Chapter 17 : Kleisden Village and An Old Master

87 3 0
                                    

Pagi hari yang cerah datang menyambut Freia. Di ruang singgasana istana Freetalic Solphosz, rombongan telah bersiap untuk melanjutkan kembali perjalanannya. Mereka berpisah dengan Geraldico, Nithana, Ferdito dan Selvitha. Geraldico memberitahukan bahwa pertandingan Astroball sedunia kemarin akan diulangi kembali pada tahun berikutnya. Aldeon mengerti dan berjanji bahwa tim Gaia Force akan ikut serta kembali. Setelah semuanya mengucap salam perpisahan, rombongan pun beranjak meninggalkan istana.

Sementara itu di istana Louros, di ruang yang gelap, Traciane melihat ke sebuah bola kristal ungu. Ia nampak marah sekali dengan kematian Norita. Tak lama di bola kristal ungu itu, terlihat ke-7 Yang Terpilih, yaitu rombongan Aldeon cs yang sedang berjalan di kota Venob Belcrant. Traciane yang melihat mereka berjanji akan membunuh mereka semua tanpa tersisa. Ia pun tertawa jahat dengan keras.

Di kota, semua penduduk terlihat beramai-ramai serta sibuk melakukan perbaikan terhadap semua yang rusak karena gempa. Mereka bekerja dengan giat dan gembira. Rombongan akhirnya sampai di depan gerbang kota bagian selatan. Aldeon segera menyarankan agar mereka pergi ke desa Kleisden. Ia ingin menemui seseorang yang ia kenal di sana. Alvia juga mau ke sana dengan senang hati karena ia juga mau mengunjungi teman dan master-nya. Maka diputuskanlah tujuan mereka selanjutnya adalah desa Kleisden. Rombongan segera menggunakan sihir terbang dan meluncur ke desa Kleisden.

Waktu terus berjalan hingga rombongan pun tiba di depan gerbang desa bagian timur. Mereka segera masuk ke dalam desa tersebut yang sangat indah, besar dan ramai. Ketika mereka sampai di halaman desa yang sangat luas, terdengar seseorang memanggil nama Aldeon dan Alvia. Mereka segera berbalik dan menemukan seorang kakek yang sedang berdiri di sana dengan memegang tongkatnya. Alvia segera berteriak senang memanggil nama kakek tersebut, yaitu Master Deilan.

Master Deilan!!!” teriak Alvia dengan senang dan segera berlari memeluknya.

Rombongan berjalan mendekat ke arah Deilan. Ketika Deilan melihat Aldeon dengan ramah, Aldeon segera memberi hormat dan juga memanggilnya.

Master,” hormat Aldeon.

“Hmmm… tidak perlu formal seperti itu, Aldeon,” senyum Deilan yang ternyata juga mengenal Aldeon.

“Ya,” balas Aldeon yang kemudian bangun dari hormatnya.

“Eh?” kaget Alvia yang mengetahui bahwa Deilan mengenal Aldeon.

Deilan sangat senang bisa bertemu mereka berdua lagi, begitu juga ke-4 pengawal yang ternyata saling mengenal dengan Deilan. Lalu Alvia memperkenalkan Devony kepada Deilan. Devony memberi salam dan Deilan membalasnya dengan ramah. Deilan kemudian mengajak rombongan ke rumahnya. Maka mereka pun beranjak pergi ke rumah Deilan.

Hari pun menjelang siang. Di desa, di sungai jernih di belakang rumah Deilan, Alvia duduk di tepi sungai dan melamun. Tak lama suara seorang gadis terdengar memanggil nama Alvia dengan agak sedikit berteriak. Alvia tersadar dan berdiri. Ia berbalik dan menemukan sesosok gadis berdiri di sana. Alvia pun menjadi gembira karena bisa bertemu kembali dengan teman akrabnya sejak kecil itu, yaitu Viona Mushrellum. Mereka segera berpelukan dan saling kangen. Mereka berdua juga sangat saling menyayangi seperti halnya kakak dan adik. Viona sendiri adalah cucu dari Deilan. Ia juga suka mengusili Alvia terutama karena sifat Alvia yang sangat pemalu.

Setelah berbincang-bincang sebentar, Viona mengajak Alvia untuk berkeliling desa. Alvia dengan senang hati ikut. Mereka berdua kemudian berjalan sambil berbincang-bincang. Di tengah perjalanannya, mereka bertemu dengan Aldeon yang sedang berkeliling sendirian. Alvia memperkenalkan Viona kepada Aldeon. Viona sangat senang bertemu dengan pemuda yang tampan dan cool seperti Aldeon. Setelah itu mereka ber-3 kemudian kembali ke rumah Deilan.

Frozen FreiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang