H.20

3.4K 581 84
                                    




Sorry for typo(s)





Pantai selalu menjadi tempat pelarian yang nyaman bagi beberapa orang. Suara deburan ombak, angin semilir, dan warna biru air laut yang menyatu dengan langit cerah menyihir ketenangan jiwa. Kaki telanjang bermain dengan pasir, digerakkan ke kanan dan kiri. Maniknya mengedar ke tepi objek wisata alami yang tidak terlalu ramai oleh orang saat ini. Senyuman terukir di bibir kering tersebut kemudian merebahkan tubuh tanpa menggunakan alas.



"Jaeminie?"



Cahaya matahari dari atas membuat sosok yang dipanggil tidak membuka mata dan hanya bergumam seraya melambaikan tangan. Seseorang ikut bergabung duduk di  samping Jaemin.


"Kukira tidur."



Ucapan tersebut membuat Jaemin tertawa kecil, melipat kedua tangan di atas dada seraya menghela napas panjang. Dirasa bayangan berada di atas kepala, anak itu membuka mata secara perlahan dan melihat sahabatnya — Renjun seakan menghalangi cahaya matahari. Tetesan air dari botol mineral mengenai pipi.



"Baru pertama kali membolos sekolah, ya?"



Pertanyaan tersebut terdengar lucu oleh telinga kecil Jaemin, jika dipikir-pikir benar juga. Selama ini, kehidupannya telah diatur oleh sebuah penjagaan bersama dengan sang kakak dan Donghyuck. Meskipun sering kali diajak untuk menjadi nakal, tetapi ia tidak pernah tertarik untuk melakukannya.




Dan tadi pagi, entah keberanian dari mana Jaemin mengutarakan keinginan untuk tidak ikut pelajaran kepada Renjun. Yang mana justru anak itu menawarkan diri untuk bergabung. Katanya; "Satu langkah keluar dari halaman sekolah saja, kau pasti sudah ketahuan."



Benar saja, image anak rajin dan penuh sopan santun merupakan sifat sampingan Renjun. Pemuda yang tumbuh dari Negara Tirai Bambu itu ternyata sangat mahir untuk mencari jalan keluar dari sekolah. Mungkin saja, faktor tubuh kecilnya.



"Ponselmu kau letakkan di mana saat kabur tadi? Kau benar-benar tidak membawa apa-apa selain hoodie mint ini?" tanya Renjun setelah meneguk minumannya.


"Pot bunga dekat toilet," sahut Jaemin enteng.



Bukannya dimarahi, justru pemuda Huang di sana tertawa sembari memberi pujian singkat. Iya, jadi dua anak ini kabur dari sekolah tanpa membawa tas dan ponsel sengaja ditinggalkan — lebih tepatnya disembunyikan. Ingatkan Jaemin untuk mengganti biaya naik bus tadi pada Renjun.



Jadi, semua akomodasi sampai ke pantai ini merupakan dari Renjun. Sepertinya dibantu oleh sepupu jauh dari China, karena semenjak tadi anak itu selalu sibuk dengan jam tangan pintar berlogo apel digigit.



Tawa kecil keluar dari belah bibir kering Jaemin yang sekarang sudah merubah posisinya menjadi duduk kembali. Bersebelahan dengan Renjun menghadap pemandangan laut lepas. Yang ada di otaknya saat ini hanya satu kata tanda tanya.



"Kenapa?"



Atensi Renjun beralih kala mendengar gumaman tersebut.


"Kenapa bisa ya?"



Lagi, Jaemin bermonolog.



"Aku pandai berbohong," ucapnya final.



Dan kini, Renjun menyunggingkan senyuman. Ia meletakkan botol minuman di samping tubuh kemudian memeluk kedua lutut.



"Aku pandai berpura-pura," sambung pemuda Huang di sana.



Haravale✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang