Chapter 4 : Green Fog and A Robot

125 6 0
                                    

Pagi hari yang cerah setelah malam yang menegangkan pun datang menyelimuti Freia. Kota Zunou sudah mulai ramai dan mulai terlihat hidup. Para penduduk juga bekerja gotong royong membetulkan kerusakan yang ada dengan bantuan dari anggota-anggota residen Aleron. Mereka bekerja dengan giat dan senang hati. Saat itu di residen, terlihat kesibukan dan keramaian yang cukup luar biasa. Aleron sangat terlihat sibuk membenahi kerusakan kota. Sementara Lisanti dan Altobio berada di ruang kerja untuk membereskan berkas-berkas yang diperlukan Aleron.

Di beranda kamar tamu tingkat dua, Aldeon tampak melamun. Lalu Cleide datang dari luar beranda dan hinggap di bahu kanan Aldeon. Cleide berkicau dan Aldeon mengatakan tidak ada yang ia sedang pikirkan. Kemudian ia menengok ke dalam kamar dimana Alvia sedang terbaring di tempat tidurnya. Setelah agak lama melihatnya, Cleide berkicau lagi. Aldeon kembali memandang keluar beranda dan angin sepoi-sepoi menerpanya. Pandangannya menjauh ke atas langit biru di sana.

Hari pun menjelang siang. Di luar residen, rombongan sudah akan berangkat kembali untuk mengunjungi kota dan desa yang lain. Aleron mengusulkan agar mereka pergi ke kota Sontaleff untuk menemui presiden Feronso sekaligus melihat situasi kota. Aldeon setuju dan juga yang lainnya. Altobio pun bersedih Aldeon harus pergi padahal mereka belum sempat untuk bermain bersama. Aldeon janji akan kembali lagi setelah perjalanan selesai dan mereka bisa bermain sepuasnya. Altobio kembali tertawa senang mendengar janji itu. Lisanti juga mengucap doa agar mereka selalu selamat dalam perjalanan yang panjang tersebut. Dengan demikian rombongan pun mengucap salam perpisahan dan beranjak meninggalkan residen.

Setelah melewati kota, rombongan pun sampai di gerbang kota bagian selatan. Tiba-tiba Aldeon mendapat sebuah firasat buruk mengenai sesuatu. Ia kembali teringat dengan pedang hitam yang waktu itu menyerang mereka. Ia yakin sang pemiliknya, yaitu pemuda berambut hitam yang pernah bertarung dengannya, telah sampai di Freia untuk mengejarnya.

Master Aldeon?” tanya Hyuga.

Yes?” sadar Aldeon dengan segera.

Is there something bothering you?” tanya Hyuga.

“Oh, no, it’s nothing,” jelas Aldeon.

Okay,” jawab Hyuga.

Let’s move on,” ajak Aldeon.

Rombongan pun keluar meninggalkan kota. Mereka memutuskan untuk berjalan sebentar agar dapat menikmati udara serta pemandangan yang ada di luar sana. Sambil bercanda ria mereka menikmati perjalanan mereka. Beberapa saat kemudian mereka sampai di bukit-bukit pepohonan dengan tanah es terbuka yang sangat luas. Ketika mereka mulai melaju ke atas tanah es tersebut, Aldeon menghentikan langkahnya dan menyarankan yang lainnya untuk berhenti juga. Yang lain berhenti dan menjadi heran bertanya kepada Aldeon ada apa.

Tiba-tiba di depan seberang sana muncul seorang pemuda yang ternyata adalah pemuda berambut hitam itu. Aldeon terdiam sementara yang lain terkejut.

It’s Him!!!” teriak Claus dan Reina.

Yes,” jawab Aldeon menanggapi Claus dan Reina dengan wajah yang dingin menatap pemuda tersebut.

Alvia, Hyuga dan Merril menjadi heran dan bingung. Mereka pun bertanya kepada Claus dan Reina apakah Aldeon dan mereka berdua mengenal pemuda itu. Claus pun memberitahu bahwa pemuda itu adalah musuh dari Aldeon yang mengincar nyawa Aldeon dan ia selalu mengejar ke mana Aldeon pergi. Pemuda itu dipanggil dengan nama Briston Vinelis. Ke-3 orang pun terkejut mendengar hal ini, terutama Alvia yang sekarang sudah semakin memperhatikan Aldeon. Briston tersenyum menyambut kedatangan mereka ke atas tanah es itu.

Frozen FreiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang