H.5

4.4K 768 110
                                    

Sorry for typo(s)



Jam setelah belajar biasanya dipakai oleh Jaemin untuk mendekam di dalam kamar untuk menonton film. Sebuah wadah popcorn berada di tas perut yang terbungkus oleh selimut, lampu dimatikan supaya mendapat kesan seperti berada di bioskop. Namun, nampaknya Tuhan tidak membiarkan dia bisa bersantai dengan mudah. Apalagi ketika pintu kamar dibuka secara paksa sampai menimbulkan suara gaduh.


Hampir saja popcorn itu tumpah mengotori sprei yang baru diganti satu hari yang lalu. Donghyuck mendusal di belakang punggung saudara kembarnya dan bergelung pada selimut.


"Nana! Ya Tuhan, ini gawat! Bencana besar akan melandaku! Kepalaku akan dipenggal oleh malaikat maut itu!" desisnya di sana.


Bola mata Jaemin berotasi. Dramatis adalah nama lain dari keluarga Choi.


"DONGHYUCK!" manik Jaemin terpejam mendengar teriakan tersebut, "DASAR TIKUS BESAR! LANCANG SEKALI KAU, HAH?!"



Sosok gadis yang menggunakan piyama micky mouse masuk, surai digelung meninggalkan poni indahnya. Akan tetapi, wajah cantiknya berubah menjadi seorang —

— Malaikat maut! Kembali sana pada Tuhanmu!" teriak Donghyuck.



"ES KRIMKU!"



Kan.


"TINGGAL BELI LAGI?"



Sebelum terjadi peperangan, Jaemin beranjak dari posisinya untuk memeluk si sulung perempuan, "Koeun Noona... tenang. Hanya es krim saja."


"Itu yang kau belikan kemarin! Aku bahkan belum membukanya! TAPI TIKUS BESAR ITU KURANG AJAR! Mending kalau dua atau tiga suap. SETENGAH wadah, Nana!"


"Iya, iya. Nanti kita beli. Tidak usah ajak Donghyuck ya?"



Pekikan berbeda menggema di kamar Jaemin.


"OKE!"


Donghyuck turun dari ranjang seraya memasang wajah terkejut atas pengkhianatan yang terjadi di depan mata, "KITA SAUDARA KEMBAR, NA!"


Gertakan tersebut tentu saja dibalas oleh Koeun dengan telak. Apalagi kedua tangan sudah berkacak pinggang di sana, "AKU NOONA KALIAN!" diikuti dengan mata melotot.



Kepala Jaemin menggeleng melihat dua saudaranya yang tak pernah bisa mengobrol dengan suara normal. Setelah itu, ia mengambil dompet di atas nakas dan mengajak si sulung gadis itu untuk keluar.


"Makanya, jadi gadis. Nanti menjadi prioritasnya Jaeminie."


Kedua tangan Donghyuck terlipat di depan dada seraya mengalihkan pandangan, "Sudah pernah."


Kedua saudara lainnya melongo atas jawaban Donghyuck di sana, "Ha?"


"Sekolah, Doongsokie."


Lalu, tawa sulung gadis itu menggelegar sembari mencubit kedua pipi gembul Donghyuck dengan perasaan gemas dan kesal menjadi satu.


Pemandangan tersebut membuat Jaemin menyunggingkan senyum yang lebar. Rasanya hangat, tetapi masih ada ruang kosong yang meraung tak jelas.




***


Drive Night sering dilakukan sendiri oleh si bungsu Lee, berdiam di tepian sungai sembari menatap langit yang sayangnya sedang mendung. Waktu sendirian ini, ia gunakan untuk mengenang masa kecil bersama sang kakak serta kedua orang tuanya yang juga penuh kasih sayang.


Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang