H.17

3.3K 599 148
                                    


Sorry for typo(s)




Senyum yang tersembunyi dibalik raut wajah tenang Jaehyun muncul setelah mendengar bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang keadaan Jaemin. Mereka hanya harus memperhatikan pergerakan tubuh anak itu setelah dijahit. Belum ada satu bulan dan si bungsu Choi ini sudah keluar masuk rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Beberapa media bahkan menyalahkan para pengawal keluarga Siwon dan Yuri untuk anak-anaknya.



Beruntung, pasangan suami istri tersebut bukanlah sosok yang langsung menghakimi dengan makian. Mereka akan bertanya pada pengawal satu persatu untuk menceritakan kronologis yang ada dengan jujur.


"Lalu kau, Jaehyun ... Di mana kau pada acara itu?"



Berada di taman rumah sakit yang dijadikan lokasi privat sejenak untuk keluarga Choi, mereka berhadapan dengan nyonya besar. Sedikit menunduk untuk memasang wajah sopan pada Yuri yang jarang sekali mereka berhadapan langsung dengan beliau.



"Maaf Nyonya, saya bertemu dengan Tuan Jung Se-Joon. Beliau meminta bantuan saya."


Kening Yuri berkerut, pada posisi duduknya di bangku putih khas rumah sakit ia mendongak, "Bantuan?" lirihnya.



Namun, sebelum melanjutkan introgasi mereka, sosok Johnny berlari dari lorong rumah sakit kemudian sedikit menunduk pada sang nyonya besar sembari berkata, "Ibu Presiden dan cucunya ingin bertemu dengan Tuan Muda Jaemin."



Wanita yang hanya memakai gaun sederhana tanpa make up dan surai hitam dicepol biasa itu memekik kemudian berdiri sembari memerintahkan para pengawal untuk bersiap-siap menyambut istri presiden.



Berbeda halnya dengan Jaehyun yang mengalihkan pandangan ke lorong kaca dari rumah sakit tersebut. Wanita anggun dengan surainya yang digelung dan lagi gaun yang dibelikannya beberapa waktu lalu dipakai kembali. Di sebelahnya ada sosok anak kecil yang menggandeng jemari beliau, tak lupa para ajudan mengawal mereka berjalan.



Kedua manik wanita itu menatap luar, tetapi Jaehyun justru menundukkan kepala. Kelemahannya dalam hidup hanya satu, yaitu sang ibu.


"Jaehyun! Ayo, kau bertugas membawa Ibu Presiden dan cucunya ke ruangan Jaeminie!" seru Johnny yang hanya berjarak beberapa langkah di depannya.



"Menghindar itu bukan cara yang tepat. Anak laki-laki akan selamanya menjadi milik Ibu, api neraka yang berkobar akan redup jika kau peduli pada sosok yang sudah melahirkanmu ke dunia ini," ucapan Taeil kembali terngiang di kepalanya.



Hampir tujuh belas tahun.



Tak ada pertemuan, telepon, bahkan surat sekalipun.


"Dude? You, okay?"


Dengan tarikan napas panjang lalu dihembuskannya, Jaehyun mendongak seraya menyunggingkan senyum tipis sampai membuat Johnny menaikkan kedua alis kebingungan. Tanpa menjawab dan hanya sebuah sentuhan pada lengan, mereka menyusul yang lain untuk menemui Ibu Presiden.




Langkahnya memang tegap dengan arah pandang yang penuh ketegasan, tetapi tidak ada yang tahu bahwa jantung Jaehyun berdegub dengan kencang. Mungkin ada jarak satu meter dari ia berdiri, wanita yang dulu selalu menyuapinya ketika malas makan memberikan senyum paling cantik. Beliau memiliki bakat akting yang hebat untuk menahan buliran air mata di sana.



Kepala Jaehyun tertunduk memberi salam dengan sopan.



"Tolong temani Ibu Presiden ke dalam ya, Jaehyun?"



Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang