26 : Rencana Besar

365 119 16
                                    

SeokJin

Pasopati digunakan untuk kebajikan. Tidak pernah ia kira kalau harus beradu panah dengan saudara jauh yang bisa dibilang sedarah. Sama-sama turunan Raja. Sama-sama membawa panah dari Arjuna. Walaupun sudah mencoba mengenai beberapa kali, Gandawa tetap punya naluri seperti saudara. Tidak mau melukai yang punya. Dua senjata yang tidak boleh diadu tapi justru dipaksa jadi lawan.

"Rara!" pekik SeokJin dari balik pohon. Sudah memakan sepah melihat pasukannya mati satu-satu. Semuanya seri. Baik Seulgi ataupun Chaeyoung, sekarang pasukannya dan pasukan Irene.

Kakak kedua Singasari tidak mau dengar. Sabetan panahnya masih bisa SeokJin dengar dan mendarat di sekitaran kaki. Tidak mau menyerah meski sudah sama-sama ada di tanah. Penuh luka sayat dan tidak tahu bisa keluar hutan atau tidak.

Banyak pasang badan bergelimpangan. Meski tidak berwujud manusia, Seokjin kadang masih merasa ngeri. Sepasang tangan atau kaki yang tidak sengaja menggelinding, seperti jadi pengingat kalau SeokJin juga bakal mati, suatu saat.

Ia jadi tidak punya pilihan selain melawan seseorang dengan gelar Rara di hadapan. Tubuhnya bangkit. Terseok-seok akibat satu anak panah yang menembus paha. Sakit bukan main tapi ia yang harus bertahan. Ia satu-satunya alat untuk menyampaikan informasi pada Taehyung kalau tidak boleh gegabah. Pelan-pelan tapi pasti. Ia membawa anak panah dari balik badan. Menarik busur sampai di dada dan membidik. Semak yang paling mencurigakan jadi incarannya. Kalaupun ia harus membunuh salah satu awak Singasari, awak yang paling penting, ia bakal tanggung dosanya, nanti. Ia harus selamat. Harus sanggup keluar dari alas (hutan) ini.

Satu anak panah melejit ke hadapan. Asalnya dari rumput tinggi yang ada di samping kanan. SeokJin berterimakasih pada tubuhnya yang masih bisa dikendalikan. Menghindar kembali ke balik pohon. Memang yang paling benar adalah membidik sambil sembunyi-sembunyi. Sambil memincingkan mata, SeokJin berdoa. Kalau memang tepat sasaran ke kakak kedua Raden Bagus, ia harus bisa menanggung dosa ini seumur hidup. Ia yang pilih jalan untuk membela Majapahit.

Sebelum anak panahnya dilepas, SeokJin menyempatkan diri untuk berserah ke Tuhan. Memejamkan mata beberapa detik dan kembali memfokuskan pandangan. Dilepasnya kendali tangan dan segera berbalik. Sembunyi di balik pohon lagi.

Denting benda runcing beradu dengan tumpul. SeokJin jadi ketar-ketir. Seingatnya, sudah tidak ada prajurit bersisa yang menghalangi jalannya. Ia menoleh. Memastikan siapa yang datang. Entah untuk membantu atau menghalangi. Yang ia dapat adalah siluet dari insan yang membelakangi matahari terbenam. Tinggi dengan satu mahkota di atas kepalanya. Sebilah tombak jadi pemanis di sosoknya yang garang. Memandangi SeokJin seolah bisa menancapkan ujung tombak itu kapan saja ke batok kepalanya. Tidak peduli dengan keadaan anak pertama Majapahit itu yang sudah tidak keruan. Hampir sama dengan Irene yang mungkin sudah tergeletak tidak berdaya.

"Raden Mas SeokJin." Kalimat itu dirapalkan dari mulut orang yang menahan amarah. Menggeru seperti sudah siap buat menantang apa saja. Satu-satunya yang punya adalah Raden Bagus. Tubuhnya yang tinggi hampir berlari waktu ditarik oleh kakak kedua nya. Antara balas dendam atau membantu anggota keluarga. Pilihan bijak diambilnya waktu membantu Irene bangun. Memapah tubuhnya dan bersiul. Derap kaki kuda baru terdengar beberapa detik setelahnya.

Meski ditinggal sendiri, SeokJin lebih baik. Tidak perlu meladeni amarah turunan raja Singasari yang berpotensi mencopot kepalanya dari tempatnya. Membayangkan saja, ia tidak mampu.

Jimin

Rencana besar tersusun waktu perjalanan pulang kembali ke kamar kos nya. Menurut informasi yang ia dapat, YoonGi tinggal di Sumberpucung. Bakal mudah kalau menaiki angkutan karena Jimin hapal betul jalurnya. Sudah biasa jadi anak yang selalu telat pulang ke rumah akibat main ke rumah kawan. Alamat itu bak informasi sakral yang sudah ia tunggu-tunggu datangnya. Lengkap dengan nomor rumah dan gang. Ini berita besar.

Baskara [kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang