Rengekan terus terdengar dari arah kamar Mala, pasalnya setelah Mala selesai dengan urusan Ruta, dia hendak memeriksa keadaan Ilam.
Tapi, yang didapatinya malah Ilam yang meringkuk dilantai dengan perut yang berdarah. Jahitannya lepas lagi.
Mau tak mau Mala menelepon Dokter guna menjahit kembali luka Ilam.
"Malaaa, larang Ilam! Ayooo larang Ilaaaam." rengeknya manja, dia menarik ujung lengan baju Mala dan terus merengek.
Mala menghela napas pendek "Kamu kan uda larang aku, supaya gak larang kamu lagi." jawab Mala lembut, dia mengelus rambut Ilam pelan.
Ilam merengut sebal, dia hendak mengeluarkan tangisannya lagi, dan itu membuat Mala sebal. Dia benci tangisan Ilam, itu menyedihkan ditelinganya.
"Baiklah, Ilam. Jangan pakai baju ketat kamu lagi, jangan keluar sama cewek lain, jangan makan junkfood, jangan minum soda, jangan kecapean." ujarnya dengan nada melarang seperti biasa.
Ilam tersenyum lebar, wajahnya yang memerah karena suhu tubuhnya menambah kesan seksi. Mala sampai tertegun sejenak. "Hehe, iya Mal-"
Cup.
Ilam terdiam, Mala baru saja mencium bibirnya dengan lembut. Baru setelahnya dia menarik diri dan mengelus pipi Ilam lembut.
"Jangan sakit, aku gak suka kalau kamu sakit." bisiknya tulus.
Ilam sampai terharu, nyesel dia kemarin minta putus dari Mala, untung sekarang mereka uda balikan lagi.
Ilam merentangkan tangannya. "Aaaaa Malaaaa peluk Ilaaaaam." rengeknya kuat.
Mala terkekeh gemas, dia memeluk Ilam perlahan dan hati-hati, takut terkena bekas jahitan diperutnya. "Cepat sembuh, sayang." bisik Mala lembut.
Ilam mengangguk, senyum lebar masih terpatri diwajahnya, namun air mata mulai menggenang dipelupuk mata. Ilam senang, Mala akhirnya mau memeluknya lagi.
Akhirnya, dia bisa pergi dengan damai setelah ini.
Tak berat lagi baginya untuk pergi meninggalkan Mala. Dada dan bahunya ringan seakan bebannya selama ini hilang.
Bahagianya. "Sayang kamu." bisiknya lembut.
"Sayang kamu juga."
*****
Hari berlalu dengan sangat cepat, Mala dan Ilam juga semakin dekat dengan hari H mereka. Setelah beberapa saat mereka balikan.
Dan juga Ilam sudah sehat kembali, Mala melamarnya, mereka akan menikah 3 bulan lagi.
"Malaaaaaaa, aku gamauuu pergiiii aaaaaaaaaa."
Mala menghela napas pelan, gamau keras-keras nanti Ilam marah. Ilam datang-datang ke kantornya malah merengek gini.
Ada apaan sih?
"Kenapa sayang?" tanya Mala lembut.
Ilam merengut sebal "Aku gamau pergi ke London! Kemarin sih aku mau, tapi sekarang enggak!" seru kesal.
Dia mengacak-ngacak rambutnya kasar "Kenapa gitu?"
"Ish! Kamu gak peka! Kenapa gak larang aku agar gak pergi!?"
"Aku gamau larang cita-cita kamu Ilam."
Ilam mendecak sebal. "Janji sama aku, 1 bulan lagi kamu bakalan nikah sama aku!"
"Tapi, nikahan kita kan 3 bul-"
"GAMAUUU-GAMAUUUUU! 3 BULAN KELAMAAN NANTI KAMU LARI!"
Mala tertawa mendengarnya, bahkan sangat keras sampai perutnya sakit "Hahah..aduh..aku mau lari kemana emangnya Ilaaaaaaam"
"Yah manatau. Kamu bosen sama aku."
"Enggak sayang."
Ilam melengkungkan bibirnya kebawah, dia mendekati Mala dan duduk dipangkuannya. "Aku bakalan ikut turnamen Ice skating di London. Nanti kamu tunggu aku sampai pulang ya." pintanya.
Mala mengangguk, dia mengelus rambut Ilam dan mengecup bahunya.
Mana mungkin dia meninggalkan Ilam, dia kan sangat mencintai pria ini. Pria manja yang dulunya sangat benci dikekang.
Namun sekarang malah merengek minta dikekang. Aneh memang, tapi Mala tetap sayang.
MALA&ILAM—
![](https://img.wattpad.com/cover/272580823-288-k318548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Girl. [END]
RomansaDia terlalu mengekangku, aku tak suka. Tapi saat dia mulai memberikanku kebebasan, aku makin tak suka. Dia mulai tak acuh padaku, mulai membiarkanku pergi tanpa dikekangnya lagi. Harusnya aku senang, tapi apa? Hatiku justru meronta ingin dikekang ke...