Sorry for typo(s)
Selama ini, Jaemin hidup menjadi kembaran seorang Donghyuck itu benar-benar tidak terasa. Mereka memiliki perbedaan yang sangat berbanding terbalik, seperti contoh saat ini berada di sirkuit. Kekuasaan orang tua mereka membuat si sulung kembar itu bisa meminta apapun termasuk menggunakan kendaraan berbahaya tersebut. Manik anak itu akan terpejam diikuti dengan kedua tangan yang menutup telinga kala mobil khas balapan melewati tikungan tajam. Hati Jaemin berdesir juga kalau tiba-tiba ada batu yang menyenggol ban mobil. Amit-amit, jangan sampai! Ia berdoa dalam hati.
Namun, lama-lama Jaemin juga semakin frustasi dengan rasa khawatirnya sendiri. Maka dari itu, ia beranjak dari tempat duduk di tribun kemudian berlari mengambil salah satu bendera hitam putih yang kemudian dikibarkan sebelum Donghyuck melewatinya.
Kode untuk selesai itu tak langsung dilaksanakan oleh Donghyuck karena berada dalam kecepatan yang tinggi. Cukup jauh jaraknya, mobil yang berwarna biru metalic itu menukik dengan ban yang berdecit tetapi berhasil berhenti. Meskipun tidak terjadi apa-apa, Jaemin melompat dari pembatas papan besi di sana kemudian berlari menghampiri kembarannya yang sudah keluar seraya melepas helm pelindung. Tangannya sibuk merapikan surai yang berantakan.
"Pulaaang!"
"Masih sisa satu putaran lagi?"
Alis Jaemin menyatu dengan kerutan tajam, tidak mau menerima bantahan.
"Lapar!" bentak sang adik lagi.
"Salah siapa kau ingin ikut?"
Manik Jaemin membulat atas pertanyaan tersebut, ia memukul lengan Donghyuck dengan kesal, "Kau memaksaku ikut ya!"
Dibentak seperti itu justru membuat sulung kembar Choi tertawa, ia merangkul bahu sembari mencubit pipi Jaemin dengan gemas, "Iya iyaaa... Lama-lama mirip Noona ya, apa tanggal merah?"
Diledek seperti itu membuat adiknya berhenti dan memasang wajah murung, semakinlah membuat Donghyuck tertawa dan hampir bergelantung di leher Jaemin dengan pelukannya.
"Ampun, ampun..." ujarnya bertubi-tubi, Donghyuck beralih sebentar pada sosok laki-laki yang menjadi orang kepercayaan untuk mengurus mobil sembari melempar helmnya, "Kuncinya masih di sana!" yang dibalas dengan anggukan saja.
Kedua anak kembar itu masuk ke sebuah lorong yang terhubung ke ruang ganti. Dengan wajah kesal, Jaemin duduk dan memunggungi Donghyuck yang sedang berganti baju.
"Mau makan dulu?"
"Boleh," sahut si bungsu.
"Di mana?" tanya Donghyuck sembari menyemprot parfum di badannya.
"Terserah."
"Kimchi jjigae?"
"No no no no!" tolak Jaemin tanpa berpikir dua kali yang mana ekspresi tersebut membuat Donghyuck terkekeh.
Pertengkaran mereka hanya sebatas memilih menu makanan. Belum lagi jika ditambah ada Koeun, sudah pasti mereka akan mengalah. Gadis itu memiliki tingkatan hierarki tertinggi di rumah. Bahkan kedua orang tua mereka juga bisa tunduk dengannya.
Toh, dari bayi saja Koeun sudah ikut andil dalam mengurus si kembar. Kalau sampai tidak patuh juga bisa menjadi bulanan di rumah. Apa itu? Semua pelayan dan pengawal tidak akan mengurus mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haravale✓
FanfictionChoi Jaemin adalah senjata bagi dua keluarga yang saling bermusuhan. ©piyelur, Mei 2021.