2. Just a give

51 2 1
                                    

"Just a give. Sama kata-katanya itu urusan pabrik."

"Serius banget liatinnya, premium semua ya?"

Keseriusan Naya mengikuti pergerakan pemain di lapangan buyar akibat suara baritone itu. Meski sudah tahu siapa pemiliknya, bodohnya ia tetap mendongak dengan mata menyipit akibat silau matahari. Sejak Bastian mengatakan premium, kata premium yang diucapkan Regan terdengar mengejek.

Regan melabuhkan diri dengan jarak dua tangga ke atas menuju lapangan dari Naya. Bertanya dengan kalimat yang selalu memancing kekesalan. "Diem aja ditanya?" Jika Naya suka, wajahnya merona. Sayangnya tidak, Naya malah mengernyit aneh sebelum mendatarkan ekspresi.

"Apa?" Suara berat Regan terbang diantara jarak mereka sebelum sampai ke telinga Naya.

"Nyebelin lo!" Naya memutus kontak mata, kembali fokus pada objek pengamatannya.

"Benaya Citra." Regan melempar jauh tatapannya, menyebut tanpa menoleh dan tak mengi kutsertakan nama terakhir Naya. Kenapa sih cowok itu tak segera bermain di lapangan? Membuat Naya bisa leluasa menyendiri.

Suara lirih itu membuat Naya menahan napas.

"Cuma nyebut aja, sih gue." Sekian detik membuat Naya penasaran, Regan tanpa dosa mengatakan itu. Merespon tatapan tajam Naya dengan sudut bibir terangkat.

"Emangnya mau apa?" Tangan Regan yang saling mengunci di atas lutut terurai mengambil sesuatu dari saku kemeja. "Mau permen?" Ia menujukkan dua permen.

Naya melihat Regan dan pemberiannya secara bergantian. Walau akhirnya membuang muka. "Thanks, enggak."

Regan berdecak. "Yakin, biasanya juga mau?" Bukan berarti Regan sering memberinya permen, tapi Naya selalu mau ditawari itu oleh orang-orang. Sering juga kembalian uang dibelikan snack itu yang kemudian dibagi-bagi.

"Karena gue yang nawarin jadi nggak mau?" Regan sebagai cowok pendiam ternyata bisa memaksa melewati kata-kata pedas.

"Enggak, Regan," katanya dibuat ramah. Berat hati dia menerima karena tangan Regan kembali menjulur.

Regan mendenguskan tawa. Ia memberikan permennya sampai telapak tangan mereka sempat menempel dan bersuara.

"Just a give. Sama kata-katanya itu urusan pabrik." Naya mengernyit, namun Regan telah berdiri.

"Bye!" Cowok itu mengangkat sebelah tangan. Segera beranjak dan tak berniat meladeni Naya yang seperti membutuhkan penjelasan lebih.

Diam-diam setelah Regan bergabung ke lapangan bermain basket, Naya membalik dua bagian permen yang diketahuinya memang terdapat kata-kata.

Jomblo

Do you love me?

Kata Regan itu urusan pabrik, kalau Naya ingin protes dia harus menghubungi call center begitu maksudnya?

•●Sakya Citra●•

"Berapa harga outfit lo?"

Belum juga duduk, Naya telah diberi pertanyaan yang membuatnya menghela napas. "Youtuber, Bang?" tanyanya sambil meletakkan ponsel dalam keadaan terbalik.

SAKYA CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang