H.4

4.4K 753 50
                                    

Sorry for typo(s)


Salah satu orang terdekat bagi Jaemin selain dari keluarga adalah pengawal pribadinya yaitu Jung Jaehyun. Jarak usia mereka kira-kira 17 tahun, cukup jauh tetapi si bungsu Choi tidak merasa canggung. Meskipun setiap berceloteh panjang kali lebar, lelaki yang tidak pernah tertawa lepas itu hanya merespons dengan satu atau dua kata saja.

Membosankan? Tidak.

Karena Jaemin sedang dalam misi rahasia.

"Membuat Jaehyun Hyung tersenyum hari ke 272."

Dengan bibir yang mengembang, Jaemin mengunjungi rumah yang telah dibangun dengan hasil jerih payah Jaehyun sendiri selama bekerja menjadi pengawal di keluarga Choi. Padahal, sudah diberi fasilitas apartemen juga seperti yang dimiliki oleh Johnny tetapi, ditolak secara halus. Mungkin, sifatnya yang tidak ingin berbaur dengan orang banyak selain jam bekerja membuat ia memilih tinggal sendiri.

Selama libur, Jaemin pikir lelaki itu akan pergi untuk refreshing. Tidak tahunya hanya berada di rumah, melakukan fitness ataupun berlatih bela diri yang sesungguhnya ia telah ahli. Untuk itu, si bungsu Choi berada di sana. Memang sengaja hari Minggu karena saat itulah Jaehyun tidak harus menemani Tuan Mudanya ke mana-mana karena ada Johnny yang akan bertugas sampai malam.

Berada di taman belakang, Jaemin duduk sembari melihat lelaki yang memiliki otot perut kotak-kotak itu sedang melakukan latihan tembak pada buah apel yang menjadi korban, itu saja ide dari si bungsu Choi karena jika menggunakan botol kaca akan menambah sampah dan membuang barang saja. Kalau buah, tinggal dicuci, dan bisa dimakan.

Maniknya terpejam mendengar tembakan tersebut. Enam buah apel di sana sudah hancur dan jatuh pada wadah yang telah disediakan di bawah, tentu saja ide dari pemuda manis dari keluarga Choi tersebut.

Setelah selesai, Jaehyun membersihkan pistol lainnya yang menjadi koleksi. Kesempatan itu diambil oleh Jaemin untuk memulai percakapan. Anak itu berdiri dan berjalan menuju ke sisi lelaki bermarga Jung tersebut.

"Hyung, sudah punya kekasih?" tanyanya ragu.

"Tidak," dan dibalas detik selanjutnya.

Bibir anak itu melengkung ke bawah, tetapi maniknya kagum melihat kepiawaian Jaehyun yang memasang kembali bagian-bagian dari pistol. Tak ingin kehilangan kesempatan, Jaemin kembali mendongak, "Masa tidak punya? Yang sering chattingan setiap hari? Video call mesra?" tanyanya beruntun.

Kali ini hanya sebuah gelengan kepala. Jaemin menghela napas panjang, memutar otak untuk melontarkan pertanyaan kembali. Sudah dua pistol telah disimpan pada tas berukuran sedang dengan warna hitam di sana.

Sampai kemudian, sudut bibir Jaemin terangkat. Kedua tangannya berpegangan di tepi meja dan sedikit mencondongkan tubuh dengan senyum terukir, "Kalau teman? Hyung pasti punya! Wajah tampan seperti ini tidak mungkin tidak populer di sekolahan,"

Pertanyaan tersebut membuat gerakan tangan Jaehyun berhenti, yang mana membuat pemuda Choi itu mengerjap bingung. Beberapaa saat terdiam, Jaemin merasa panik sendiri melihat perubahan ekspresi lelaki tersebut. Tanpa adanya jawaban seperti ini menandakan bahwa ada yang salah pada situasinya. Entah dari pertanyaan atau diri sendiri.

Sebelum menjawab, Jaehyun mengisi peluru baru pada pistol terakhir, "Tidak."

"Ke-kenapa, Hyung?"

Jika yang di hadapannya adalah Donghyuck dan Koeun pasti anak itu sudah habis diomeli karena begitu cerewet dan ingin tahu. Terkadang juga Ayah dan Ibu gemas kalau Jaemin sudah dalam mode hiperaktif.

Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang