Sorry for typo(s)
Suasana sekolah seperti pada umumnya, sebagian anak akan sibuk bermain, membaca buku, tidur di jelas atau bersolek sembari menggosip.
Perihal tentang kelas, Jaemin tidak bersama kembarannya. Ruangan mereka terpisah oleh loker para siswa. Yang menjadi bahan keributan setiap pagi — lebih tepatnya, Donghyuck akan datang sembari menggebrak meja adik beda 10 menitnya tersebut. Tangan pemuda itu membuang sebuah buku yang sedang dibuat menulis oleh Jeno. Posisi duduk pemuda Lee itu menghadap ke belakang.
Pasalnya, Jeno sedang menyontek hasil tugas yang dikerjakan oleh si bungsu Choi. Sebelum itu, Jaemin juga sudah memberi peringatan pada pemuda Lee. Namun, anak itu hanya melengos tak peduli.
"Pergi sebelum aku membuang tasmu, Lee."
"Silakan," tantang Jeno.
Yang bergerak melawan justru Jaemin, menarik pergi kembarannya keluar. Raut wajah Donghyuck begitu masam, hal seperti ini bukanlah pertama kali terjadi.
"Jangan ribut! Semester kemarin, kau sudah mendapatkan poin!" cegah si bungsu.
Kedua tangan Donghyuck berkacak pinggang menatap kembarannya. Berapa kali hal ini terjadi, tetap saja Jaemin yang telah memberi akses untuk dimanfaatkan.
"Kau tahu, dia saja mendapat ranking paralel. Lalu, kenapa kau yang menjadi korban untuk diconteki? Masuk akal seperti itu?" nada suara Donghyuck sedikit dinaikkan karena ia bukan tipe yang bisa menahan amarah dan isi hati.
Kepala Jaemin menunduk, ia juga tidak tahu mengapa memiliki perasaan tidak tega? Pada siapapun itu, beberapa orang apa memang tidak bisa dibantu? Lagipula, Jaemin bukanlah Donghyuck yang bisa menolak dengan cerdas, membentak seperti Noonanya ataupun bahkan Jeno yang terlihat pendiam tetapi, bisa memberontak dengan wajah menyeramkan.
"Sekali lagi kau membiarkannya, aku akan minta pada Ayah untuk memindahkanmu ke kelasku."
Sebelum memberi tanggapan, Donghyuck telah pergi meninggalkannya. Percuma juga untuk protes, letak kesalahan pada Jaemin karena memperbolehkan tugasnya dicontek.
Anak itu kembali masuk ke kelas, Jeno sudah sibuk dengan game di ponselnya.
Bel berbunyi, Jaemin segera duduk dan mengecek sekali lagi tugasnya. Kening si bungsu Choi berkerut, melihat ada bekas correction tape pada dua jawaban di sana. Seingatnya pun, ia jarang menggunakan benda tersebut. Maniknya bergulir menatap punggung Jeno. Akan tetapi, terlambat karena pintu kelas telah dibuka.
Semua anak-anak di sana sudah duduk rapi dan tenang. Senyum Jaemin mengembang kala melihat sosok yang baru pertama kali dilihatnya di sekolah.
"Tahun kedua ini, kalian mendapat teman baru," ucap laki-laki yang menjadi wali kelas mereka.
Gerak-gerik siswa baru itu begitu canggung, nampak malu menjadi pusat perhatian di depan kelas. China menjadi tempat asalnya, antusias teman satu kelas sangat bagus karena fasihnya pemuda itu menggunakan bahasa mereka, dengan itu tidak ada kendala untuk berinteraksi.
"Huang Renjun," nama yang disebutkan, "Mohon bantuannya semua," ucapnya seraya membungkuk kemudian memberikan senyuman.
Setelahnya, ia berjalan menuju ke bangku yang berada di sebelah si bungsu Choi. Dengan senyum mengembang, tangan pemuda manis itu terulur, "Namaku Jaemin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haravale✓
FanfictionChoi Jaemin adalah senjata bagi dua keluarga yang saling bermusuhan. ©piyelur, Mei 2021.