Hai, aku coba up satu chap aja gak papa kan? Btw aku mau buat cerita baru, hehe..jangan demo aku soal cerita on going ku yang lain huaaaaa.
Cerita anti-mainstream, pokoknya beda dari yang lain hahahhaha.
MALA&ILAM—
Operasi yang Ilam jalankan sudah selesai, Mala hampir mati rasanya saat menemukan Ilam yang sudah sekarat dilantai rumahnya. Wajah pucat dengan darah yang menggenang.
Mala mendesah pelan, dia mengelap tangan kurus Ilam dengan kain yang sudah dibasahkan dengan air hangat. Mala belum bisa lega sebelum Ilam sadar, masih shock.
"Kok, bisa jadi gini sih Lam." bisiknya sedih, dia takut sekali. Sangat amat takut jika sewaktu-waktu Ilam akan meninggalkannya.
Denting jam terus berbunyi, Mala masih asik mengelap kaki, tangan serta wajah Ilam. Dia sangat menyayangi Ilam, jujur saja dia takut jika harus kehilangan pria ini.
Mala sudah melacak jejak Ruta, dia harus memberi pelajaran pada Pria itu. Sangat mengecewakan sikapnya sekarang, padahal niat hati Mala ingin membicarakan suatu hal dengan Ruta.
Namun, melihat tindakannya pada Ilam, dia tak jadi melakukannya. Tidak sudi, bahkan untuk melihat ataupun mendengar suaranya saja Mala ogah.
"Maa..laa.." Mala tersentak, dia menoleh dengan cepat. Senyum haru terbentuk begitu saja saat melihat Ilam sudah membuka matanya.
Mala beranjak, dia menekan tombol merah didinding atas kasur pesakitan Ilam. Mala bersyukur Ilam membuka matanya saat ini.
"Kamu butuh sesuatu?" tanya Mala lembut, dia menggenggam lengan kanan Ilam dan mengecupinya.
Ilam melirik sayu Mala, senyum dibalik masket oksigennya terlihat dimata Mala. "Maa..la..a..ku..ha..us.." bisiknya lemas.
"Nanti ya, tunggu Dokter datang."
Ilam menggeleng pelan, dia melepas masker oksigennya pelan kemudian meminta lagi. "Mi..num.." bisiknya.
Mau tak mau Mala menuruti, dia meraih cangkir berisi air putih yang memang tersedia dinakas kamar. "Ini, pelan minumnya." Mala memegang cakir itu.
Dia membantu Ilam meminum perlahan agar tak tumpah, setelah 2 teguk. Ilam meminta berhenti "U..dah.." ujarnya.
Mala mengembalikan cangkir tadi ke nakas, lalu menyeka sisa air disudut bibir Ilam. "Maa...la.." panggilnya lagi.
"Kenapa, sayang?."
Ilam diam, dia memandang Mala sendu "I..lam..mau..pipis.." cicitnya malu, rona terbentuk diwajah pucatnya saat ini. Mala terbahak, dia mengangguk pelan.
"Pipis aja, kan pakai pampers." celetuknya geli, Ilam shock.
"P-pam..pers..?" lirihnya tak percaya, Ilam menunduk. Dia melihat bagian bawah tempat nunutnya berada memang terasa berat.
Lelehan air mata sontak turun dari kedua manil Ilam. "Kok nangis?" tanya Mala halus, dia menyeka air mata Ilam perlahan.
"Ga..mau..hiks..pakai..hiks..pempes.." jawabnya sambil terisak pelan, dia gapernah bayangin bakal pakai pempes diusianya yang ke 24 Tahun ini.
Mala terkekeh pelan "Untuk sementara aja sayang, gak selamanya kok." ujarnya lembut.
Ilam masih menangis, ternyata rasnya pakai pampers setelah dewasa tuh begini ya. Ilam tak pernah terpikirkan akan hal ini.
"Maa..luuu..hiks.."
Manisnya, interaksi mereka.
Sampai-sampai 2 Suter dan 1 orang Dokter yang sedari tadi sampai, agak mupeng ya Bund liat tingkah mereka.
MALA&RUTA—
See you soon guys💃
![](https://img.wattpad.com/cover/272580823-288-k318548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomanceDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...