H.19

3.2K 546 73
                                    



Sorry for typo(s)






Sekolah bagi Jaemin berjalan cukup normal, penculikan Renjun seakan tidak pernah terjadi. Yang lebih menyenangkan adalah keakrabannya dengan pemuda Huang dan Jeno semakin meningkat. Bahkan tadi pagi, ia melihat dua anak itu berangkat bersama menggunakan bus.



Jika pikiran positif dimiliki oleh Jaemin, lain hal dengan saudaranya yaitu Donghyuck. Beberapa waktu yang lalu saja, dua saudara Lee itu gentar ingin merebut sang adik. Kenapa sekarang menempel pada sosok anak baru tersebut?



Kedua tangan si sulung kembar Choi itu terlipat di depan dada, dari jendela kelas milik Jaemin berdiri dengan tatapan datar. Ketiga teman satu kelas sedang bersenda gurau, buku-buku ditimpuk pada lengan Jeno sembari tertawa. Kening Donghyuck berkerut melihat mereka, gengsi kalau untuk mendekat.



Kala Jeno menoleh ke arah jendela, barulah si sulung kembar Choi itu memberi kode dengan kepala untuk menyuruhnya keluar. Dan, setelah mendapati anak itu minta izin terhadap dua temannya baru Donghyuck berjalan menuju ke ruang boxing sekolah — lokasi mereka biasa mengadu amarah.



Masih membelakangi pintu, Donghyuck baru menoleh ketika mendengar ruangan tersebut sudah tertutup. Jeno berjalan dengan kedua tangan masuk ke dalam saku, tatapannya masih congkak seperti biasa.



"Kulihat, kalian sudah menyerah," ujar pemuda Choi di sana.



Senyuman terpatri di wajah Jeno sembari terkekeh kemudian menggelengkan kepala, "Kami tidak menyerah, tapi sudah berhasil."



Ucapan tersebut membuat Donghyuck termangu di tempat, ia melihat bagaimana Jeno berjalan menuju ke ring dan duduk di tepiannya. "Sebenarnya aku tidak boleh menceritakan semua ini terhadap siapapun. Tapi kupikir, kita butuh otak lagi untuk memecahkan satu misteri ini," sambung pemuda Lee tersebut.



Donghyuck masih bungkam, menyilangkan kedua tangan di depan dada dan memasang wajah datar dengan mata yang awas.



"Yang sebenarnya saudara kembarku itu Renjun."



Manik pemuda Choi tentu saja membola mendengar penuturan tersebut. Tangan yang semula terlipat perlahan lepas kembali pada masing-masing sisinya, tak lupa mulut yang menganga karena merasa terkejut bukan main.



"Ya, ekspresimu itu persis denganku saat tahu kebenaran ini. Ibu selama ini juga tidak pernah merasa ikatan batin dengan Jaemin. Dia hanya mendengar ceritaku tanpa tertarik sampai kemudian ia bertemu dengan Renjun di rumah sakit," Jeno menceritakan semuanya dari mulai akta kelahiran dan beberapa fakta kehidupan yang dijalani kembarannya di Negara Tirai Bambu.



Namun, dari cerita yang dibeberkan oleh Jeno di sana, Donghyuck merasa ada beberapa bagian yang janggal. Anak itu sama sekali tidak menyebut nama yang orang yang membawa saudara kembarnya pergi. Pemuda Lee tersebut hanya memberi samaran dengan panggilan orang itu.




"Begitu ceritanya ... Jadi, orang itu yang telah membawa Jaemin masuk di antara keluarga kita. Dan, pertanyaannya adalah kenapa dan siapa?"




"Siapa?" Jeno mengangguk dengan polosnya yang membuat Donghyuck mendengkus, "Siapa orang itu?" tanya pemuda Choi sekali lagi, "Kalian pasti tahu dan sengaja menutupinya."



"Bisa dihabisi Mark Hyung kalau aku memberitahumu," elak Jeno seraya menggelengkan kepala.




Pipi Donghyuck menggembung dengan lidah menusuk, raut wajah anak itu kesal karena melihat Jeno berjalan meninggalkannya.




Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang