28

37 2 1
                                    

--28

Prang....

Baru sedetik lalu Regan menemukan Naya berada di depannya, dalam kondisi baik tanpa gangguan sekecil apapun dan sekarang kelegaannya atas itu semua, kacau.

Aura ceria Naya di tahun ini menurun. Setelah ini, Regan mungkin harus menerima kalau-kalau Naya tak akan ramah lagi selain kepada Shifa, teman yang selalu ada di sisinya.

"Sorry, gue nggak sengaja." Regan menggigit bibirnya cemas, terlebih melihat Naya membanting nampan di meja terdekatnya dengan wajah dingin.

Naya ganti melihat dua mangkok dan satu gelas minuman yang ia biarkan menghantam lantai setelah usahanya mempertahankan bawaannya tak menemui keberhasilan.

Orang-orang di dekat tempat kejadian yang merasa tak perlu ikut campur lanjut bergerak. Meninggalkan beberapa yang tersisa menjadi tokoh pertunjukan bagi perhatian penghuni kantin.

"Gue ganti, semuanya." Sorot mata bersalah lawan Naya itu turun. Menerka apakah Naya terkena bahaya meski cewek itu tanggap menghindar.

"Daripada ganti rugi, gue lebih terima kalau lo bersihin ini!" ucap Naya terdengar memerintah dengan kejam.

Bella yang tak sengaja menyenggol Naya hingga menyebabkan kekacauan, menghela napas. Ia baru akan berjongkok jika tangannya tak ditahan erat oleh seseorang.

"Dia nggak sengaja!" Anya membela teman dekatnya, menambah suasana tegang diantara mereka. 

Bola mata Naya berotasi. Tak suka jika ada orang yang membela tapi menahan niat baik orang lain. "Terus urusannya sama lo apa?" 

Anya menggetatkan rahangnya geram. "Gue cuma bantu dia ngomong sama orang yang susah percaya sama kejujuran kayak lo." 

Naya mendengus sinis. "Gue terima kejujurannya, tapi gue juga perlu tanggung jawabnya." Dia

"Bella bakal ganti rugi." Cewek itu sampai memiringkan kepala mendengar pembelaan dari sumber lain. Dua sudut bibirnya turun mengetahui orang yang dulu melakukan hal yang sama dengannya. 

"Dari materi? Lo paham, kan tanggung jawab apa yang gue maksud?" tanya Naya menyindir. 

Regan langsung  maju hingga wujudnya ditemukan mata Naya secara dekat. Tatapannya lebih teduh sejenak yang dapat Naya pahami untuk memintanya menahan emosi.

Anya mendesah kesal. "Kenapa, sih lo selalu ributin hal sepele?"

"Gue bersihin." Bella menyela dengan nada tenang.

"Bel!" Anya memperingati, sedangkan Naya mengangkat sebelah alis melihat keduanya bertentangan. 

"Nya, udah." Bella hendak berjongkok, tapi lagi-lagi Anya menahannya. Kali ini lebih kuat hingga mencengkeram pergelangan tangannya.

"Biarin aja!" Melihat Anya hendak maju, Regan ikut maju hingga berada di sisi Naya.

"Stop!" Ucapan Regan jelas menghentikan Anya secara langsung.

Cewek itu menoleh kesal. Lalu menarik tangan Naya kuat dan memaksanya menerima selembar uang berwarna merah. "Urusan kita selesai." Tanpa lupa menarik paksa Bella, Anya membawa pergi rombongannya. 

Naya mendengus kesal menatap kepergian mereka. Kalau begini siapa yang harus bergerak menyelesaikan kekacauannya?

"Hati-hati!" Peringatan lembut dari cowok yang kini mengikutinya berjongkok mengurangi laju gerak tangan Naya ketika hendak memunguti pecahan kaca. 

"Sebentar, gue cari sapu." Shifa yang sedari tadi berdiri di belakang Naya angkat kaki bersama Bastian yang mengikuti. Juan yang benar-benar tak tahu harus bagaimana memutuskan menyusul. 

SAKYA CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang