9. Identitas baru

16.9K 2.2K 8
                                    

"Siapa?"

Kelopak matanya bergetar dan berusaha membukanya untuk melihat siapa orang yang menendang kaki ya barusan. Apakah itu masih orang yang sama? Apakah mereka belum puas setelah membuat dirinya seperti ini?

"Jika anda ingin membalas dendam saya bisa membantu anda." Ujar Zea dingin. Mendengar suara orang ini sepertinya dia laki-laki.

Tangan lelaki itu bergetar untuk sesaat ketika mendengar penuturan tentang balas dendam. Tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri betapa dia ingin balas dendam kepada para bajingan itu.

Tapi dia tahu tidak ada makanan gratis di siang hari jadi dia bertanya. "Apa syarat yang anda inginkan? Saya beritahu anda sekarang sebelum menyesalinya, saya tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada anda."

Jelas Zea melihat di mata lelaki itu ada dendam yang sangat pekat dan itu membuat pekerjaannya semakin mudah.

"Salah." Zea menyeringai di ikuti dengan kekehan tipis yang membuat lelaki itu merasakan katakutan di dalam hatinya.

"Anda memiliki hal yang paling saya butuhkan, apakah anda bersedia memberikannya kepada saya secara sukarela?" Zea berjongkok dan menundukkan kepalanya menatap lekat mata lelaki tersebut.

"Saya akan memberikannya jika saya memilikinya, apapun itu!" Sahut lelaki itu dengan tegas.

"Kesetiaan."

Lelaki itu terdiam, apakah perempuan di depannya ini hanya membutuhkan kesetiaan? Tidak ada hal lain? Atau perempuan ini hanya ingin mempermainkannya?

"Apakah anda mengira saya hanya bermain-main dengan anda?"

Zea berdiri dan duduk di kursi yang berada di pojok ruangan kemudian duduk dengan kaki yang di luruskan dan kepala yang di sandarkannya ke belakang.

Dia mencoba mengakrabkan diri dengan orang di depannya dengan membuat suasana sedikit santai, dan lagi yang dia butuhkan adalah kesetiaan yang dia dapatkan secara sukarela bukan berasal dari ketakutan.

Menatap langit-langit atap yang gelap dan Zea berkata. "Saya tidak mempunyai waktu sebanyak itu untuk bermain-main dengan anda. langsung saja, jika anda bersedia saya akan membawa anda pergi jika tidak saya akan meninggalkan anda."

Kebencian, keadaan inilah yang bisa membuat seseorang menyerahkan segalanya hanya untuk membalaskan dendamnya termasuk kesetiaan. Karena itulah Zea mencari seseorang yang sedang terbelenggu oleh kebencian yang mendalam.

Licik? Itu adalah kata yang tidak bisa lepas dari dirinya.

"Saya bersedia memberikan kesetiaan saya kepada anda asalkan anda memegang kata-kata anda."

"Bagus." Zea tersenyum puas.

Zea bangkit dan membuka gembok rantai yang mengikat lelaki tersebut dengan mudah. Rasa hormat muncul di mata lelaki tersebut melihat betapa mudah perempuan yang di hadapannya ini membuka gembok yang sudah dia coba buka berulang kali.

"Kaki ini masih berfungsi, kan?"

Tidak, bukan dia tidak ingin menolong. Tapi dia juga menginginkan seseorang yang memiliki tekat yang kuat, jika berjalan dalam keadaan seperti ini saja tidak bisa bagaimana lelaki ini akan melewati pelatihan ketatnya nanti.

Lelaki tersebut menganggukkan kepalanya dengan mantap, dia juga ingin membuktikan kepada tuannya bahwa dia tidak salah memilih orang.

Langkah kaki yang tertatih-tatih dari lelaki itu pasti menarik perhatian segerombolan orang yang di temuinya sebelum masuk ke ruangan ini. Mengambil balok kayu yang ada di samping pintu ruangan dan menggeretnya keluar.

WHY AM I HERE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang