7. Grogi

31 2 1
                                    

Beri kritik dan saran yang membangun, vote, comment, dan share cerita ini, terima kasih.

Apa yang harus dilakukan ketika bertemu dengan pacarmu untuk pertama kalinya setelah status kalian berubah? Sejak sebelum tidur sampai bangun di pagi hari Senin, pertanyaan itu terus berputar tanpa henti di kepala Regan.

Untungnya tidurnya tak terganggu sebelum waktu mendebarkan sekaligus ditunggu-tunggu tiba. Senin adalah hari yang dinanti, dua hari sebelumnya adalah waktu penantian. Waktu bersiap sebelum bisa menatap langsung cewek yang dua hari lalu telah menjalin komunikasi lebih intens dengannya. Dengan statusnya yang merupakan pacar, pacar pertamanya.

Tapi hasil dari dua hari itu sama sekali tak berarti. Karena ketika mendengar suara motor matic yang membuatnya spontan menoleh, Regan hampir limbung begitu mengetahui pengendara itu adalah Naya. Kesiapannya justru berbanding terbalik dengan hasilnya.

Regan melepas jaket, seolah tak terjadi apa-apa. Meski hatinya merutuk sebal karena citranya terancam rusak. Terlebih lagi kalau Naya yang gampang tertawa itu menertawakannya. Double kill untuknya di pagi pertama mereka bertemu.

Mata Naya sempat melebar, respon untuk apa yang ia lihat tadi. Ia diam, menelan tawanya untuk menjaga perasaan Regan.

"Motor lo baru?" Bukannya sapaan selamat pagi atau kata manis lainnya, Regan menanyakan sesuatu yang membuat Naya memasang ekspresi penuh tanya.

"Motor?" beo Naya sambil memasangkan helm pada spion. "Helm maksud lo?" Ia membenarkan pertanyaan Regan.

Sadar kalau dirinya melakukan kesalahan, Regan mengembuskan napas samar. Bukannya memberi kesan baik di hari pertama mereka bertemu, dia justru merasa terlihat konyol. Rasa dingin yang dirasakan wajahnya saat perjalanan tadi langsung memudar, tergantikan dengan rasa hangat saat cewek di motor putih itu menahan senyum dari balik masker.

"Lo kenapa?" Lagi grogi jadi kayak gini, batin Regan spontan menjawab.

Naya menurunkan masker ke dagu hingga Regan dapat melihat seluruh tampilan wajah Naya yang semakin manis dengan gaya rambut kucir kudanya.

"Motor gue masih sama yang beda helmnya, masih bisa disebut baru, sih."

"Ohh...." Regan sudah kepalang malu, jadi dia hanya mengangguk untuk menjaga citranya agar tak bertambah rusak.

Mereka saling tatap tanpa berbicara. Hingga detik kelima, kontak mata itu Regan putuskan saat kepalanya menunduk. Menyembunyikan senyuman yang bersamaan merekah di bibir keduanya.

Naya tertawa kecil, turun dari motor dan menyanggupi ajakan Regan untuk ke kelas. Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang lebih dekat dari biasanya, punggung tangan mereka bahkan sempat tak sengaja saling bergesekan. Jika ada yang mau memulai, bergandengan bukanlah hal yang sulit dilakukan. Hanya kecanggungan yang masih menjadi penghalang.

Baru tiga meter meninggalkan parkiran, Regan tiba-tiba berhenti seusai sebuah motor lewat. Tubuhnya berputar ke arah Naya, membuat ujung dua sepatu dengan warna kontras itu nyaris bertemu.

"Kenapa?" tanya Naya bingung.

"Almamater gue ketinggalan." Regan mengeluh tanpa nada yang bisa menandakan bagaimana perasaannya.

Naya mundur dengan ekspresi tak percaya. "Kok bisa?" Meski kesehariannya Regan tak sepenuhnya patuh terhadap ketentuan seragam, tapi cowok itu tak pernah sekalipun melanggarnya ketika upacara dilaksanakan. Padahal itu adalah petaka. Menjadi bagian barisan istimewa, buku tata tertib tercoreng, dan mendapat bimbingan beberapa menit dari guru BK adalah dampaknya.

Regan membuang napas sampai terdengar Naya yang melipat bibir, tergelitik dengan perbedaan sikap Regan. Otaknya sudah berpikir aneh-aneh, kebanyakan menebak penyebab itu ada hubungannya dengan status baru mereka.

SAKYA CITRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang