27. Kehidupan baru.

8.9K 926 42
                                    

Mala baru saja menidurkan tubuh lelahnya ini kekasur yang ada di kamar tamu, rumah Papi Bintangnya.

Perjalanan 3 jam mereka menuju Aceh sedikit melelahkan, terlebih kondisi Ruta yang masih lemah dan terlihat kelelahan.

Cklek.

"Nona, anda tidak mau makan malam dulu?" tanya Ruta yang baru saja masuk dengan koper miliknya. Mereka datang hanya berbekal uang 200 juta milik Mala dan pakaian milik Ruta.

Ruta tersenyum lembut, dia berjalan mendekati Mala yang asik berguling dikasur barunya. "Nona, mau makan dulu atau mandi?" tanya Ruta lagi.

Mala kembali berguling dan hampir saja jatuh dari kasur, sebelum Ruta menahannya seketika. "Huft, Nona-"

"Panggil aku dengan namaku, lupa ya kalau kita lagi akting jadi suami istri?" celetuk Mala geli, terlebih lagi ketika wajah Ruta memerah malu.

Dia menunduk pelan, kemudian mengangguk. "B-baik..Mala.." bisik Ruta malu.

Mala terkekeh gemas, dia bangun lalu memegang pinggang ramping Ruta dan mendekatkan tubuh pria itu. "Gemesin, siapin air panas aja deh, Mala mau mandi." ujarnya manja dan mesra.

Ruta malu, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mendongak. "Aaa..R-ruta malu.." cicitnya bergetar.

Mala hanya terkekeh pelan melihat Ruta yang malu-malu, dia mendusel diperut rata Ruta dan memeluknya erat "Udah kenalan sama Papi?" tanya Mala.

Ruta mengangguk pelan, dia melepas tangkupan dari wajahnya lalu beralih pada rambut Mala. Ruta mengelusnya dengan amat lembut "Udah, Papi kamu baik ya." Ruta terus mengelus rambut Mala.

Mala terkekeh pelan "Tapi, Papi aku cacat. Kakinya lumpuh, gak masalah kan?" gumam Mala sedikit minder.

Ruta mengerucut pelan, kemudian memeluk kepala Mala perlahan "Lalu bagaimana dengan aku? Aku cacat, aku jelek, kaki aku pincang, mata aku buta-"

"Shut, gaboleh gitu. Jangan bahas ginian lagi aku gamau." gumam Mala sebal, dia mengeratkan pelukannya pada pinggang Ruta.

Ruta menahan air mata yang sudah tergenang dipelupuk matanya, dia merasa bersyukur bertemu dengan Mala. "M-makasih.." lirihnya bahagia.

Memang, lebih baik seperti ini saja. Lebih baik Mala melupakan Ilam dari hidupnya, Mala akan menikah dengan Ruta dan tak mau memikirkan Ilam lagi.

Sudah cukup semuanya.

❤❤❤

Sinar matahari pagi mulai masuk ke dalam kamar milik Ruta dan Mala, keduanya masih saling memeluk dengan erat dan nyaman.

Ruta memeluk Mala dan menyamankan posisinya didada Mala, nyaman sekali disini. Hangat, dan menenangkan "Eungh.." lenguhnya pelan.

Rasa sesak ingin buang air terasa, Ruta melepas pelukannya dan memundurkan tubuhnya. Sejenak, dia memandang penuh kelembutan pada wajah Mala.

Senyum lembut terpancar diwajahnya, dia memberanikan diri untuk mencium dahi Mala. Sedikit lagi dia menyentuh dahi Mala, kecupan lainnya terasa dipipi Ruta.

Cup.

Jantung Ruta berdegup amat sangat cepat, wajahnya memerah padam dengan bibir yang bergetar pelan. "M-mala!?" pekiknya malu.

Mala terkekeh pelan, dia menarik Ruta dan kembali memeluknya erat, mendusel dileher Ruta dan mengecupi leher pria itu.

"Pagi Daddy." sapa Mala mesra.

Sapaan itu membuat Ruta tertegun, mendengarnya membuat dada Ruta menghangat seketika. "D-daddy?" beonya malu.

Mala mengangguk. "Iya, Daddy Ruta." ujar Mala dengan suara yang dibuat seperti suara anak-anak.

Tanpa sadar, Ruta mengelus perut rata Mala "P-pagi..baby.." cicit Ruta malu.

Mala tersenyum lembut, wanita itu mengecup dahi Ruta dan mengelusnya lagi. Ruta keasikan meluk Mala dan ngelus perutnya tanpa sadar rasa sesak dikantung kemihnya membludak.

Rasa hangat terasa dibagian bawah mereka. "Aih? RUTA KAMU PIPIS!?" jerit Mala tak percaya.

Ruta tersentak kaget, dia melepas pelukannya dan menjauhkan diri, dia langsung turun dari ranjang dan memandang celana tidurnya. Benar saja.

Ruta mendongak, mata Ruta sudah memerah dan berkaca-kaca, begitu juga dengan hidung nungilnya itu.

"B-beneran
..hiks...pipis...hiks..huaaaaaaaa maaf Malaaaaaa." tangisnya pecah seketika dan langsung berlari ke kamar mandi.

Mala mengerjab pelan, dia tertawa pelan melihat tingkah Ruta barusan, malunya itu membuat Mala gemas "Gemesin." gumamnya lembut.

Baru kali ini Mala merasa bahagia dengan orang selain Ilam. Yaitu bersama seorang Ruta, mantan pengawalnya dulu.

"Nak, kalau kamu mau punya Daddy baru. Gak papa kan?" monolognya sendiri.

Tentu saja tak ada jawaban, dia tersenyum tipis. Membayangkan wajah malu Ruta barusan menambah mood Mala dipagi hari ini.

Tok tok.

"Iya?"

"Mala, sarapan dulu Nak. Papi tunggu dimeja makan ya." ah ternyata Papi Bintangnya.

Mala mengangguk walau tau Bintang tak akan melihat anggukannya. "Iya, Papi. Bentar lagi Mala keluar." jawabnya sopan.

Bintang mengangguk, dia menggerakan kursi rodanya otomatisnya kembali ke ruang makan, senyum sendu tercipta jelas diwajah Bintang.

"My Angel, Putri kita sudah dewasa sekarang. Saatnya aku mengatakan rahasia yang selama ini kamu sembunyikan darinya." gumam Bintang sedih.

Masih terbayang wajah istrinya yang merintih kesakitan, dengan perut penuh luka tusukan dan darah dimana-mana.

Serta suami pertama istrinya yang sudah meninggal tepat disebelah istrinya. Tanpa sadar Bintang kembali menangis, mengingat kejadian naas bertahun-tahun silam.

"B-bintang..ja..ngan..beri..tahu Mala..so-al..i-ni..sampai..di-a..de..wa..sa..akhh.."

"Jangan tinggalin aku..hiks..Angela.."

"Ma..afkan aku..Bin..tang..ma..af.."

"Hiks..huhuuu..hiks..Angela!..hiks..jangan tinggalkan akuuu!!"

Tidak, Bintang tak mau mengingat kenangan buruk itu. Sudah cukup dia terpuruk dengan bayang-bayang masalalu istri yang sangat dia cinta.

"Aku tak akan membiarkan Mala bersama pria bajingan itu." desis Bintang dingin, sisi jahatnya kembali bangkit setelah bertahun-tahun silam terkubur.

Dan itu terpicu dari amarahnya karena teringat kembali akan kematian Angela dulu.




















RUTA, MALA, BINTANG-

My Possesive Girl. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang