Bolehkan Ilam merajuk saat ini? Pasalnya semenjak mereka bertiga tinggal bersama disebuah rumah bertingkat 2.
Terhitung 3 bulan semenjak mereka pindah.
Mala hanya perduli pada pria buta yang ikut bersama mereka. Ilam tidak tau siapa nama pria itu, tapi hatinya amat dongkol saat melihat wajahnya.
"Mala," panggilnya dengan sedikit nada rajukan. Dia berjalan mendekati Mala yang tengah menyuapi pria buta itu.
Lihatlah, perut Mala saat ini sudah lumayan membesar, tapi dia harus mengurus pria buta itu. "Kenapa sayang?" tanya Mala lembut.
Dia menyeka sebutir nasi disudut bibir Ruta. "Mala, kenapa Mala lebih sayang sama dia daripada Ilam? Bahkan Mala jarang suapin Ilam!" protesnya kekanakan.
Bibirnya mengerucut sebal, kakinya dihentakan ke lantai putih dibawahnya. Ruta yang mendengar protesan itu menunduk.
Sementara Mala, dia hanya terkekeh pelan. "Sayang, kamu lihat kan Ruta? Dia tak bisa melihat, jadi Mala harus selalu menjaganya agar dia tak kenapa-napa. Kalau Ilam mau Mala suapin, sini deh." ucapnya lembut.
Ilam menggembungkan kedua pipinya, dia berjalan mendekati Mala dan duduk disebelah kiri Mala. Tatapan tajamnya terus dia layangkan untuk si Buta itu.
Mala mengelus pipi tembem Ilam, kemudian menyuapkan sesendok nasi dengan siuran ayam goreng. Dengan lahap Ilam menerima suapan itu.
"Mala, Ruta mau ke kamar." ujar Ruta pelan, dia bangkit dengan tangan yang menggenggam erat tongkat besinya.
Mala mengangguk. "Kamu bisa ke kamar sendiri kan?" tanya Mala.
Ruta mengangguk, dia sudah cukup egois selama 3 bulan ini. Mala selalu bersamanya dan hampir saja melupakan keberadaan Ilam.
Kini saatnya Ruta mengalah, membiarkan Ilam mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Mala.
"Hem, lagipula. Aku tak selemah itu." gumam Ruta sembari berjalan menuju kamarnya.
Kamar Ruta ada dilantai 1, kamar Ilam dan Mala ada dilantai 2.
Ruta sudah cukup bersyukur Mala benar-benar menikahinya, bahkan dia merawat Ruta dengan penuh kasih sayang.
"Ilam, lain kali gaboleh gitu ya." tegur Mala pada Ilam, Ilam sendiri hanya mengedik tak perduli. Kunyahannya masih berlangsung dengan hikmatnya.
"Ruta itu, terluka karena Papi kamu. Jadi tak apa jika Mala menjaganya, kamu harus menerima konsekuensi diabaikan." cetus Mala.
Ilam berhenti mengunyah, dia menatap Mala dengan tatapan nanar "T-tapikan..yang salah Papi..kenapa Ilam yang harus..kena..imbasnya.." lirihnya sedih.
Mala tertawa pelan "Yah, karena didalam tubuh kamu ada darah Papi kamu. Jadi, mau gak mau kamu juga harus kena imbasnya." celetuk Mala.
Ilam menunduk. "Begitu ya..." cicitnya.
Seringai lebar tercetak jelas diwajah Mala, dia sudah membalaskan dendamnya pada keluarga Ilam. Tapi tak begitu parah, hanya saja Mala meminta seseorang untuk menabrak istri dari kakak Ilam.
Wanita hamil itu keguguran begitu tertabrak, Ayta, kakak Ilam mengalami sedikitnya depresi karena kehilangan buah hati yang sudah lama mereka tunggu.
Tak apalah, itu kan belum seberapa.
Rip for a baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomantizmDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...