7| Mari Kita Mulai

25.5K 245 11
                                    

Kalian pernah berada di situasi seperti ini? Ada dua lelaki tampan yang mana mereka kakak beradik sedang berada di kamar kalian dan kalian terpikirkan untuk iseng kepada mereka?

Atau, boro-boro ingin iseng, berada bersama dua lelaki di tempat seperti ini rasanya menakutkan. Takut diapa-apain. Takut ga kuat menghadapi godaan yang diberikan?

Namun kalian lupa masa kecil kita yang berulang kali disuguhkan serial Home Alone, mulai dari part satu sampai tiga atau empat gitu, aku lupa. Inti dari film itu hanya satu: kita memiliki kuasa dan kendali penuh atas rumah kita sendiri. Atas tempat yang kita tinggali. Begitu juga aku. Aku sama sekali tidak takut pada mereka berdua. Sebab ini kediamanku, merekalah yang akan tunduk dengan apa yang kuinginkan.

"Hai, rekan-rekan, kakak-beradik sekalian. Selamat datang di kediamanku, dan untuk Gazriel, selamat kembali lagi..." aku menggunakan kalimat ini untuk mengintimidasi. Aku ingin menunjukkan bahwa aku punya kuasa dan kendali penuh di sini. Saat ini.

Aku melirik sekilas ke arah Gazriel saat menyebutkan namanya dan di detik itu pula, dia hanya menatapku lalu menunduk lagi. Gazriel kenapa sih? Aku harus mengobarkan semangatnya hari ini.

"Sebenernya permainan apa yang harus kita lakuin hari ini, baby?" Geraldi mulai kembali melancarkan serangan tanpa rasa takut. Aku sangat tahu, ada sesuatu di balik keberaniannya yang disebut sebuah kelemahan.

Well, aku sangat percaya pepatah bahwa di bumi yang kita tinggali, tak ada orang-orang yang berani. Sama sekali tak ada. Yang ada, hanyalah mereka-mereka yang memberanikan diri. Dan itu jualah yang dilakukan olehku, oleh Geraldi. Dia sedang dan selalu menampakkan dirinya sebagai seseorang yang sedang mencoba untuk memberanikan dirinya.

"Kalian pernah lihat-lihatan kepunyaan masing-masing?"

"Tentu dong, Baby. Terakhir saat kami masih kecil, sering mandi bareng." Geraldi sontak ketawa keras, aku juga.

"Hahaha, berarti ini kesempatan kalian dong untuk saling memerhatikan secara langsung, sudah seberapa jauh ukuran dari masing-masing bertambah. Siapa yang lebih panjang, sudah ada yang pernah mengukur?"

"Lo mau kita liat nih? Saling ngukur? Gede-gedean? Panjang-panjangan? Ya jelas gue lebih gede dan lebih panjang lah..."

"Shut up, honey. Kita ga bakalan pernah tahu sebelum kita membuktikannya, right? So, untuk memicu rasa tegang, dan aku juga sedang malas untuk melakukan pertunjukkan, akan ku-stel film bokep buat kalian ya... Enjoy today, guys."

Aku langsung menyalakan smart tv di kamarku, menghubungkannya dengan wifi dan smarthphoneku. Menyalakan vpn dan masuk ke dalam situs bokep yang kutau. Klik-klik-klik. Kini tersedia puluhan gambar cover yang bisa mereka tonton. Yup, biar mereka aja yang nonton, aku kan niatnya nontonin mereka beraksi.

Lalu aku tanya, "Gazriel, pilih dong, film mana yang mau kamu tonton. Eh sebelumnya aku mau tanya, kamu mau melakukan permainan ini atau menyerahkan aku begitu saja kepada kakakmu satu ini?"

Aku sengaja mengetes pilihannya. Dia harus bersuara, bukan sebagai lelaki. Tapi sebagai manusia.  Sebagai manusia yang dikaruniai hasrat dan keinginan di piramida terbawah dalam teori Maslow, dia harus menyatakan keinginannya sekarang jua. Dan apakah dia menginginkanku kembali atau tidak, mari kita lihat responnya.

"Eh? Mm..."

"Ayolah dik, jangan buang waktu lama-lama. Lo dikasih pilihan tuh. Atau lo mau dia buat gue aja biar cepet? Lo juga pasti kalah..."

Bagus sekali. Ini sesuai dengan skenarioku. Kakaknya mengomporinya. Dan bukankah ini saatnya menentang, Riel?

"Eh emm.. iya, buat kakak aja."

Brondong Hot LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang