Chapter 26 : Globalitz Army City and A Giant Robot

86 2 0
                                    

Esok pagi kembali datang. Langit terlihat mendung dan cukup gelap. Di desa Kleisden, terlihat Viona duduk di sungai belakang rumah. Di perpustakaan istana Darius-G, di sebuah ruang buku, terlihat Leon sedang melakukan hobi membacanya. Di dermaga belakang desa Berlium yang sudah hampir selesai perbaikannya, terlihat Devony sedang mengajari anak-anak berenang. Di laut juga terlihat banyak orang yang melakukan aktivitas. Di taman dansa kuil, Shany dan Alexa sedang melakukan tarian pembasmi hantu.

Tak lama kemudian, Shany dan Alexa selesai berlatih. Alexa senang Shany sudah tumbuh sangat cantik. Shany tersenyum dengan malu. Alexa juga senang Shany tidak melupakan ajaran-ajaran sebagai seorang pendeta yang baik. Tentu saja Shany tidak akan melupakannya karena Shany sangat senang menjadi seorang pendeta dan dapat membantu banyak orang. Alexa tersenyum melihat Shany, putrinya yang manis dan manja itu. Mereka kemudian saling tertawa.

Sementara itu di dunia Gaia yang juga mendung, di istana Gaia Aldena, di ruang pertemuan, Aldonicus dan Devinia mengadakan pertemuan dengan para peramal, tetua dan penasihat-penasihat kerajaan. Mereka menyatakan bahwa dalam waktu dekat, tak lama lagi setelah anak-anak Zevalen semuanya lenyap, maka Zevalen akan segera turun tangan untuk menghancurkan para Yang Terpilih. Saat itulah merupakan puncak kegelapan dan kematian di Freia. Aldonicus dan Devinia yang mendengar hal itu langsung menjadi tegang dan gelisah.

Di halaman kuil, Aldeon dan Alvia berpisah dengan Alexa dan Shany yang akan menetap untuk sementara dengan ibunya. Shany berdoa semoga Aldeon dan Alvia selamat dalam perjalanannya kembali. Alexa juga mengucapkan banyak terima kasih karena telah menjaga Shany dengan baik. Aldeon dan Alvia juga berterima kasih karena telah disambut dengan baik. Akhirnya mereka mengucap salam perpisahan dan beranjak meninggalkan halaman kuil. Saat itu desa pun beramai-ramai melakukan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi.

Di luar gerbang desa bagian barat, Aldeon dan Alvia berdiskusi untuk pergi ke mana. Aldeon lalu mengusulkan untuk mengunjungi kota ketentaraan terbesar di Freia, yaitu kota Globalitz Army. Alvia setuju. Maka mereka segera menggunakan sihir terbang dan pergi ke kota Globalitz Army. Kota Globalitz Army adalah kota ketentaraan yang terbesar di Freia. Kota tersebut sangat besar, megah, dan terdapat berbagai macam teknologi modern serta canggih. Kesatuan tentara terbesar di Freia yang dinamakan Globalitz Army Unit berada di sana. Para tentara Globalitz sangatlah hebat dan kuat serta berani dan intelektual. Mereka selalu bekerja untuk menjaga perdamaian di dunia Freia.

Di luar gerbang kota bagian utara, Aldeon dan Alvia pun sampai. Mereka masuk ke kota dan mereka benar-benar kagum dengan semua teknologi canggih yang ada di sana. Mereka berjalan menelusuri kota yang ramai itu. Kemudian terdengar bunyi alarm bahaya. Aldeon dan Alvia heran dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Para tentara terlihat sibuk mempersiapkan diri mereka dengan perlengkapan perang dan persenjataan yang canggih. Mereka lalu menyebar ke kota dan membentuk barikade serta formasi di setiap sudut kota. Aldeon dan Alvia semakin bingung dengan apa yang terjadi.

Di langit itu, Briston muncul dan turun ke kota. Para tentara yang berada di tengah kota segera kaget dengan kemunculan Briston. Mereka mengenalnya sebagai bekas seorang kapten Globalitz yang hebat. Aldeon dan Alvia yang ada di sana juga kaget melihat Briston. Briston melihat ke arah mereka berdua dan tersenyum. Kemudian Briston mengucap mantra sihir. Setelah itu gempa pun terjadi. Semua orang kaget. Di jalan kota, terlihat sebuah robot raksasa sedang berjalan menuju ke tengah kota. Robot tersebut dinamakan Grandius Tallus. Para tentara yang berada di jalan kota segera meminggir agar tidak terinjak. Briston lalu memberitahu Aldeon kalau ia akan menunggu kedatangannya di kota Hensoling Melthod. Setelah itu Briston pergi menghilang.

Para tentara yang berada di tengah kota siap menyerang dengan senjata-senjata mereka. Serangan-serangan melaju dan akhirnya dapat merubuhkan Grandius. Tetapi tak lama kemudian ia bangkit kembali. Grandius segera menyerang para tentara, tetapi sebelum sempat menembakkan serangannya, ia terhantam oleh sebuah serangan terlebih dahulu. Grandius berbalik dan di sana Aldeon serta Alvia siap untuk merubuhkan robot tersebut. Grandius pun menyerang mereka berdua dan pertarungan terjadi.

Para tentara yang melihat mereka berdua bertarung dengan kekuatan yang unik segera kaget dan kagum. Tak lama kemudian Grandius berhasil dirubuhkan dengan agak mudah oleh Carama Abhivarta magis milik Aldeon. Grandius rubuh dan tubuhnya segera hancur menjadi potongan-potongan yang kemudian hilang menjadi debu hitam.

Para tentara sangat kagum dengan kekuatan mereka. Mereka segera mengelilingi Aldeon dan Alvia yang kaget dan heran. Kemudian terdengar perintah untuk seluruh tentara yang ada agar segera kembali ke markas besar Avelon Unit Freia, markas ketentaraan Globalitz yang sangat besar dan megah. Para tentara segera bubar meninggalkan Aldeon dan Alvia.

Mengingat para tentara mengenal Briston, Aldeon meminta seorang tentara untuk berhenti dan bertanya tentang Briston. Tentara itu kemudian menceritakan tentang Briston. Ia mengatakan bahwa walaupun Briston bukan seorang manusia, dimana bisa terlihat dari telinganya yang meruncing, ia adalah seorang kapten yang hebat dan sangat dihormati. Briston dulu ditemukan oleh sang presiden panglima tertinggi ketentaraan Globalitz, yaitu Fergusto Mc. Coy, bersamaan dengan Sentus sekitar 30-an tahun yang lalu ketika mereka berdua masih bayi. Karena kasihan, Fergusto pun mengasuh mereka walaupun mereka berdua bukan manusia. Mereka juga diberi nama Briston dan Sentus oleh Fergusto. Mereka tumbuh dewasa dengan kuat dan berani, terutama Briston. Mereka menjadi simbol kekuatan ketentaraan Globalitz.

Suatu ketika, sekitar 14 tahun yang lalu, suatu kekuatan kegelapan dan kematian datang pada malam hari. Sosok kekuatan yang datang itu adalah Zevalen. Ia datang untuk mengambil kembali anak-anaknya, yang ternyata adalah Briston dan Sentus. Mereka lahir dari bagian tubuh Zevalen. Mendengar hal itu, Briston dan Sentus tidak ingin ikut. Zevalen yang tidak mau ada perlawanan segera menangkap Briston dan Sentus. Zevalen kemudian membawa pergi mereka berdua. Para tentara sangat kehilangan.

Setahun setelah kepergian mereka, Briston dan Sentus kembali ke kota. Semua sangat senang, terutama Fergusto yang melihat mereka selamat dan baik-baik saja. Tetapi tidak disangka, mereka datang untuk mengacau dan menghancurkan kota. Untunglah mereka hanya merusak kecil saja. Namun akibatnya, sejak saat itu, Briston dan Sentus adalah musuh ketentaraan Globalitz.

Mendengar cerita itu, Aldeon akhirnya mengerti. Walaupun begitu, menurut Aldeon mereka berdua masih merupakan orang-orang yang setia dengan ketentaraan Globalitz karena mereka masih menggunakan nama kota Globalitz Army di setiap pertandingan Astroball. Tentara itu juga berharap mereka masih seperti itu. Aldeon lalu berterima kasih dan tentara itu segera pergi. Alvia yang mendengar juga ikut prihatin.

Mengingat pesan Briston yang menginginkan Aldeon untuk ke kota Hensoling Melthod, maka mereka berdua memutuskan untuk ke sana. Mereka berdua pun segera beranjak dari kota. Tak lama kemudian, Aldeon dan Alvia sampai di depan gerbang kota bagian timur. Mereka segera menggunakan sihir terbang dan meluncur ke kota Hensoling Melthod.

Frozen FreiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang