Keributan terjadi didepan pintu masuk Kantor tempat Mala bekerja, asal keributan tak lain karena Ilam yang berusaha masuk.
Namun para Security tak mengizinkannya dan malah menahannya, sudah banyak karyawan yang menonton perdebatan mereka.
"Aku ingin bertemu Mala! Biarkan aku masuk!" sentak Ilam kesal, dia sudah setengah jam diluar. Dia mau ketemu Mala, dia mau menjelaskan semuanya.
Salah satu dari ke 3 security menundukkan kepalanya pelan "Maaf, tapi anda dilarang masuk Tuan." ujarny sopan.
Ilam menggeram emosi, siang ini dia mengenakan hodie oversize berwarna biru laut dengan celana panjang hitam yang tak ketatnya.
Baru kali ini dia mengenakan hodie pemberian Mala setelah mereka putus, ck. Bukannya dari kemaren.
Dia hanya ingin bertemu Mala, dan meminta maaf. 2 hari setelah putusnya hubungan mereka, bukan kedamaian yang Ilam dapat.
Perasaan sakit dan sesak didadanya yang semakin hari semakin terasa, apalagi ketika mengingat bahwa dialah yang meminta putus pada Mala.
Ilam sudah menyadarinya, dia tak bisa tanpa Mala. Dia sudah terbiasa dengan Mala yang selalu mengatur hidupnya.
Mengatur pakaian, makanan, jadwal latihan. Mala memperdulikannya, Mala mencintainya, Mala memberikan semua yang dia punya.
"Aku hanya ingin, bertemu dengannya sebentar saja." ujarnya memelas, tas slempang berisi hadiah permohonan maaf darinya sudah dia siapkan.
Ke 3 security menggeleng pelan. "Maaf Tuan, namun Nona memerintahkan kami. Bahwa Tuan Ilam dilarang masuk ke dalam Kantor. Area ini terlarang untuk anda masuki, maaf Tuan." ujar salah satunya.
Ilam...terdiam membisu. Ekspresinya jelas menunjukan ketidak percayaan, apa..bagaimana bisa Mala melarangnya untuk datang.
Apa Mala benar-benar tak mau perduli padanya lagi?. Ilam menggeleng ribut, dia tak terima ini, dia tak mau diabaikan Mala.
"ENGGAK! KALIAN PASTI BOHONG! MALA GAK MUNGKIN LARANG AKU DATANG!" Serunya emosi, suara yang keras namun bergetar itu menjadi bukti perasaan Ilam saat ini.
Kedua tangannya mengepal kuat, urat-urat menonjol jelas dari keduanya. "Biarkan, AKU MASUK!!" amuknya sembari menonjok salah satu security disana.
Buagh!
Tak terima dipukul, security itu hendak membalas pukulan Ilam, namun suara Mala yang baru saja sampai dan turun dari mobilnya.
Menghentikan kericuhan itu, para Karyawan membubarkan diri. Mereka tak mau terkena masalah jika ikut campur urusan bos dan mantan pacar bos mereka.
Mala memandang dingin Ilam yang malah memandangnya semangat. "Bubar, untuk apa kalian ribut disini." hardik Mala dingin kemudian berjalan hendak memasuki kantor.
Ilam berjalan mendekati Mala.
"Mala-"
Wush..
Terpaan angin menerbangkan sedikit helaian rambut Mala, Mala berjalan melewati Ilam seakan Ilam tak ada, bahkan dia tak melirik sedikitpun.
Deg!
Ilam membeku, lidahnya kelu dengan dada yang kembali terasa sesak. Dia tak percaya ini, Mala...mengabaikannya..
Bibirnya bergetar pelan, dia segera berbalik dan hendak mengejar Mala. Namun Ruta segera menghadangnya.
"Pergilah, Nona tak mau lagi melihatmu ada disekitarnya." desis Ruta emosi.
Ilam menggeleng ribut. "MAAALAAAA!! ILAM MAU NGOMONG SESUATU SAMA MALA!..hiks..MALA JANGAN ABAIKAN ILAM!! MALA! ILAM MINTA MAAF MALA!!" teriaknya keras.
Air mata bercucuran seketika, dia menangis dengan nama Mala yang terus dia teriakan.
"MALA!! MALAAA!!!..hiks..MALA ILAM MINTA MAAF!! ILAM SALAH..hiks..HUAAAAAAAAA ILAM GAMAU PUTUS MALA!!..hiks..MALA!!!" histerisnya tak terkendali.
Mala tak perduli, dia terus melangkah sampai memasuki Lift dengan tenang, Ilam tak habis cara, dia meraih sebilah pisau kecil dari tas selempangnya.
Ruta melotot tak percaya. "KAU JANGAN GILA ILAM!!" jeritnya panik dan berusaha menahan Ilam.
Namun sayang. "ILAM BAKALAN BUNUH DIRI!!..hiks..MALAAA!!" teriaknya keras.
Mala yang sudah masuk ke dalam Lift, lantas berbalik dan jelas melihat keributan didepannya. Ilam tersenyum lebar, dia kira Mala akan menemuinya namun sayang.
Mala hanya memandangnya datar bahkan setelah pintu lift tertutup.
Mala mengabaikannya, Mala tak perduli padanya, Mala tak menganggapnya ada.
Ujung mata Ilam berkedut, air mata mengalir semakin deras. Dia mengayunkan pisau itu keperutnya dengan cepat.
Jleb!
"ILAM GOBLOK!!"
Bukannya berhenti, Ilam terus menusukan perutnya berulang kali, sampai akhirnya dia tak mampu menahan rasa sakitnya lagi.
Dan ambruk ke jalan begitu saja.
MALA, ILAMSAT!, RUTA, SECURITY SARANGHAE💃-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomanceDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...