3. Dia Adalah Wanita Saya

29.5K 3.3K 70
                                    

Besok adalah hari pertama Zea kembali ke kampus setelah cuti cukup lama dan dia tidak mengikuti acara penerimaan mahasiswa baru. Sebenarnya itu menguntungkan juga, Zea tidak menyukai keramaian dan dia hanya ingin tetap low profile selama di kampus.

Sudah cukup lama sejak kejadian dia bertemu dengan keluarga pemilik asli. Dia cukup terkejut melihat keluarga itu menerima keberadaan serta kepribadiannya yang sekarang, walaupun dengan kedok lupa ingatan.

Dia akan pindah ke apartemen dan tinggal sendiri di sana, alasannya simpel agar dia memiliki ruang gerak yang bebas dan lebih leluasa. Memang lumayan sulit untuk meminta izin kepada orang tua serta saudara lelakinya tetapi dia masih bisa mengatasi masalah tersebut.

Orang tuanya bisa disebut cukup kaya karena ayahnya mempunyai perusahaan yang bisa dibilang besar jadi kebutuhan awal Zea semuanya di tanggung oleh keluarganya.

Karena itulah semenjak dia tahu keluarga ini menerimanya maka Zea tidak sungkan-sungkan lagi dan langsung memilih untuk hidup sendiri dengan membeli apartemen pribadi menggunakan uang orang tuanya.

Zea mengemudikan mobil sport bewarna putih menuju kampus. Jarak antara apartemen pribadi dan kampusnya lumayan jauh  — tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh — sejauh ini semua hal berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala.

Tapi satu hal yang masih bersarang di benaknya dan membuatnya gelisah, dia seperti melewatkan sesuatu yang penting tapi dia merasa sesuatu itu ada di depan mata.

Mari kita lupakan bagian ini, Hal ini hanya bisa membuat dia gelisah.

Zea memarkirkan mobilnya dan tidak dapat dipungkiri karena kebiasaan tidur lamanya itu menyebabkan dia hampir terlambat sampai kampus.

Zea menampakkan kaki di tanah dengan sepasang sepatu berwarna putih, dia keluar dari mobil dengan pakaian yang didominasi oleh warna hitam. Dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya menambah kesan ketegasan di wajahnya. Rambut hitam panjangnya dia biarkan menjuntai dan diterpa angin.

Jika seseorang mengenal sosok Zea dari dulu mereka pasti menemukan perbedaan yang sangat kontras antara
Keduanya.

Zea yang dulu mempunyai penampilan yang anggun dan lembut tapi sekarang sangat berbeda, dia memiliki penampilan yang tajam serta di penuhi aura yang mendominasi.

Zea berjalan menuju kelas, tapi selama berjalan dia pasti mendengar orang-orang berbicara tentangnya. Come on, dia hanya ingin tetap low profile tapi kenapa susah sekali.

"Lihat wanita itu, dia sangat cantik. Kenapa aku baru melihatnya?"

"Sudah beberapa minggu setelah penerimaan mahasiswa baru, apakah dia juga mahasiswa baru?"

"Hei... Aku sangat penasaran dia siapa?"

"Aku mengambil fotonya, dan aku menyebarkannya di website kampus. Mungkin ada yang mengetahui namanya."

Zea berjalan dan menulikan pendengarannya dari pembicaraan semua orang.

"Permisi, boleh saya minta nomor telepon anda?" Seorang laki-laki menghampiri Zea dan menghadang jalannya.

"Pergi!" karena kesal Zea mengeluarkan aura pembunuhnya, salah satu hal yang dia benci adalah di interupsi.

Laki-laki itu merasa udara dingin menusuk punggungnya dan dia merasa merinding, dia merasa seperti ada semacam bahaya yang sedang berada di dekatnya. Laki-laki tersebut langsung pergi meninggalkan Zea.

WHY AM I HERE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang