34 : Disambut

445 127 26
                                    


Omah Turen

2010


Jeongguk

Yang dinanti-nanti masih sama. Sosok yang sekarang sudah di bangku SMA. Masih memperlakukan Jeongguk dan Taehyung seperti adik yang butuh pengawasan. Datang ke Rumah Turen dan membawa beberapa bungkus makanan ringan untuk disantap di bawah rindang pohon. Kadang main-main dengan angin sambil menikmati laju teknologi yang mulai merabah ke alat komunikasi. Tidak lagi harus memasukkan koin ke telefon yang ada di beberapa titik jalan. Tidak perlu berangkat ke wartel dan mengantre sampai malam.

"Jimin belum datang, ya?" Taehyung menjinjing satu kotak berkat berisi nasi dan beberapa lauk yang disajikan rapi. Menyodorkannya pada Jeongguk supaya diterima. "Nih, kukasih duluan. Kamu, kan, belum makan dari pagi."

"Kamu juga belum makan," sahut Jeongguk, "kembul ae ((kembul: makan bersama dalam satu piring) saja)."

"Kate kondo ngunu, wedhi awakmu gak gelem (Mau bilang begitu, takut kamu tidak mau)."

"Lek mangan, gas ae, wes (Kalau makan, gas saja, sudah)."

Ibunda Jeongguk masuk lewat pintu depan. Disusul ibunda Taehyung yang membawa beberapa keresek dari pasar. Diam sebentar waktu melihat dua orang anak laki-laki yang sudah duduk di bangku terakhir SMP, justru akur dan masih bisa makan berdua dari satu hidangan yang sama.

"Jimin ndak ke sini?" Taehyung bersuara. Mendongak dan langsung bertemu tatap dengan dua ibu-ibu yang saling pandang. Manik mata mereka gusar seperti menyayangkan sesuatu.

Ibunda Jeongguk mendekat dan mendaratkan barang bawaan nya di lantai keramik. Usap telapak nya bisa dirasakan Jeongguk dan Taehyung di atas kepala. Seperti menenangkan dua anak kecil yang baru saja bertengkar. "Jimin mungkin bakal jarang kemari," ujar perempuan itu, "kalau ada waktu, kita main ke rumahnya, ya."

Jeongguk tahu itu cuma kalimat penenang untuk keadaan yang sebenernya sudah di luar nalar. Entah apa yang sudah terjadi. Yang terjelas adalah gambaran masa depan yang mampir. Berkelebat seperti potongan kertas film yang diputar cepat. Tidak terkontrol dan membuat kepala Jeongguk sakit bukan main. Di tengah pening yang mendera, ia cuma berdoa untuk segera kembali dipertemukan dengan orang yang sekarang terasa begitu jauh. Bagaimanapun caranya, ia harus kembali menemukan Jimin.



Singasari

2019


Jimin

Selain Jeongguk, dua mbak nya juga bisa membantu Jimin untuk masuk ke alam gaib yang menyelimuti kemegahan Singasari. Terjun ke istana luas dan sudah mendaratkan dua kerajaan yang masih berseteru. Tiga hari memang jadi hari paling lama sepanjang masa. Terlebih dengan Jimin yang harus bertaut dengan kesepian. Emosi yang selama ini tidak pernah ia tahu, kalau terlampau menyesakkan. Ia selalu merasa kalau sendirian adalah pilihan paling bijak karena tidak ada orang yang bakal tersakiti kalau ia seorang diri. Nyatanya bukan orang lain yang tersiksa, tapi batinnya sendiri.

Taehyung duduk di kursi kebesaran yang disiapkan di Singasari. SeokJin ada di samping kanan dengan Chaeyoung di samping kiri. Dua saudara yang jadi imbas keputusan Raden Mas yang agaknya masih juga belum menyerah. Sosok Jengguk mengantar ketiganya pula. Sudah mewujud jadi manusia seutuhnya dan senyum-senyum. Ingin rasanya Jimin pukul kepala anak itu pakai sandal selop yang ia kenakan. Supaya pemuda itu tahu betapa khawatirnya Jimin, sebenarnya.

Baskara [kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang