06. Bebas!

32.9K 2.3K 60
                                    

Sorak bahagia terdengar menyeluruh kesekitar lapangan, karena hari ini si Most wanted sekolah akan menembak seseorang yang amat dia suka.

Siswa tampan itu sudah berlutut kelantai lapangan, dengan sebuket bunga mawar putih yang indah. Senyum manisnya terbentuk dengan jelas diwajah bak dewa Yunaninya.

"Mala, Lo tau kalau gue suka sama lo dari kita Sd. Jadi, Lo mau jadi pacar gue?" ujarnya lembut, sinar matahari tak menggoyahkan nyalinya.

Dia tetap melakukan confess nya pada sang gadis, sampai akhirnya gadis itu mendengus dan menerima bunga nya. "Oke, gue terima." jawabnya santai, jawaban itu menambah sorakan disekitar mereka.

Remaja tadi langsung berdiri dan memeluk gadis didepannya, betapa bahagiannya dia. "Makasiiiih."

Gadis itu tersenyum "Sama-sama."

Byur!

Ilam tersentak saat guyuran air mengenai wajah serta tubuhnya, dia langsung bangun sambil terbatuk karena air masuk kehidungnya.

"Uhuk! Hahh..ya ampun, hujan!? Astaga basah semua." dia asik mengoceh tanpa sadar jika kedua orang tuanya sudah berdiri berkacak pinggang menatapnya datar.

"Kami memang ngebebasin kamu, tapi pergi ke club dan hampir ONS sama yang bukan Muhrim, kamu waras Lam?" sindirian pedas itu terdengar.

Dari sang Mami cantiknya, Ilam menoleh. Dia meringis pelan melihat wajah garang Maminya "Duh, pala Ilam pusing." keluhnya sesaat.

"Halah, akting!" hardik Maminya.

Ilam merenung, dia hampir OSN? Ya Tuhan bejat sekali. Ckck, dia harus minta maaf sama Clara setelah ini. Pasti wanita itu shock.

Kepalanya berdenyut pelan, dia gatau kenapa dia bisa berakhir di rumah. Perasaan semalam dia ke club sama Clara dan minum-

Ilam menatap kedua orang tuanya, oh ya. Kenapa Mala tak ada disini? Kemarin dia ngomong apa sama Mala? Gak aneh-aneh kan?

"Ma, Pa. Mala gak ada kemari?" tanya nya penasaran. Biasanya Mala akan mengoceh dan memarahinya jika ketahuan mabuk.

Duh, masalah nih. Papi Ilam melengos malas. "Buat apa Mala yang cantik itu, datang buat jengukin mantan gatau dirinya." sinis Papinya luar biasa tajam.

Ilam terhenyak, mantan? Dia dan Mala? Udah jadi mantan? Kok bisa?

"Lah? Kok bisa Pi!?" serunya semangat. Raut wajahnya nampak bahagia, dia segera turun dan meraih handuknya.

Papi mengedik. "Kan, kamu yang mutusin dia. Dahlah, Mala terlalu baik buat kamu, jadi mending Mala cari orang lain aja." ketusnya.

Ilam mengangguk riang. "Benar! Mala terlalu baik untuk aku. Bagus karena kami udah putus. AKU BEBAS! YESS!!" pekiknya kegirangan.

Dia berlari ke kamar mandi dan berseru bahagia. Akhirnya, dia bebas dari iblis tukang ngatur itu.

Papi dan Mami mendesah kecewa, kenapa Putra mereka se tulul ini sih. Malah seneng, dapetin hati Mala bukannya mudah, dan dia bahagia atas putusnya mereka.

"Anak kamu Mi."

"Bukan, aku aja nemu dia di pinggir jalan."

"Oh, bener. Balikin aja lagi dia ke pinggir jalan."

"Boljug."

✨✨✨✨

Mala tak merasa terlalu prustasi, walau semalaman dia menangis dan memaki Ilam habis-habisan. Tapi dia tak mau meratap, karena pekerjaannya banyak.

Ruta datang, dia membawa Teh manis sari murni untuk Nona-nya itu. "Nona, minumlah." ujarnya lembut, dia mengelus rambut Mala pelan dan memijitnya.

Mala memejamkan matanya sejenak, meresapi rasa pijatan yang Ruta berikan. "Terima kasih." gumamnya halus.

Ruta mengangguk. "Everything for you." ujarnya dengan suara rendah miliknya.

Mendengar itu, Mala hanya tersenyum simpul. Dia menikmati teh buatan Ruta. "Bagaimana keadaannya?" tanya Mala.

Dia yang dimaksud adalah Ilamsat, alias Ilam bangsat. Ruta mendecih, males banget bahas tuh cowok gatau diri.

"Dia bahagia Nona, dia sekarang tengah berlatih di lapangan es seperti biasa. Raut wajahnya-"

"Tak perlu diperjelas, bagus jika dia bahagia. Aku akan mencoba memberikannya apa yang dia mau, putus dan menjauhinya? Itu mudah."

Ruta tersenyum lirih. "Nona, lupaka-"

"Aku akan Ruta, akan ada saatnya aku melupakannya. Tinggal menunggu kapan itu tiba." bisik Mala.

Dia hanya ingin melihat kebahagiaan apa yang Ilam inginkan, dia akan berusaha memberikannya. Jika itu harus menjauhinya sekalipun.

"Kembali bekerja, Ruta."

Ruta mengangguk, dia menarik kembali tangannya dan undur diri. Setelah kepergian Ruta, Mala memandang kearah pemandangan kota yang tersaji dibelakangnya.

Dia berdiri, dan berfikir sejenak.

Senyum tipis terbentuk begitu saja "Nikmati kebebasanmu, Ilam." gumamnya lembut.

Ilam akan menikmati hal yang selama ini dia inginkan.




































RUTA&MALA. ILAMSAT!—

My Possesive Girl. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang