Percakapan antara dua orang gila yang sangat terobsesi pada seorang gadis yang masih terlelap di kasur king size sebuah kamar beraksen Belanda.
Sepertinya mereka ada di sebuah Mansion kuno, megah dan tentunya kaya.
"Jadi bagaimana?" tanya Ilam santai. Dia duduk dikursi yang berhadapan dengan Ruta, mereka memilih jalan tengah saat ini.
Yang tak lain adalah berbagi. Ruta menyeringai, dia bertopang dagu dengan tatapan sedikit merendahkan Ilam.
"Obatnya sudah kudapat, langkah berikutnya bagaimana?" ujar Ruta tenang.
Obat, Adonis Dopamin. Sudah tak asing lagi bukan? Mereka akan menggunakan obat itu dalam dosis tinggi, inilah jalan satu-satunya yang bisa mereka lakukan.
Ilam berfikir sejenak, sebenarnya dia tak mau berbagi dengan Ruta, tapi hanya dengan cara ini sajalah dia bisa mendapatkan Mala.
Hanya saja, dia punya rencana sendiri untuk negosiasinya.
"Kita berikan sekarang." ujar Ruta seraya berdiri dari duduknya. Dia beranjak dan berjalan mendekati Mala yang masih terlelap dengan tenangnya.
Jangan tanya bagaimana Ilam bisa tau rencana Ruta, tentu saja karena koneksi yang dia punya itu luas. Besok dia harus berangkat ke London, maka hari ini dia harus menyelesaikannya.
Ruta mengeluarkan suntikan beserta cairan yang akan dia suntikan pada tubuh Mala. "Setelah ini, biarkan saja aku yang menjadi orang pertama yang dia lihat." ujar Ruta arogan.
Dia tak memandang kearah Ilam yang ada dibelakangnya. "Karena semua ini adalah rencanaku." gumam Ruta puas.
Mala akan segera menjadi miliknya, Ruta sendiri akan menghabisi Ilam setelah selesai dengan urusannya dengan Ilam.
Ruta akan membunuh Ilam, lalu membuang mayatnya ke su-
Jleb!
"Kau fikir, aku bodoh?" Ruta terdiam, suntikan ditangannya jatuh, darah mengalir keluar dari bibirnya.
Dia menunduk dan melihat perutnya yang sudah ditusuk dengan pisau daging. "Uhuk!" Ruta terbatuk.
Ilam menyeringai, dia menarik pisau tadi dan menusukannya ke paha Ruta. Sampai akhirnya Ruta ambruk ke lantai dan hilang kesadaran.
"Mala, saatnya kamu berhenti pingsan." celetuk Ilam.
Mala tertawa pelan, dia membuka matanya dan berusaha duduk. Perutnya sakit karena bekas jahitan yang Ruta berikan masih terasa.
Ilam membantunya untuk duduk "Kita pergi?" tanya Ilam lembut, Mala mengangguk patuh. Ilam menggendong Mala ala bridal lalu berjalan keluar kamar.
Menginjak perut Ruta yang sudah berlumuran darah. "Mala, dia jahat ya." cetus Ilam.
Mala mengangguk setuju, dia menyenderkan tubuhnya pada dada Ilam. Lalu teringat sesuatu "Ah, lalu setelah ini apalagi Ilam?" tanya Mala penasaran.
Ilam menyeringai puas "Tenang saja, kobaran api akan menghilangkan jejaknya dari dunia ini." bisik Ilam licik.
Sayangnya Mala tak dengar itu, karena Ilam baru saja menyuntikan suntikan yang dia ambil tadi. Ilam tersenyum amat lebar, rencananya berjalan sangat mulus.
Memang pada dasarnya Ruta bukanlah lawan yang seimbang bagi Ilam.
Karena Ruta tak akan pernah bisa melawan Ilam. Ruta bukan lawan sebanding untuk Ilam, Ilam menang dari segala bidang daripada Ruta.
Tbc.
Syalalallaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomanceDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...