Ilam berlutut, dia memohon dengan sangat pada Mala, memohon agar Mala ingin kembali bersamanya. Mereka saat ini ada di rumah minimalis milik Mala.
Setelah urusan Ruta atau yang sebenarnya adalah Rita selesai, kini saatnya Mala menyelesaikan urusannya dengan Ilam.
"Aku mohon, kita balikan ya? Plis." pintanya melas.
Mala yang tengah duduk di sofa hanya mengangkat satu kakinya dan berpangku ke paha lainnya. "Kenapa aku harus mau?" tanya Mala tenang.
Ilam melengkungkan bibirnya kebawah, dia memeluk satu kaki Mala dan mendusel dipahanya "Malaaa, aku kan lupa Mala. Sekarang udah inget, balikan lagi ya?" melasnya.
Mala mendesah pelan, dia mencubiti pipi Ilam pelan, kemudian mengangguk. "Oke, ini yang terakhir." ujarnya final.
Ilam langsung sumringah, dia bangkit dan memeluk Mala erat dan ambil kesempatan untuk duduk dipangkuannya.
Dan mencium bibirnya singkat, senyum manis terbentuk jelas diwajahnya. "Sayang kamu." bisiknya tulus.
Mala tersenyum tipis, kemudian mencium balas pipi Ilam "Sayang kamu juga." balasnya.
"Mala, kamu jangan terlalu possesive lagi ya."
"Begitu?"
"Iya."
Mala mengangguk. "Baiklah, aku akan mencoba untuk tidak possesive."
****
Ilam berdiri didepan Mala yang saat ini hanya sibuk bermain dengan ponselnya, mengabaikannya sedari tadi. Biasanya tak begini, Mala pasti akan merecokinya jika melihatnya begini.
Padahal mereka udah baikan, Ilam kira Mala akan kembali possesive seperti sebelumnya.
Seperti bertanya. "Mau kemana?"
"Pergi bareng siapa?"
"Disana nanti ada siapa aja?"
"Aku ikut."
"Jangan kemaleman."
Dan segala peraturan dan pertanyaan lainnya. Membuatnya muak sekaligus bosan sekali. Dia hanya ingin diberi kelonggaran, bukan tidak diperdulikan.
Namun, itu pula yang dia rindukan saat ini.
"Mala.." panggilnya santai, sebenarnya berusaha untuk tetap santai sih.
Mala berdehem sebagai jawaban. "Aku, keluar bentar ya sama Anita. Ntar sore pulang." ucapnya.
Dia berharap Mala marah dan melarangnya pergi, pasti Mala akan marah padanya karena dia akan pergi dengan gadis lain. Tak apa, itu lebih baik ketimbang diabaikan seperti ini.
"Oke, Ilam. Hati-hati, i love you" sahutnya santai dengan mata yang masih terpaku pada ponselnya.
Ilam shock, dia terdiam, Mala tak melarangnya ataupun marah. Dia jadi ragu, dia berjalan mendekati pintu rumah, tapi kembali berbalik.
"Kamu gak tanya, Anita itu siapa?" tanya nya.
Mala menggeleng. "Enggak." jawabnya singkat.
Semakin membuat Ilam ketar-ketir sendiri, dia memutar-mutar kunci mobilnya kemudian bertanya lagi. "Kita mau kemana, kamu gak tanya?"
"Enggak. Nikmati aja, semoga menyenangkan."
"Eum, iya."
Ilam membuka pintu rumah, kemudian hendak melangkah keluar. Namun dia masuk kembali lalu bertanya lagi "Kamu gak tanya, disana nanti aku sama siapa aja?" tanya nya.
Keringat dingin sudah melipir di dahinya. "Enggak Ilam." jawabnya kalem.
"Kalau, semisalnya aku dan Anita cuma berdua doang gimana?"
"Ya, gak papa."
"Anita itu, dia cewek loh." Ilam semakin gencar bertanya.
Ayolah, larang aku. Marahi aku, bilang padaku agar aku jangan dekat-dekat cewek lain.
"Terus kenapa? Kamu kan boleh punya temen cewek. Udah ah sana, ganggu aja sih." Mala kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Kamu gak pernah liat Anita lho."
Mala mendesah kuat, dia mematikan ponselnya lalu menatap nyalang remaja tadi. "Terus kenapa!?" ketusnya kesal.
Ganggu aja sih, pergi ya tinggal pergi tapi nanya-nanya mulu.
Ilam tadi diam, bibirnya melengkung kebawah dengan air mata yang menggenang. "Yauda deh, gajadi pergi." ucapnya pelan seraya masuk ke dalam kembali.
Dia menutup pintu lalu berjalan cepat menuju kamar. "Loh? Kok jadi pergi Ilam?" tanya nya heran.
Brak!
Ilam membanting kuat pintu kamarnya, lalu berteriak.
"KAMU UDA GAK PERDULI LAGI MALA! KAMU GAK CINTA ILAM LAGI! MALA JAHAT! MALA GAK LARANG ILAM! MALA CUEKIN ILAM! MALA UDA GAK PERDULI SAMA ILAM LAGI!!"
"ILAM KIRA MALA BAKALAN TETEP POSSESIVE! TAPI APA!? KAMU BERUBAH!!"
Mala mencerna ucapan Ilam, kemudian tersenyum tipis. "Bukannya, dia pernah minta aku supaya berhenti larang-larang dia?" monolognya sendiri.
Kemudian melanjutkan permainannya di ponsel.
MALA&ILAM
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
Roman d'amourDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...