07. Ilam Side.

31.5K 2.2K 55
                                    

Ilam berjalan kesana-kemari mencari keberadaan Clara, dia harus meminta maaf atas hal semalam. Ilam berjalan mendekati pelatihnya dan bertanya.

"Dimana, Kak Clara?" tanya nya kepo.

Pelatih bernama Jo itu menoleh, lantas mendengus. "Dia sudah dikeluarkan, skandal buruknya yang sering ONS dengan para Atlet kelas atas menyebar. Dia sudah di banned." ketus Jo.

Ilam terdiam. "Benarkah?" tanya nya tak yakin.

Jo mengangguk tak acuh "Kembali berlatih Ilam." perintahnya.

Ilam mengangguk, dia bergerak ke lapangan es dan mulai meliukan tubuhnya. Tubuhnya memang bergerak bahagia, namun pikirannya melalang buana.

"Untung saja, aku tak sampai melakukannya dengan wanita ular itu." bisiknya bergidik ngeri.

Sesaat dia kembali teringat pada Mala, mengingat setengah hari ini dia terbebas dari Mala. Tak ada pesan masuk, tak ada telepon menganggu.

Tak ada larangan, tak ada kekangan, yang ada hanya kebebasan. Senang sih, tapi hatinya serasa kosong tak berpenghuni.

Apa yang aku katakan, sampai bisa putus sama Mala?

Kaki kirinya mulai dia liukan perlahan dan memutar, kedua tangannya terangkat keatas dan memperjelas lekuk tubuhnya.

Aku senang, tapi serasa ada yang kurang.

Ilam bergerak semakin cepat, dia ingin melampiaskan sesak didadanya dengan tempo gerakan cepatnya. Keringat mulai menetes, Ilam bergerak memutar dan sangat terlihat elegan.

Namun, disetiap gerakannya seakan memiliki arti tersendiri.

Aku mengatakan apa? Kenapa Mala menerima kata putus dariku begitu mudah?

Bibir Ilam mulai bergetar pelan, matanya memanas. Dia melakukan gerakan sedikit merendah layaknya gerakan angsa yang indah.

Dadanya sakit.

Aku merasa, hatiku tak terima. Sakit sekali...

Air mata menetes tanpa bisa dicegah, kaki Ilam lemas dan tak sanggup lagi menapak. Dia jatuh berlutut dengan kuat, dengkulnya bergesek dengan lapangan es dibawahnya.

Ilam terdiam, dia menunduk. Tangannya meremat kuat dada yang semakin sesak, dan kerongkongan yang semakin terasa kering.

Tubuhnya gemetar. "Hiks.." isaknya tertahan, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan rampingnya.

Kenapa aku harus menangis?

"Huhuuu..hiks..huaaaaaaaaaa..hiks.
..huuhuu..hiks..huaaaaaaa" tidak, Ilam tak tahan.

Rasanya sangat menyakitkan, walau dia berusaha untuk merasa bahagia, tapi tetap saja hatinya sakit. Sesak, serasa ingin hancur perlahan.

"Maalaaa..hiks..huaaaa..hiks..maaf..hiks..Maalaaaa..maaf..hiks..huhuuu aku salah..hiks..maaf..hiks." isaknya pilu.

Dia duduk membungkuk dan terus menangis, bahkan tak ada yang berani mendekatinya. Mala sudah memerintahkan mereka untuk membiarkan Ilam sendiri.

Kepalanya pusing, tapi dia masih mau menangis. "Maaf Mala..hiks..maaf.."

Kenapa Ilam bisa merasa seperti ini, merasa gila hanya karena putus dari Mala. Padahalkan..

"Aku tidak suka padanyaaa..hiks..AKU TIDAK SUKA!!." jeritnya prustasi.

Dia tidak suka, tapi kenapa rasa sakitnya seakan membalikan kata tidak sukanya.

Ini membuatnya gila!


























ILAMSAT!-

MAMPOS KAO.

My Possesive Girl. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang