Mungkin, ini pertama kalinya Naya seemosional ini ketika di sekolah. Giginya sampai bergemeletuk dengan tangan mengenggam erat hingga serasa bisa menghancurkan ponsel itu dalam sekejap. Percakapan dari benda tersebut merupakan alasan wajahnya berhias kemarahan.
ABK JAYA✈
Kinka
https://...
Ini emang Naya atau cuma kebetulan mirip?
Dinda
Stylenya mirip dari hoodie, mom jeans, and white shoes. Elo Nay?
Ponsel Naya langsung membentur meja marmer wastafel hingga menimbulkan bunyi nyaring di toilet. Cewek itu mengembuskan napas dan menggapai pinggiran wastafel untuk mempertahankan tubuhnya tetap berdiri.
Menatap ekspresi marahnya di cermin, hati Naya mengumpat. Sialan, dan masih ada banyak sumpah serapah yang kemudian mengiringi langkahnya.
Sebab emosi, Naya membuka pintu toilet dengan kasar. Namun cewek berbibir sedikit pucat yang berdiri di sana, membuat amarahnya terjeda.
Keduanya hanya saling tatap sampai Naya pergi melewati samping tubuh Zahra lebih dulu. Tak ada senyuman Zahra sedikitpun, bahkan Naya tak menjumpai setitik keinginan berbicara di matanya.
Langkah sepatu putih Naya berhenti di dekat tiang bendera lapangan. Ia mendongak dan batal membuka mulut melihat punggung tegap Regan yang sebelumnya bersandar di pembatas, menjauh tak terjangkau matanya. Padahal Regan adalah orang pertama yang terpikirkan olehnya untuk ditemui sekarang.
Naya memberengut, semakin kesal mendengar suara yang ia yakini ditujukan kepadanya.
"Cari siapa, Dek?" Tingkah genit salah satu cowok yang menumpukan badan ke pagar pembatas itu disambut sorakan menghakimi orang-orang yang lebih dulu melihat ke arah Naya.
"Ti ati lo Gan, kena tikung temen sendiri."
"Kalau gue jadi lo, ajak berantem sih."
"Zaman sekarang banyak musuh dalam karung."
"Selimut tolol!"
Mengbaikan celotehan tersebut, Regan yang merasa dirinya terlibat langsung mendekati pagar pembatas.
"Selaw, Brodie gue nggak bermaksud." Bastian mengangkat tangan sebatas dada. Bermaksud meyakinkan Regan kalau ia bercanda.
Regan mengabaikannya. Toh Naya sudah menjadi pacarnya, lagipula keduanya hanya bisa bersama dengan status teman. Hanya mengartikan ekspresi Naya, ia langsung turun tanpa tak menerima godaan.
"Gue turun duluan."
"Yah, hati-hati pangeran. Tuan putri sudah menunggu."
"Kenapa?" tanya Regan menyimpan kedua tangan di saku celana begitu sampai ke tujuannya.
Naya hampir tak berkedip. Kadar ketampanan Regan bertambah dengan posisi tubuh itu dan kemeja putih tanpa dasi yang tak dimasukkan celana. Meski yang sebenarnya terjadi cowok itu kebingungan memposisikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKYA CITRA
Novela JuvenilAwalnya Regan menganggap Naya biasa, sama seperti perempuan kebanyakan yang tak ia perhatikan lebih. Mengabaikan kecantikan Naya dan pamornya di Persada yang mudah membuat cowok bertekuk lutut, tapi perasaan itu bisa dinamis. Ia tak tau kalau akhirn...