Share, vote, and comment cerita ini!
Thank youHidup itu memang pilihan, tapi terkadang Naya masih heran dengan orang baik yang menurutnya salah kelompok. Bergabung dengan orang yang memiliki sifat berlawanan. Padahal besar kemungkinan mereka bisa membedakan mana yang baik dan yang mana bukan.
"Thanks buat kemarin udah nolong Anya. Sorry juga buat yang sebelumnya." Bella adalah salah satu contoh. Orang baik yang sejak dulu tak melibatkan diri membuat masalah dengan kelompoknya. Dia tiba-tiba muncul di sisi cerminan Naya, membuat gerakan Naya menyurai rambut terhenti.
Bella tak memikirkan Shifa yang mendengar percakapan mereka. Baginya Shifa bukan orang lain, lagipula mustahil mencari waktu berdua dengan Naya mengingat dua orang itu sepaket.
Ketiga cewek itu menatap cermin, hanya Naya yang sibuk sendiri. Menyelipkan rambut yang kini dipotong sebahu dan bercermin dengan side face. Perfect, Bella sampai tak berkedip. Pintar dan sememesona itu membuatnya menggigit bibir. Pantas saja yang mendekatinya cowok berwajah rupawan dengan latar belakang wow.
Naya menyeringai sambil memutar kepala. Kalau Naya tidak tergolong ramah dia akan tambah dianggap angkuh karena garis wajahnya yang tegas. Permainan ekspresi dan emosinya ketika terusik yang yak ditutupi terasa mengintimidasi.
"Lo jadi wali Anya?" Sarkasme untuk orang kedua yang mau mewakili orang lain meminta maaf.
Bella diam. Bukan waktunya berbicara.
"Kalau lo ngira dia pengen ngucapin kalimat lo tadi, cukup simpen sendiri aja. Gue nggak mau nerima kalimat sejenis itu karena praduga. Apalagi yang nggak secara langsung dari orang yang bersangkutan."
"Ayo, Fa."
Bella juga tak berlama-lama di tempat itu, tapi keputusannya membuatnya mendengar pujian nyata yang diperuntukkan untuk Naya.
"Cantiknya!" Bella kenal suara itu. Kepalang tanggung telah di tengah jalan, ia maju. Melewati pintu dan tiga orang tanpa melirik mereka sedikitpun.
Naya memang pantas menerima pujian, apalagi dari pacarnya sendiri.
Ekspresi Regan sedikit kaku ketika Shifa menampakkan diri. Lalu disusul seseorang yang juga kemungkinan mendengar ucapannya. Ia pikir Naya sendiri.
"Kenapa?"
"Nothing bad happen, By."
•●Sakya Citra●•
Anya mencapai rekor terpanjang tak berulah, matanya pun tak lagi mengibarkan bendera perang. Otomatis kelompoknya tunduk karena tombak utama mereka redup. Ada istilahnya orang jahat tak lagi menjahati orang setelah sadar akan yang namanya kebaikan.
"Apaan, sih?" Naya langsung curiga begitu Shifa berusaha menyembunyikan ponsel dengan wajah resah.
"Liat."
"Bukan apa-apa kok." Hal itu justru membuat Naya nekat merebut benda tersebut untuk menjawab kecurigaannya.
Hidup memang seperti roller coaster. Seperti baru kemarin Naya menghirup ketenangannya liburan, sekarang keadaan memposisikan dirinya di puncak untuk menurunkannya secara kejam menuju titik terendah.
Naya mematung sejadi-jadinya. Menatap video, suara musiknya yang berputar berulang kali, dan editan slowmotion yang memperlihatkan wajah Naya. Berjoget di tengah keramaian dengan pencahayaan remang khas orang-orang berpesta yang menimbulkan konotasi negatif.
Namanya juga tertera jelas di caption seolah akun media sosial sekolah itu adalah akun main-main.
Benaya Citra Hasbian, 12 IPA 2
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKYA CITRA
Teen FictionAwalnya Regan menganggap Naya biasa, sama seperti perempuan kebanyakan yang tak ia perhatikan lebih. Mengabaikan kecantikan Naya dan pamornya di Persada yang mudah membuat cowok bertekuk lutut, tapi perasaan itu bisa dinamis. Ia tak tau kalau akhirn...