H.25

2.8K 505 32
                                    


Dari awal chapter adanya plot twist terus, sekarang bacanya pelan-pelan supaya paham. Semoga jelas juga sih ✌️





Sorry for typo(s)





Kalau ditanya ada yang berubah tidak setelah sebuah kejahatan dan kebenaran terungkap pada keluarga Choi? Tentu saja ada. Namun, yang dimaksud itu semua justru sikap dari Jaemin sendiri. Seakan menjaga jarak pada kedua orang tua yang membesarkannya dan seseorang yang dulu dianggap separuh jiwa karena kembar.


Berbanding terbalik darinya, Siwon dan Yuri masih memperlakukan si bungsu seperti sedia kala. Dan, sudah satu minggu berlalu Jaemin kembali ke kediaman keluarga Choi ini. Sering kali, anak itu akan menatap isi kamar sang kakak yang kosong tergantikan kesunyian.



Kesedihan itu memang masih ada, tetapi mereka sudah ikhlas untuk kepergian putri dan kakak. Hidup dan masih berkumpul seperti ini juga akan menjadi tujuan Koeun terhadap keluarganya sendiri meski harus dibayar dengan nyawa.



"Jaeminie."



Jemari yang memegang knop pintu itu terlepas bersamaan dengan tubuhnya berbalik, maniknya menangkap kehadiran Donghyuck yang berdiri di ujung tangga dengan senyuman kecil.



"Ayo."


Kedua alis si bungsu terangkat, "Ke mana?"


"Ruang kerja ayah," sahutnya.


Oh.



Jaemin ingat, selepas makan malam kemarin dan sang ayah yang baru memiliki waktu luang hari ini menjadi momen di mana beliau akan menceritakan masalah yang terjadi sampai mengorbankan putrinya sendiri. Istri dan anak-anaknya perlu tahu meskipun dia tidak terlibat dalam tindakan keji ini.



Tanpa banyak bertanya, Jaemin menutup kembali pintu kamar sang kakak kemudian menyusul Donghyuck yang masih menunggu.



"Bisa dihitung dengan jari tidak sih kita masuk ke ruang kerja ayah?" monolog pemuda berpipi gembil di sampingnya. "Aku ingin mengambil mainan yang disita ayah dulu."



Manik si bungsu melirik disertai kekehannya.



Ketika mereka masuk, sudah ada Yuri dan Siwon sedang duduk di dua sofa tunggal. Senyum wanita itu mengembang seraya melambaikan tangan untuk menyuruh anak-anak bergabung. Donghyuck dan Jaemin duduk di sofa panjang, menempelkan paha mereka dengan memberi tatapan serius.



Pria paruh baya yang memiliki lesung pipi itu mengukir senyuman, posisi duduknya sedikit berubah dengan kedua tangan menopang pada lutut. Bola matanya bergulir menatap secara bergantian kepada istri dan anak-anaknya.



"Ayah mulai ya?"



Ketiga orang di sana menganggukkan kepala.



Selain itu, ternyata ada tumpukan buku maupun kertas yang ada di atas meja. Tangan Siwon terulur mengambil album foto, dibuka oleh beliau kemudian ditunjukkan kepada kedua anaknya. Secara serempak, Donghyuck dan Jaemin justru memilih untuk duduk di karpet bawah dan melihat album foto tersebut.



Jemari Donghyuck menunjuk dari sisi kiri terlebih dahulu, "Ayah, Ayahnya Jeno, Ibunya Jaemin, lalu anak kecil yang digendong itu Jaehyun Hyung," tebaknya.


Yang ternyata dijawab benar oleh sang ayah. Kening beliau berkerut, "Ini umur berapa ya?"



"Tidak usah berusaha begitu, kami tahu Ayah sudah tua," ledek Donghyuck, pipi gembilnya langsung diserang sebuah cubitan oleh beliau dengan Yuri yang tertawa kecil.



Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang