15 : Keping Pertama

493 125 17
                                    


Taehyung

Kedatangan Majapahit selalu disambut baik oleh pihak Singasari. Taehyung tahu betul alasan utama apa yang digunakan Jeongguk supaya tidak meninggalkan Malang atau jauh-jauh dari kota kelahirannya.

Penyambutan awal adalah tarian Remo yang dibawakan beberapa awak. Bisa membuatnya melepas penat, barang sebentar. Dari hiruk-pikuk deadline sebegai seorang pekerja kantoran atau dari tugasnya sebagai Raden Mas.

SeokJin duduk di samping kiri. Sudah pakai setelan lengkap dengan aksesori kalung dan beberapa sabuk yang harus ditumpuk. Kain batik bermotif Matahari dikenakan ketiganya. Sama persis. Sebagai identitas asli daerah Majapahit yang menghuni daerah Mojokerto. Taehyung juga masih bisa lihat adik perempuan nya kelihatan tertarik dengan sekumpulan orang yang menari-nari. Gerakannya tegas dengan alunan gamelan yang berpadu apik bersama klintingan.

"Kamu tahu artinya tarian Remo ini, Chae?" bisik Taehyung. Kedua tangannya mencomot satu bakpia yang punya warna ungu. Ia bisa menduga kalau itu bakpia hasil olahan dari ubi.

Chaeyoung menggeleng. "Ndak tahu, mas," katanya.

"Kamu lihat yang menghentak-hentak itu?" Kalimat Taehyung mengacu pada seluruh penari yang mulai menghentak tanah. Membuat suara klintingan melantun lebih keras. "Jenenge (namanya) 'gedrug'. Artinya, kita sebagai manusia harus sadar kalau semua kehidupan di bumi ini bermakna."

"Beda gerakan, beda arti?"

"Iya." Kue yang sudah sampai di tangan, disobek sedikit-sedikit dan mulai Taehyung makan. "Kalau arti tarinya sendiri, menceritakan pangeran yang gagah waktu perang."

"Referensi tokohnya?" Chaeyoung agaknya mulai penasaran. "Keluarga Jeongguk?"

"Tarian ini sudah tua. Mungkin referensinya, ya, nenek moyang nya."

"Aku jadi ingin belajar menari seperti mas."

"Kalau dibandingkan dengan mas SeokJin, aku cuma remah roti," sanggah Taehyung. Ingat betul kalau SeokJin bahkan sering diundang ke luar negeri buat pesta penyambutan atau sebagai wakil Indonesia dan membawa nama baik.

"Mas," panggil adik perempuan nya. "Jimin sudah disini, ya?"

Taehyung mengangguk. Pandangannya berpendar dan tertuju pada pemuda yang duduk di samping NamJoon. Melihat sekitaran canggung seperti kucing yang baru pindah rumah. Bingung. Tapi sebisa mungkin, Jimin bersikap normal. Tidak menyebabkan kegaduhan atau mengundang tatapan tidak perlu. "Aku sudah tanya ke Jeongguk sebelum berangkat," kata Raden Mas.

"Tanya apa?"

"Soal Pararaton."

"Singasari sudah ketemu dengan Jimin tapi kita justru kejar-kerjaran dengan YoonGi." Chaeyoung berubah jadi tidak sabaran. "Bukannya gampang buat mas SeokJin menangkap dia karena kerja satu kantor?"

"Jangan salahkan masmu, Chaeyoung." Taehyung memperingatkan. "Dia tidak mau ada kegaduhan. Aku juga tidak mau ada ribut yang tidak perlu. Kalau YoonGi tidak mau kembali atas kemauan dia sendiri, berarti aku yang harus bertindak."

"Asal Singasari tidak tahu kalau YoonGi buron, sepertinya tidak apa-apa."

"Mas SeokJin dan kamu yang harus meyakinkan mereka. Biar aku yang urus lainnya."

"Jangan memaksakan diri, mas. Kesehatanmu itu, lho."

"Kalau buat Majapahit, aku bakal lakukan apa saja."

"Iya, aku tahu. Tapi jangan sampai sakit."

"Tidak sopan berbincang waktu dijamu di rumah orang. Kebiasaan." SeokJin berbisik tapi dengan nada memekik. Kedua telapaknya mendarat di salah satu paha Taehyung dan Chaeyoung. Memperingatkan adik-adiknya supaya tidak lupa kalau mereka ada di kota orang. "Jangan bikin malu. Kamu terutama." Telunjuknya seakan menghardik Taehyung yang langsung diam. Tidak berani berkata.

Baskara [kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang