4. Sebuah Novel

24.2K 3K 53
                                    

Emilio Clovis?!

Zea mematung seakan petir menyambar tepat di atas kepala, bukankah itu adalah nama male lead dari buku novel roman yang sempat dia baca tepat sebelum esoknya dia di bunuh?

Novel tersebut menceritakan kisah romantis antara Emilio Clovis yang di pasangkan dengan kekasih masa kecilnya yaitu Kiran Fredella, perempuan itu merupakan adik dari salah satu sahabat baik Emilio.

Di cerita tersebut ada seorang pihak ketiga dan dia adalah Zea Elvina Ephraim. Zea di tampar sekali lagi oleh kenyataan. Apakah ini pembalasan dari orang-orang yang pernah dia bunuh dulu, kenapa dia menjadi pemeran antagonis?

Plot antagonis di cerita ini tidak berperan terlalu penting, atau lebih seperti umpan meriam yang hanya sebagai bumbu kecil dalam hubungan mereka. Dia ingat sekali novel tersebut hanya berfokus pada perkembangan hubungan romantis pemeran utama.

Tapi, tidak apa-apa. Yang ada sekarang hanya Zea Elvina. Dia tidak akan bertindak sesuai alur novel, persetan dengan jalan cerita. Dia hanya akan bertindak sesuai kemauan hatinya.

Emilio bingung melihat raut wajah perempuan di sebelahnya seperti melihat hantu. Emilio mencoba mencubit ringan pinggang yang berada di lengannya. Zea tersentak dari lamunannya saat merasakan sakit di pinggangnya.

"Ada apa dengan anda? Mencubit pinggang orang lain seenaknya."

"Apakah itu sakit? Saya melihat anda terdiam cukup lama. Maafkan saya."

Emilio mengusap pinggang perempuan yang baru saja dia cubit, sangat abnormal mendengar Emilio meminta maaf karena selama hidupnya ini adalah yang pertama kali. Dia sedari kecil sangat bangga dan memilik harga diri yang tinggi. Tapi sekarang bibirnya mengucapkan kata maaf dengan sangat mudah.

Zea tahu di tidak bisa melepaskan rangkulan di pinggangnya dan akhirnya menyerah sedangkan pria di sebelahnya jelas tidak memiliki niat untuk melepaskan, lebih baik berpura-pura tidak tahu.

"Siapa nama anda?" Tanya Emilio santai.

Zea mendengar pertanyaan yang di arahkan kepadanya, dia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah tampan pria tersebut dan dia terpana sekali lagi tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.

Bagaimana mungkin tatapan seperti itu bisa lewat dari mata Emilio? Tentu saja dia melihat perempuan di sebelahnya terpana dan dia merasa bangga memiliki paras tampan.

Zea batuk kecil untuk mengalihkan perhatian dan menjawab. "Zea Elvina Ephraim."

"Ephraim? Bukankah keluarga itu memiliki reputasi yang bersih? Lalu kenapa anda bisa berada di pasar gelap?" Tanya Emilio penasaran.

"Apakah karena reputasi keluarga saya bersih, saya juga harus ikut bersih?" Sarkas Zea.

Zea sedikit menyesal menempati tubuh ini, karena reputasi keluarga tubuh ini bersih jadi dia harus diam-diam saat melakukan sesuatu yang berkaitan dengan dunia bawah agar tidak ketahuan oleh mereka.

Walaupun dia mengatakan ingin mengikuti keinginan hatinya tapi dia masih menyukai tempat seperti dunia bawah karena banyak hal yang menarik berasal dari sana dan terkadang itu tidak ada di luar. Terlebih, komputer yang ingin di belinya hanya bisa di dapat dari pasar gelap.

Jika ada yang bertanya kenapa tidak membeli di toko elektronik saja maka jawabannya adalah itu sangat berbeda.

Komputer di toko elektronik hanya memiliki nilai rata-rata sedangkan di pasar gelap adalah yang sesuai dengan keinginannya. Tentu saja dia akan membeli menggunakan uang tabungan pemilik asli.

Pemilik asli sangat rajin menabung walaupun mendapat uang saku yang besar dari ayahnya. Itu membawa manfaat untuknya, jika dia meminta ayahnya untuk mengeluarkan sejumlah uang besar maka dia akan di perhatikan.

"Baiklah, saya mengerti." Emilio tidak ingin bertanya terlebih dahulu, takut bahwa Zea merasa tidak nyaman. Jadi, pertanyaan yang muncul di kepalanya hanya bisa dia pendam.

Apakah kalian bertanya-tanya mengapa Emilio mengklaim Zea sebagai wanitanya? Ingat laki-laki di rooftop gedung kampus? Itu adalah Emilio dan bawahannya.

Dia tertarik dengan Zea karena aura pembunuhnya yang kuat, Tidak semua orang bisa mendapatkan aura pembunuh bahkan bawahannya kalah dengan aura pembunuh milik perempuan di sebelahnya.

"Boleh saya memanggil anda dengan sebutan, Mil?" Zea ragu-ragu dan memberanikan diri untuk bertanya.

Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, saat berada bertemu pria ini dia merasa menjadi orang lain. Sikap dingin dan arogannya tiba-tiba hilang menguap.

Emilio menatap matanya dan tidak langsung menjawab.

Hatinya merasa panik, bagaimanapun orang di depannya sangat kuat dan dia bisa membunuhnya dengan satu jari. Dia dengan cepat mencari alasan lain. "Jangan salah paham, hanya --hanya saja memanggil dengan sebutan Emilio sangat panjang dan susah--"

"Tidak apa-apa, panggil aku sesukamu." Emilio tersenyum manis dan tanpa sadar mengubah cara bicaranya.

Gadis ini sangat imut saat sedang panik, dia tidak langsung menjawab karena kaget tidak berharap Zea mengambil inisiatif. Bukannya dia tidak suka, dia sangat menyukainya.

Zea meredakan kepanikan yang melandanya barusan saat mendengar balasan dari pria di sampingnya, mulutnya ini! Sangat tidak bisa di jaga.

"Ngomong-ngomong apa yang kamu cari disini?"

Emilio mengalihkan pembicaraan melihat gadisnya merasa ehm-malu? Dia tidak tau, intinya itu sangat imut. Dia harus mencobanya lagi lain kali.

"Saya ingin membeli komputer." Zea menjawab seadanya.

"Komputer? Ikut aku." Emilio menarik tangan gadisnya dan menuju ke tempat tujuannya, dari tadi mereka hanya berputar-putar tanpa arah.

Zea terkejut melihat tangannya di tarik, tangannya sangat kecil jika di bandingkan dengan tangan lelaki ini tapi itu sangat hangat dan nyaman.

Gawat! ini tidak baik untuk jantungnya.

Tenggelam dalam lamunan akhirnya mereka sampai di tempat, entah kenapa Zea memiliki perasaan sedikit kehilangan di hatinya saat melihat tautan tangan mereka terlepas.

Tanpa sadar Zea mencoba meraih kehangatan yang baru saja terlepas, Emilio tersentak kaget merasakan tangan halus yang sempat dia genggam tadi meletakkannya kembali ke dalam genggaman tangan miliknya.

Tentu dia merasa senang, gadis di sebelahnya suka mengambil inisiatif, dia sangat menyukai sikapnya yang satu ini.

Emilio tersenyum geli. "Ada apa?"

Zea kembali sadar dan menoleh ketika mendengar pria itu bertanya padanya. "Apa yang ada apa?"

Zea tersadar dengan perilakunya, mengerutkan keningnya enggan. Memikirkan perasaan yang baru saja hinggap di hatinya dan merasa bingung. Tidak tau perasaan apa ini tapi dia menyukainya, rasanya sangat menyenangkan. Dia hanya tahu jika dia menyukainya maka dia akan mendapatkannya.

Saat ingin melepas tangannya, Emilio menggenggam tangan kecil tersebut lebih erat dan tidak bermaksud untuk melepaskannya.

"Tidak apa-apa kalau kamu suka."

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak, terima kasih.

See you next time

22 Mei 21

REVISI: 15 April 22

WHY AM I HERE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang