada suasana yang sedikit berubah di antara sahabat Emilio.

Zea paham ini tapi dia tidak peduli.

Emilio tidak menyapa dan hanya memberikan lirikan mata yang di mengerti oleh semua orang, mengangguk dan pergi membawa Zea pulang.

Ketika Emilio dan Zea sudah pergi, Ettan berbicara lebih dulu. "Nah, aku harus bekerja sekarang."

Ettan menepuk tangannya, tidak ada yang merespon ucapan dia sama sekali.

Udara canggung kembali mengisi ruangan tersebut.

__-__-__-__-__

Seorang wanita masuk membawa kotak obat di tangannya, menutup pintu dengan perlahan menggunakan kakinya.

Emilio bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang, menepuk pahanya dan berkata, "Kemarilah."

Zea duduk dan meletakkan kotak obat di kasur, membukanya dan mengambil antiseptik lalu mengaplikasikan ke telinga pria yang yang ada di depannya.

Atmosfer tegang di sekitar bisa mereka rasakan tapi tidak ada yang membuka suara, untuk mencairkan suasana Emilio berkata dengan nada bercanda.

"Hei, bagaimana itu? Aku hampir dibunuh oleh pacarku hari ini."

Zea mengentikan pekerjaannya dan melanjutkan kembali sambil berkata. "Maaf, aku benar-benar tidak ada maksud ingin membunuhmu."

Zea tidak menatap mata Emilio dan fokus melihat telinga yang terluka karena perbuatannya.

Dia melanjutkan, "Dan soal berpisah-"

"Jangan bahas soal ini," Sela Emilio cepat.

"Tidak, dengarkan aku bicara dulu. Aku salah, seharusnya aku paham saat itu apa arti dari perkataan mu."

Zea menjeda omongannya dan meletakkan antiseptik, membuka plester kemudian membalut luka dengan hati-hati.

"Aku hanya berpikir kamu akan meminta penjelasan dan tidak memikirkan hal lain dari sudut pandang yang berbeda, aku merasa menjadi orang sangat konyol sekarang."

Emilio memegang pipi gadisnya dengan kedua tangan, memaksa Zea untuk menatap kedua matanya.

"Aku tidak masalah kamu akan menjadi seperti apa, asalkan jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku."

Zea tertegun melihat tatapan lembut dan memanjakan yang terlihat jelas di kedua netra gelap Emilio, tatapan ini membuat dia jelas tentang sesuatu.

Emilio berpikir kembali di dalam hatinya, apa yang dia tidak tahu tentang ini?

Walaupun dia tidak tahu Zea belajar tentang semua ini darimana tapi dia tidak masalah dengan itu dan tidak pernah peduli.

Dia ingat sekali hal yang membuat dirinya tertarik untuk mendekati gadisnya tidak lain adalah aura pembunuhnya.

Jadi ketika Zea memperlihatkan keahlian seperti ini, tidak ada kejutan sama sekali di hatinya.

Tapi dia bersyukur saat dirinya tidak ada di samping Zea, gadisnya bisa melindungi dirinya sendiri.

"Sekarang istirahatlah, masalah hari ini akan kita bahas perlahan-lahan."

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak, terima kasih.

See you next time

29 Juni 21

WHY AM I HERE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang