Sorry for typo(s)
Dua hari berlalu, kesehatan Jaemin semakin membaik meski belum boleh menerima tamu selain orang yang bersangkutan dengan kasus dialaminya. Kabar bahwa Jaehyun mendekam di penjara dengan status tersangka karena menghilangkan nyawa putri dari Siwon Choi juga sudah didengarnya. Rumor-rumor yang mengatakan anak buah tidak tahu diri, musuh dalam selimut, mengincar harta, dan tuduhan yang sama sekali tidak benar tersemat untuk lelaki berlesung pipi tersebut.
Jaehyun sebagai paman, adik dari ibunya. Jaemin merasa tidak terima atas itu semua. Dia ingin segera pulih dan membela sosok lelaki baik hati itu.
Namun, kata polisi bermuda — katanya julukan di akademi polisi untuk Younghoon, Hyunjae, dan Juyeon harus menunggu keputusan dari pengadilan untuk jadwal sidang selanjutnya. Oh, berbicara tentang mereka... Jaemin tidak tahu ya harus bersyukur atau merasa aneh menghabiskan waktu dengan tiga polisi tersebut.
Seperti pagi hari ini, Jaemin memiliki waktu untuk sesi memulihkan diri yaitu olahraga pagi. Hanya kegiatan sederhana seperti jalan-jalan mengitari taman rumah sakit untuk menikmati udara sejuk juga. Nah, masalahnya tiga orang itu menempeli dirinya.
"Mmm... Apakah harus seperti ini?"
Betul, secara harfiah mereka benar-benar menempel. Dengan posisi dari ujung kanan adalah Hyunjae, Younghoon, Jaemin kemudian Juyeon yang saling mengaitkan lengan sambil mengitari taman rumah sakit.
"Meminimalisir terjadi serangan dadakan," sahut Hyunjae yang tangan bebasnya membawa sepotong paha ayam goreng.
"Tugas dari atasan," jawaban lain dari pria yang paling tinggi yaitu Younghoon.
Manik Jaemin melirik yang paling muda di antara tiga polisi tersebut. Kedua bahu Juyeon terangkat dengan tatapan polos, "Disuruh mereka seperti ini," seraya menunjuk dua rekannya di sana.
Bahkan beberapa pasien yang duduk di bangku taman atau para suster di sana menahan tawa kala melihat mereka berempat berjalan dengan lengan saling bertaut seperti anak TK. Namun, sejauh ini Jaemin cukup terhibur atas kehadiran mereka meski dengan tingkah absurd.
Lelucon Hyunjae dipadu dengan suara tawanya yang menggelegar, Younghoon dengan sikap lemah lembutnya seperti seorang kakak, dan Juyeon yang baik serta penurut dengan segala perhatian yang diberikan membuat Jaemin tidak merasa sendirian oleh situasi ini semua.
Donghyuck memiliki semua sifat tiga pria itu jika bersama dengan dirinya.
"Cita-citamu jadi apa, Jaeminie?"
Manik anak itu mengerjap, hampir tersandung kakinya sendiri kalau tidak bergandengan seperti ini mungkin sudah jatuh. Ia menoleh pada Hyunjae yang menjilati jemari bekas ayam gorengnya.
"Belum tahu. Kan masih sekolah, masih banyak waktu belajar untuk menentukan kualitas diri," sahutnya sederhana. Jaemin menatap bergantian kepada tiga pria di sana. "Kalian dari dulu cita-citanya juga mau jadi polisi?"
Jawaban iya dari Younghoon dan Juyeon sedangkan Hyunjae dengan lantang menjawab tidak. Kedua alis Jaemin terangkat, ia menelengkan kepala mengamati lelaki itu.
"Cita-citaku menjadi burung."
Helaan napas kesal keluar dari mulut Younghoon, bahkan malas untuk mendengar satu kata dari bibir sahabatnya yang tidak bermutu itu. Berbeda dari Juyeon yang dengan polosnya bertanya, "Kenapa dulu bersedia lahir menjadi manusia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Haravale✓
FanfictionChoi Jaemin adalah senjata bagi dua keluarga yang saling bermusuhan. ©piyelur, Mei 2021.