Beri kritik dan saran yang membangun. Vote, comment, dan share cerita ini, terima kasih.
Ibaratnya Naya hanya menerima getah meski mereka bertiga berada di bawah naungan pohon yang sama. Sejak dia dan Zahra mendatangi kantin bukan hanya satu orang yang sengaja memperhatikan mereka. Lalu saling mendekatkan kepala seolah mengerubungi sesuatu yang membuat Naya ingin sekali memukul kepala di lingkaran itu satu-satu. Pasti menyenangkan. Itu semua karena kabar jadian yang terjadi kekeliruan pemeran dan terkuaknya kebenaran siapa pacar Juan!
"Kesana aja gimana?" Naya berusaha abai terhadap tatapan penasaran kumpulan cowok kenalannya. Memang kurang ajar, pikirnya. Untung saja mulut mereka bungkam, setidaknya tidak membuat kepalanya menyaingi panas mie ayam yang akan dipesan nanti.
"Hmm?" Zahra spontan mengangkat pandangan sebelum mengangguk dibarengi senyuman tipis. Dijadikan pusat perhatian membuatnya kurang nyaman hingga memilih menundukkan tatapan.
"Ju, udah sold out?" Satu orang dari meja yang dekat dengan jalan tengah kantin melempar pertanyaan ketika Juan dan pasukannya datang.
"Gue nggak jualan," jawab Juan datar. Seruan heboh mengudara, menarik perhatian penghuni kantin yang membuat berita Juan Adetya dan Zahra Heera Yudistia resmi berpacaran, semakin menyebar.
"Stok limited edition Persada udah nggak bisa dimiliki, nih. Ya, kan, Zah? Zahra mana nih?" Zahra yang berada di meja paling tepi kantin sebelum kantin outdoor hanya bisa menundukkan kepala.
Juan jengah, ia lanjut melangkah tanpa mengucap sepatah kata perpisahan kepada siapapun. Hendak berbelok setelah mendapat meja melalui pencarian matanya, empat temannya mendahului ke arah lain. Tahu dimana langkah Bastian berakhir, napas Juan berembus pasrah.
"Hey!" Sapaan beserta bunyi tarikan kursi itu mengalihkan Naya dari pemandangan kantin outdoor. Ia melepas sedotan yang dia celupkan berulang kali di jus stroberi.
Alfian dan Arya menyusul Bastian menempati kursi depan Naya. Biasanya Regan akan menjadi satu-satunya orang yang berperilaku sesuai adab kesopanan sekedar mengatakan, 'gabung ya?'. Tapi kali ini lain cerita, cowok itu tanpa kata langsung menduduki kursi samping Naya. Menajamkan aroma tubuhnya tercium Naya yang kemudian membasahi bibir karena tiba-tiba merasa kering.
Mereka hanya menjadi pendengar diantara percakapan asyik yang melingkupi. Menatap lurus bahkan tak saling lirik satu kalipun seperti yang kerap terjadi. Seolah terjebak dalam lingkaran keramaian yang terasa asing.
Setelah sengaja memilih tempat yang sama dengan Zahra, masalah tempat duduk untuk Juan pun diurusi oleh teman-temannya. Secara sengaja menyisakan kursi di samping Zahra. Tak peduli dan terlanjur pasrah dengan keadaan, Juan tetap menarik kursi yang tersisa meski sorakan godaan memasuki gendang telinga.
"CIE...." Sepertinya gelar manusia paling bodo amat cocok untuk Juan. Dia mudah sekali mengabaikan itu dengan memainkan ponsel yang diambil dari saku kemeja. Memberi serangan dengan tindakan yang tak membuatnya harus berinteraksi.
Bastian sampai menggeleng tak percaya melihat perbedaan Juan dan Zahra yang tadi mengaduk jus seraya menunduk saat salah tingkah.
"Cueknya asli, 100%." Juan hanya mengangkat mata sekilas, lalu beranjak pergi diikuti tatapan penghuni meja.
"Sering dicuekinnya juga asli, 100%." Sedetik kemudian Arya harus rela mendapat dorongan di lengannya akibat perkataannya itu.
"Yang jomblo diem aja." Bastian membalas, tak mau kalah.
"Di meja ini semua jomblo, kecuali Zahra."
"Tambah kalau ada yang backstreet juga." Alfian menyahut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKYA CITRA
Fiksi RemajaAwalnya Regan menganggap Naya biasa, sama seperti perempuan kebanyakan yang tak ia perhatikan lebih. Mengabaikan kecantikan Naya dan pamornya di Persada yang mudah membuat cowok bertekuk lutut, tapi perasaan itu bisa dinamis. Ia tak tau kalau akhirn...