Hey, jangan lupa voment loh kalian, chap sebelumnya sepi banget asli. Padahal aku nungguin buat baca komenan kalian:( btw mampir ke Galahan kuy, book baru tuh.
ANCAMAN-
Mala memandang penuh permusuhan pada Ruta, setelah apa yang kini dia lihat pada diri Ruta, dia yakin jika apa yang Ilam katakan adalah benar.
"N-nona..hiks..dengarkan penjelasan saya Nona..hiks..saya gabisa jauh dari Nona lagi..hiks..saya gak sanggup.." lirihnya pilu, air mata meleleh perlahan turun ke pipinya.
Wajah pucat yang penuh dengan air mata kepedihan terlihat jelas padanya, Mala merasa dadanya teremas perlahan, seakan tak mau jika orang dibawahnya ini menunjukan ekspresi seperti itu.
Ruta merangkak pelan, dia memeluk kaki Mala erat, dia memohon dengan sangat agar tak dihempas menjauh dari nya lagi.
Namun, Mala terlanjur kecewa. 10 menit sebelum ini Mala menciduk Ruta tengah berciuman dengan seorang wanita di ujung koridor.
Dan yah, Mala merasa hatinya ikutan sakit melihat hal itu.
"Percuma, kau sudah ternoda. Dan kau tau? Dalam persyaratan yang tertera diperjanjian kita. Kau akan tetap menjadi orangku sampai, kau memilih untuk berhubungan dengan wanita lain."
Tangisan Ruta menguat, dia tau perjanjian itu. Dia dilarang dekat dengan wanita lain selama dia ingin tetap menjadi orang Mala.
Walau dia sudah bukan pengawal Mala, namun kontrak kerja mereka masih berlaku.
"Nona..hiks..saya tidak bermaksud seperti itu Nona..hiks.." isaknya pilu dan melarat.
Mala melepas kasar pelukan Ruta dikakinya. "Dengan ini, Anda resmi saya keluarkan dari daftar Orang saya dan setelah ini anda benar-benar bebas ingin melakukan apa saja dengan wanita lain diluar sana." ujar Mala dingin.
Ruta memandang pilu Mala dari bawah, dia tak percaya ini. Dia benar-benar kehilangan Mala, dia tak akan punya kesempatan lagi untuk bersama Mala.
Mala berjalan menjauhi Ruta, dia harus segera menemui Ilam setelah ini.
Belum juga Mala membawa langkahnya jauh, sebuah benda tajam dirasa sudah menusuknya dari belakang. Diikuti dengan aroma khas seseorang.
Ruta, memeluk Mala dari belakang, dan menciumi lehernya lembut "Kamu kira, bisa lari dariku begitu saja?" bisik Ruta lembut.
Penuh kelembutan namun tak ada kehangatan sama sekali. Mala merintih kuat saat pisau itu ditarik kuat dari pinggangnya.
Membuat darah mengucur deras dari sana. Tubuh Mala melemas, dan Ruta dengan sigap menahan tubuh Mala.
Masih bisa Mala lihat ekspresi penuh cinta dari Ruta. Pria gila itu menunduk dan mencium bibir Mala singkat.
"Mulai saat ini, kamu adalah milikku." bisiknya jelas.
Mala tak bisa melawan, mungkin saja pisau itu sudah dibubuki racun. Sakit sekali rasanya, sampai akhirnya matanya terpejam.
Mala kehilangan kesadarannya, dan Ruta menggendongnya dengan penuh kemenangan. Dia akan meminta orang suruhan Papanya untuk membereskan darah dikoridor ini.
Sementara itu, Ilam sangat gelisah.
Mala izin ke kantin Rumah Sakit namun sampai saat ini tak kunjung kembali. Kemana perginya Mala "Mala, kamu gak lari dari aku kan?" bisiknya takut.
Dia takut, hanya takut jika Mala pergi darinya.
Tring!
Ilam tersentak mendengar notif dari ponselnya, dia melihat isi pesan masuk tersebut.
Pelatih Jo.
Ilam, kita akan berangkat ke London besok, pertandinganmu tak bisa diundur lagi.Ilam mencengkram kuat ponselnya, dia ingin menangis saat ini. Dia akan pergi, tapi dia sama sekali tak tau dimana Mala berada.
"Mala.."
Takdir mereka seakan dipermainkan, apakah harus ada korban jiwa jika ingin semua kembali normal?
Bisa jadi korban jiwa tersebut, adalah orang yang berharga bagi kedua psychopath gila ini.
Udah mau end.
Sad end-Ruta&Mala berlayar?
Happy end-Ilam&Mala berlayar?
Middle End-Ilam&Mala&Ruta berlayar?
END-Mala mati?-Ruta Mati?-Ilam Mati?
Komen sebanyak-banyaknya biar aku tau ending macam mana yang harus aku buat hahhaha.
Tamat ini. My Bayi boyfriend dan My Childish Brother bakalan aku publish.
Gatau juga sih, hahahhaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomanceDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...