5| Sihir Pikat Geraldi

33.2K 345 19
                                    

Urusan kontrol-mengontrol lelaki emang susah-susah-gampang. Kadang ada yang begitu mudah untuk ditaklukkan, dan terkadang memang ada beberapa lelaki yang begitu sulit. Ada yang dengan mudah kupandu untuk melakukan sesuatu sesuai keinginanku, dan ada juga yang sebaliknya, seseorang yang take a control buat diri mereka sendiri. Mereka yang lebih bisa menahan diri dan malah lebih banyak tarik-ulur denganku. Kalau sudah begitu, kita akan saling bertukar jurus rayuan, siapa atas siapa yang jadi penakluk.

Seperti lelaki di sampingku kini, Geraldi. Setelah aku merayunya dengan agak sedikit menjilat kuping kirinya, rupanya dia berusaha menenangkan diri dengan menarik diri. Dia menarik napas dalam-dalam sebentar, lalu kembali tersenyum nakal kepadaku.

"Bener-bener berpengalaman kamu ya, but not tonight. Gue ada banyak deadline tugas malam ini, jadi gue harus gadang. Ini juga baru beli kopi and some snacks buat nemenin gue malam ini terjaga. Gue butuh asupan kafein emang. Sorry ya, kapan-kapan mungkin gue bisa."

Dengan tegas dia menolak. Dia sepertinya tahu buat apa dia hidup. Dia fokus dengan tujuannya. Ya udah, gue mulai kembali seperti biasa, menahan hasrat gue.

"It's not a big deal, actually. Don't mention it. Malah seru juga mungkin buat dilakukan lain kali, karena seharian ini sebenarnya aku lumayan lelah menghadapi adik kamu. Dia sudah lumayan ahli ya, aku sampai agak kewalahan."

"Haha, jadi beneran ya dia udah ngelakuin itu sama elo. Ya udah, nanti gue bakal iseng tanya dia gimana rasanya maen sama elo," dia ketawa sebentar sebelum akhirnya bilang, "eh gue ke alfamart dulu ya. Thanks udah nganterin."

"Oke, oke. Eh tapi, kamu mau pergi gitu aja nih?"

"Hmm, nakal ya kamu. Emangnya mau ngapain dulu?"

"A bit kiss won't ruin anything, will it?"

"Haha. Ya udah, sini."

Aku agak mendekatkan muka dan dia dengan cekatan langsung meraihku, menenggelamkan bibirnya di bibirku. Serong kanan, serong kiri. Dia benar-benar ahli memainkan bibirku, lalu lidahku, dan begitulah. Prosesi ciuman itu berlangsung panas. Mukaku rasanya memerah sesaat dia menyudahi ciuman itu.

"Well," katanya sambil tersenyum. "Gue pergi dulu ya?"

"Tunggu," aku mencegatnya.

"Kenapa?"

"Kamu ga ninggalin nomor gitu?"

"Kalo kita sama-sama bernasib buat dipertemukan, kita bakalan ketemu lagi kayak tadi. Tanpa harus ada aba-aba. So, kita serahin aja sama semesta."

Dia terus tersenyum, sekali lagi menatapku sembari berkata, "gue pamit. See ya!"

Aku cuma mengangguk, menatap dia yang mulai berjalan lalu masuk ke dalam alfamart. Kupikir ini waktunya aku segera pergi. Hari ini lumayan melelahkan, tetapi sekaligus menyenangkan. Sepertinya aku butuh istirahat.

×××

Sesampainya di apartemen, aku segera membersihkan wajah, gosok gigi dan persiapan skincare routine. Wajahku sudah terlalu lelah rasaya, butuh perawatan, tubuhku juga, ia butuh makan. Aku memberikan nutrisi kulit dari luar, dan memutuskan untuk tidak makan malam. Aku harus senantiasa menjaga tubuhku agar terlihat baik (dan menggoda tentu saja).

Usai semua prosesi skincare dilakukan, aku meraih laptopku, membukanya untuk browsing mencari beberapa topik bahan bacaan yang seru, mencatat beberapa poin penting yang aku baca.

Ini penting kulakukan setiap hari demi munculnya ide-ide di kepalaku untuk bahan tulisan selanjutnya.

Iya perkenalkan, aku Syakila Maharani. Biasa dipanggil Kila. Profesiku sebagai penulis, namun aku juga mendapat penghasilan tetap per bulan dari hasil investasiku. Aku memenuhi kebutuhan hidupku seorang diri. Well, aku tinggal di panti asuhan sejak kecil. Kesepian adalah teman, dan brondong-brondong di sekitarku lah yang menjadi penawar kesepian.

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang