Selesai❤

16.9K 997 56
                                    

Kalian jangan pelit vote dan komen dong:(

Ruta—

Mala mendesah pelan saat melihat Ruta yang sudah sadar dari tidurnya, dan tengah menangis histeris disana, Mala sudah menebak hal ini akan terjadi.

Dia membuka pintu kamar inap Ruta perlahan, jelas saja perawat tak ada yang bisa menenangkannya. Ruta seperti orang kesetanan, dia melempar apapun yang dia raih.

Untung saja Bintang sudah dipindahkan. Kedua perawat tadi lanhsung keluar setelah melihat Mala masuk.

"MALA!!..hiks..MALAAAAA!!...HUAAAAAAAA MALAAA..hiks..aku gamau gini Mala!..hiks..aku gamau Mala!!" tangisnya histeri, air mata hanya keluar dari mata sebelah kirinya.

Sedangkan mata kanannya...mengeluarkan cairan kemerahan yang sudah Mala duga itu adalah darah.

Ruta meremat rambutnya kuat, dia menyibak selimutnya kasar dan berusaha turun, namun pada dasarnya dia sudah tak bisa melihat.

Ruta malah terjerembab kelantai yang dingin. Tubuhnya bergetar hebat, dia tak mau seperti ini.

Dia tak bisa jika tak melihat Mala, ini menyiksanya.

"MALAAAA!!!..hiks..MALA!!" jeritnya pilu. Tangannya meraba lantai dan berusaha untuk menggapai apa saja yang dia bisa.

Ruta merangkak dilantai, dengan tangisan pilu yang tak kunjung berhenti.

Jujur, Mala sedih melihat Ruta yang seperti itu. Dia menekan dadanya guna menahan sesak yang terelakan, air mata mau tak mau keluar melihat keterpurukan Ruta.

"Hiks..Mala..hiks..Malaaa!!..hiks..aku gak suka gini Mala..hiks..gelap..hiks..aku benci GELAP!!" serunya tak tertahankan.

Mala berjalan mendekat, langkah kaki Mala membuat Ruta mendongak, mencari sumber suara. "Mala..hiks..Malaaaa..hiks.." tangisnya menyayat hati.

"Sayang.."

Tepat setelah itu, Ruta menguatkan tangisannya. Terlebih saat Mala memeluknya erat dan membiarkannya menangis dibahunya.

"Malaaa..hiks..aku gamau gini Mala..hiks..huaaaaa Malaaa..hiks..kenapa aku gabisa ngerasa bahagia Mala..hiks..aku gak suka gelap Mala!!" racaunya tak terkendali.

Mala hanya diam, dia mengelus punggung Ruta yang bergetar hebat, Mala membiarkan Ruta terus meremat dan menarik pakaian yang Mala pakai.

"Malaa..hiks..Malaa..hiks..Mala..hiks..huhuuu..hiks..Mala.." isaknya pilu.

"Tenang Ruta..hiks..kamu pasti bisa ngeliat lagi..hiks..jangan sedih.." bisik Mala bergetar.

Ruta tak memperdulikan hal itu, yang dia tau saat ini hidupnya semakin kacau. Tak ada yang baik dalam kehidupannya.

"Huhuuu..hiks..huaaaaaaaaa!!"

Mala juga tak bisa berbuat banyak, untuk sementara Ruta harus menjalani kehidupannya sebagai pria buta.

Mungkin juga...selamanya.

Karena..Dokter Alex mengatakan jika mata Bintang tak cocok untuk Ruta, Alex mengatakan jika mereka tetap memaksa untuk melakukan operasi.

Ruta juga tak akan selamat.

Mengingat hal tersebut, Mala mengeratkan pelukannya "Ruta..hiks..aku tak akan meninggalkanmu.." isaknya kuat.

Benar, Mala tak akan meninggalkan Ruta begitu saja.

"Aku gak suka gelap Malaa..hiks..huhuuu..hiks..aku masih mau ngeliat dedek bayi nantinya..hiks..aku gamau buta selamanya MALA!!" jeritnya diakhir.

Ruta ingin melihat anak Mala nantinya, dia ingin menjadi Ayah untuk anak Mala nantinya.

Ruta ingin bermain dengan bebas bersama Anak mereka nanti.

"Aku gamau gini Malaaa..hiks.." tangisnya menyayat dan memilukan.

Mala mengangguk berulang kali "Iya Ruta..hiks..aku tau..aku tau Ruta..hiks.." ini semua karena Ayah mertuanya.

Semuanya menjadi tambah kacau!

Kriet.

"Mala? Mala kenapa nangis?" baik Mala maupun Ruta mendongak, Mala langsung melepaskan pelukannya pada Ruta.

Hal tersebut, membuat Ruta semakin menangis tak terkendali. "Ilam, kenapa kamu kemari?" tanya Mala panik sembari bangkit dan berjalan mendekati Ilam yang hanya berdiri ditempat.

Ilam memilin ujung hodie coklatnya, dia memandang polos Mala. "Eung, tadi mami paksa Ilam supaya kemari, Ilam gak suka di rumah, Ilam didorong terus supaya lompat dari balkon kamar Ilam." ujarnya lugu.

Mala memejamkan matanya, kenapa keluarga Ilam segila ini. Dia menarik Ilam mendekat dan memeluknya erat "Kamu anak pintar, untung Ilam gak ikutin apa kata nenek sihir itu." gumam Malam

Ilam tertawa pelan, dia senang dipuji Mala.

"MALA!!" keduanya tersentak, Mala segera melepas pelukannya dan menarik lengan Ilam.

Dia kembali mendekati Ruta. "Mala, dia kenapa?" tanya Ilam kasihan.

Mendengar nada penuh kemirisan itu membuat Ruta berang. "INI SEMUA GARA-GARA KAU! BRENGSEK! MATI AJA KAU ILAM! ANJING!" seru Ruta emosi.

Napasnya memburu cepat, Ilam bersembunyi dibalik punggung Mala karena merasa tak nyaman.

"Ruta, ayo kita menikah."

Baik Ruta dan Ilam sama-sama kaget.

"M-menikah?" tanya Ruta tak percaya.

Mala mengangguk, dia membantu Ruta untuk berdiri, lalu menggenggam kedua tangannya "Ayo kita menikah, dan hidup bertiga dengan damai." ujar Mala lembut.

Ruta terdiam, namun air mata mengalir semakin deras. Dia mengangguk dengan bahagianya "Ayo hiks..ayo kita menikah Mala..hiks.." lirihnya senang.

Mala tersenyum, dia menarik Ilam agar berdiri disebelahnya. "Ilam, kamu akan ikut sama aku." ujar Mala lembut.

Ilam memandang lekat Mala, tanpa sadar, air mata tergenang dipelupuk matanya. Ujung bibirnya berkedut dan dia ikut menangis.

"Hiks..Mala.." isaknya seraya memeluk Mala erat.

Mala berfikir, apa dia bisa berlaku jahat untuk dua orang ini? Atau dia hanya perlu balas dendam pada orang tua Ilam?.

"Kita akan bahagia, bersama." bisik Mala penuh ketulusan.

Benar, dia akan balas dendam pada kedua orang tua Ilam. Tidak pada Ilam, hanya orang tua Ilam, karena Ilam akan mendapat balasannya secara berbeda.

Benar.

Mala, hanya perlu menjalani hidupnya dengan damai setelah ini.

Bersama Ilam, Ruta, dan anak mereka nantinya.


















































Selesai💃

Wih gila aja, gak nyangka ni cerita udah tamat ae.

Setelah ini, masih ada extra part. Tapi gatau juga deh, hehehhee.

My Possesive Girl. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang