"Gan!" Dengan jarak yang tak seberapa, Dipta yang tumben memanggil lebih dulu membuat perhatian Regan teralihkan dari layar ponsel.
"Hmm?" Dipta berdecak dan menghadapkan tubuhnya ke arah Regan. Membiarkan satu kakinya menapak lantai sedangkan lainnya terlipat di atas sofa.
"Ngaku nggak lo, kalau udah punya pacar?" Regan terkejut bukan main, tapi berkat kemampuannya mengontrol ekspresi ia membuat alisnya mengerut agar tuduhan Dipta terlihat salah. Memberi tahu Naya pacarnya ke keluarganya belum ada gambaran sama sekali.
"Pura-pura bloon lagi." Dipta tak terkecoh. "Gue tau ya waktu lo pergi malem-malem pulangnya bawa ayam bakar, lo udah makan berdua, kan sama cewek lo di warungnya?" Ia belakangan ini juga mulai sadar kalau kegiatan Regan membuka ponsel bukan sekedar mengecek atau bermain game melainkan lebih sering bertukar pesan dengan seseorang.
"Ngaku nggak lo?" Telunjuk Dipta teracung. Ancaman di suaranya mengusik Regan dari fokusnya pada laman media sosial. Cowok itu menoleh malas, menurunkan dua kakinya dari sofa lalu merubah posisinya menjadi sama dengan Dipta. Ia menepis telunjuk Dipta dan memberi sorot mengintimidasi.
"Lo bisa jaga rahasia?"
Dipta terperangah. "Lo pikir gue ember?"
Regan merotasikan bola mata. Kurang sadar diri, batinnya mengejek Dipta yang kerap menggunakan rahasia sebagai senjata.
Cowok berkaus merah maroon itu menidurkan lengan di puncak sofa. "Lo emang sengaja nyembunyiin ini dari gue, mama, papa juga?"
"Enggak, gue cuma biarin ini semua ngalir gitu aja," jawab Regan ringan.
"Ngalir-ngalir, nanti kena badai nangis!"
"Terserah gue, tuh tonton aja temen lo di tv." Regan langsung angkat kaki, menulikan pendengarannya terhadap ledekan Dipta yang diteriakkan kepadanya.
"Cie-cie adek udah gede, udah punya cewek."
•●Sakya Citra●•
"Besok mobilnya lo pake nggak?"
"Apa?" Regan mengembuskan napas malas, tiga detiknya menunggu keterdiaman Dipta yang ia kira digunakan untuk berpikir terbuang sia-sia.
"Besok mobilnya lo pake nggak?" Entah memang tak mendengar atau menyuruhnya mengulang pertanyaan demi kepuasan, Regan memilih mengalah daripada tujuannya tak terlaksana.
"Emang kenapa?" Dipta bertanya balik semakin mengikis stok kesabaran Regan.
"Jawab aja!" tegas Regan masih dalam posisi berdiri. Kesabarannya masih diuji ketika tatapan menerawang Dipta justru tertuju pada pemandangan rindang halaman belakang.
"Dip!" panggil Regan lagi.
"Dipake."
"Mau kemana?"
"Nugas sama temen."
Regan terang-terangan menunjukkan kekecewaannya. "Lo bisa, kan pake motor?" Ia setengah menyuruh dengan pertanyaannya.
"Kenapa emangnya, lo mau make?" Mata Rigel menyipit curiga.
Regan mengangguk tanpa ragu. Siapa tahu Dipta mengiba dan membiarkannya memakai mobil. Mobil yang diperuntukan keduanya, tapi Dipta yang sangat sering menggunakannya.
"Gegayaan lo pake mobil, biasanya juga pake motor!"
Regan berdecak keras. "Lo juga tiap nongkrong pake mobil mulu, alasannya nugas. Mobil lo jadi transportasi umum atau gimana?" tanyanya kesal.
Dipta membuka mulutnya tak menyangka. "Mau kemana lo emangnya?" Ia berlagak senior, kelihatan sekali kalau tak mempermudah urusan Regan.
"Pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKYA CITRA
Teen FictionAwalnya Regan menganggap Naya biasa, sama seperti perempuan kebanyakan yang tak ia perhatikan lebih. Mengabaikan kecantikan Naya dan pamornya di Persada yang mudah membuat cowok bertekuk lutut, tapi perasaan itu bisa dinamis. Ia tak tau kalau akhirn...