9. Publikasi

41 2 1
                                    

Beri kritik, saran yang membangun, vote, comment, dan share cerita ini, terima kasih.

"Nay!" Hanya melontarkan satu panggilan pendek, Shifa berhasil memenangkan perhatian Naya dari layar ponsel. Bibirnya tersenyum suka dengan respon cepat Naya kepada orang yang ingin mengajaknya berbicara.

"Hmm?" Naya menyerongkan tubuh, tangan kanannya yang ditekuk ia tidurkan ke pinggiran meja.

"Lo tau nggak kalau tadi malem Regan sempet post foto cewek di story-nya?"

Naya sempat kehilangan ekspresinya. Mereka memang lebih dekat belakangan ini, jadi berbagai topik sampai kehidupan pribadi pernah mereka bahas. Ia menormalkan ekspresinya sebelum menjawab, "Tau, kenapa?"

Shifa yang sebelumnya khawatir menjadi lega karena pertanyaannya dapat Naya tanggapi dengan santai. "Lo nggak cemburu?" Kepala cewek berambut sebahu itu maju, matanya menatap intens memastikan Naya tak berbohong.

Naya melipat bibirnya yang berkedut selama beberapa detik. "Nggak, lah orang itu gue!" Ia menyatakan bangga. Tawanya yang mengalun semakin terdengar lirih saking puasnya tertawa melihat Shifa bengong mengetahui faktanya. "Fa...." Naya setengah memohon, masih dengan kedua tangan menangkup mulut.

Naya lantas menyusut matanya yang berair. Tak kuat menatap Shifa terus-terusan, kepalanya berpaling. Sempat terkejut akan kehadiran orang lain yang terlihat telah mendengarkan pembicaraan itu entah sejak kapan, Naya menyembunyikan muka di balik tangan dengan dua siku bertumpu di meja. Air matanya hampir menetes, malu mengakui statusnya di depan pacarnya sendiri.

"Jangan bilang Senin kemarin udah jadian?" Shifa memegang pundak kiri Naya dengan ekspresi menuntut.

"Emang udah." Naya menahan seringai geli. Sementara pemilik telinga lain di ruangan itu syok, lalu bersamaan memusatkan perhatian kepada orang yang menjadi ekor barisan mereka.

"Lo kok nggak ngomong?" Tampang Bastian sudah galak, seperti siap mengajak ataupun diajak bertengkar.

"Nggak suka pamer."

"Wooo baku hantam aja kita!" Terpancing dengan ekspresi dan nada Regan yang tak peduli, Bastian melangkah tergesa untuk menghampirinya.

Kepala cowok itu terpaksa merunduk di bawah rangkulan Bastian yang lebih pendek darinya. "Bodo amat nggak sopan sama yang lebih tua, kesel gue sama lo!" Regan juga pasrah ketika rambutnya diacak-acak.

Naya tersenyum tipis melihatnya. Apalagi ketika Regan yang sudah dibebaskan itu bersitatap dengan raut merenggut sebal.

"Baru aja tadi berlagak bodoh." Arya mencibir.

"Terus kalau nggak ngomong karena nggak suka pamer, sekarang lo mau ngomong apa?" Mata Bastian menatap lekat. Tangannya membelit bahu Regan agar memberi kesan mengancam supaya temannya tak bisa melarikan diri.

Regan melirik Bastian dan Naya, lalu ke Bastian lagi memberi kabar gembira. "Iya, besok ngantin."

Bastian tersenyum puas. "Makan apa?" tanyanya menaikkan sebelah alis.

"Bebas asalkan sadar diri aja kalau lagi ditraktir." Mulut Naya terbuka, setengah tak menyangka dan ingin tertawa. Kembali teringat dengan sesuatu yang baru ia temui tadi malam. Kalau Regan ternyata tak seserius yang ia kira.

SAKYA CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang