Sorry for typo(s)Tengah malam tak membuat putra sulung Donghae itu bisa terlelap meskipun esok hari harus menghadiri kelas pagi. Di cafe 24 jam dengan ditemani Latte hangat di sana, maniknya terus mengarah ke bawah di mana ia hanya sendirian di lantai atas. Alunan musik dari sosok penyanyi di sana mengisi kekosongan pengunjung.
Kedua tangan Mark masuk ke dalam hoddie hijau, menggerakkan kedua kaki dengan cara membuka menutup layaknya anak kecil. Di atas meja pun, ponselnya sama sekali tidak ada notifikasi yang membuat pemuda itu mendengkus kesal karena lama menunggu.
Tak berapa lama, indera pendengarnya menangkap sebuah suara mobil. Ia menoleh dan menemukan seseorang yang sudah memiliki janji dengannya. Memori Mark kembali pada cerita sang adik tadi sore. Kedua tangan si sulung Lee mengepal dalam saku, ia dipermainkan?
"Aku juga tidak tahu apakah benar Renjun atau bukan. Tapi Ibu merasa seratus persen yakin bahwa kakak kembarku itu dia, Hyung! Bagaimana ini aku pusing, aku tidak tahu?! Siapa yang tega menukar bayi baru lahir juga?!"
Manik Mark terpejam seketika, pencarian bukti tentang adik kandungnya pun juga sangat sulit untuk dilacak. Taeyong selalu mengeluh bahwa tidak ada jejak sama sekali di sana, orang-orang yang bekerja pada tahun itu juga sudah tidak ada bahkan mungkin tidak ada keterlibatan mereka. Yang menandakan bahwa, siapapun pelakunya — ia melakukan dengan begitu rapi.
"Ada apa?"
Sejujurnya, Mark juga tidak tahu mengapa meminta pertemuan ini terjadi. Awalnya, ia pikir untuk mencari tahu kelemahan Jaehyun supaya bisa membuatnya lebih dekat dengan Jaemin. Dari kebohongan identitas, tentu saja si sulung Lee khawatir terhadap keselamatan adiknya — perkiraan dulu. Sampai kemudian, Jeno memberikan informasi mencurigakan ketika Jaehyun mengobrol dengan sang ibu di mall di mana mereka tak sengaja bertemu.
Ucapan terima kasih terhadap satu sama lain.
Ternyata ada papan puzzle piece lagi yang harus disusun.
Bahkan, kepada kedua orang tuanya sekalipun, Mark tidak bisa memberi kepercayaan. Timbunan rahasia masa lalu sama sekali tak tercium.
"Kau mengenal Ibuku dengan baik?" tanyanya tanpa pikir panjang.
Jaehyun memalingkan wajah dengan helaan napas panjang sembari menjawab, "Tidak."
"Lalu kenapa Ibuku mengucapkan rasa terima kasih padamu?"
Untuk beberapa saat, tidak ada jawaban yang langsung terlontar. Namun, tawa kecil Jaehyun di sana membuat si sulung Lee mengerutkan kening. Sikap terlalu tenang yang ditunjukkan pengawal keluarga Choi itu memang sedikit membuat Mark kagum.
Meskipun rasa penasarannya terhadap keluarga Presiden masih abu-abu, tetapi sosok Jaehyun ini sangat cocok untuk suatu saat menggantikan orang nomor satu di Korea tersebut.
"Mark," panggil lelaki Jung sembari mencondongkan tubuh ke meja. "Fokuslah pada kuliahmu, belajar dengan giat, raih mimpimu, jatuh cinta atau apapun itu. Yang kau lakukan ini hanyalah membuang waktu."
"For my family? No."
Di sana, sudut bibir Jaehyun terangkat. Sedang pemuda Lee di sana masih menatp penuh kecurigaan. Mark menunggu untuk penjelasan lebih lanjut, tetapi yang dirasakan hanyalah keheningan belaka. Percuma untuk bertanya, sehingga flashdisk yang disembunyikan tadi kemudian dikeluarkan.
Benda kecil itu berhasil menarik perhatian lelaki Jung, maniknya membulat seraya menatap Mark dengan terkejut. Sesuai dugaan pemuda Lee bahwa flashdisk tersebut ada sangkut pautnya dengan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haravale✓
FanfictionChoi Jaemin adalah senjata bagi dua keluarga yang saling bermusuhan. ©piyelur, Mei 2021.